- 8. Bianglala -

594 23 1
                                    

Jatuh cinta itu seperti lilin, awalnya dia menyinarimu dalam kegelapan tapi dia akan meleleh dan pergi begitu saja, kembali pada kegelapan–sakit(?) maaf aku tak ingin..

_________※※※________

Sinar mentari sedari tadi mengintipnya dari balik jendela, satu persatu cahayanya mulai menyelinap masuk melewati celah gorden berwarna krem itu. Cahayanya mulai mengusik tidurnya seolah-olah memaksa gadis SMA kelas X itu untuk segera bangun.

Langit tak menghiraukan mentari yang sedari tadi mulai meninggi, dia terlalu sibuk*bermimpi untuk bangun. Beruntungnya hari ini tanggal merah dan dia ini sedang mendapatkan thr bulannya jadi dia bisa lebih lama berada di alam mimpi tanpa gangguan.


[ pukul 10.00 pagi ]

Didalam ruangan bercat biru abu-abu itu seorang gadis dengan tenangnya masih terlelap, hingga seorang laki-laki seumurannya jengkel dan masuk berniat mengusik ketenangan Langit di alam mimpi.

Dia mulai meneriaki Langit berharap gadis itu segera bangun. Tapi Langit tak sebodoh itu, dia memakai headset tak akan ada suara teriakan lagi dari rubah pengganggu itu yang akan mengganggunya lagi. Tapi seorang Alvaro tak akan kehabisan akal untuk membangunkan kerbau pemalas ini--Langit. Dia mulai mengotak-atik mp3 player Langit, dan dia menekan tombol 'naikkan volume' itu hingga sampai ke volume max. Seperti harapannya Langit langsung terbangun dan segera melepaskan headset yang berada di kedua telinganya itu.

"Selamat pagi hmm mungkin sekarang siang. Bagaimana princess pemalas apakah tidurnya nyenyak hingga tidak ingat bagaimana itu bangun?" ucap Al jengkel.

"Ekhem sebenarnya saya sedikit terganggu dengan keusilan tuan, jadi karena tuan ini baik hati bersediakah tuan keluar dari sini agar saya dapat melanjutkan pekerjaan saya yang terjeda ini?" ujar Langit lalu kembali menarik selimutnya dan menutup mata.

Al yang sudah terlanjur kesal dengan Langit langsung menarik selimutnya dan mengguncangkan tubuh gadis itu beberapa kali, "lo bangun dasar kebo! Keluar kemana kek ato jalan kemana siapa sono! Empet gue liat lu molor gini!"

Langit membuka matanya perlahan, dia menatap sebal Al lalu menyingkirkan tangan pemuda itu dari bahunya. "Iya iya ini gue bangun dasar rubah penggangu! Puas lo!"

"Belum, sono mandi cepetan! Temenin gue belajar kelompok abis itu!"

"Emang lu siapa?! Nyuruh gue, berani bayar berapa lu nyuruh gue nemenin lu kerkom?" kata Langit geram.

"Gue turutin satu permintaan lu apapun itu,"

Langit membuat bentuk tangan mewakili kata 'oke' lalu segera masuk ke kamar mandi.

***

Seperti perjanjian, Langit sekarang berada di rumah Al. Dia hanya bisa menahan tawanya, ternyata Al menyuruh dirinya menemaninya karena anggota kelompok kerkom semuanya perempuan dan hanya dia sendiri laki-laki.

Langit duduk agak jauh dari mereka agar tidak mengganggu tetapi masih di ruangan yang sama. Langit tidak sendirian dia ditemani Gema, adik Al. Dan sudah dipastikan mereka akrab karena dulu sewaktu kecil mereka selalu bermain bersama.

Umur Gema dan Langit hanya selisih satu tahun jadi tidak begitu terlihat kalau Langit lebih tua setahun dari Gema.

"Kak Langit, gimana rekomendasi gue tentang novel kemarin? Bagus lah pasti, Gema gitu lohh," kata Gema dengan tampang terlalu pede.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang