3 ~ Jangan Hadir Tiba-Tiba

96 30 8
                                    

Haii semuanya,, kali ini Seperempat Windu update langsung dua part loh. Penasaran dong yah sama ceritanya.

langsung aja baca yuk..

oh iyah terima kasih buat semua pembacaku yang berharga..

aku sayang kalian.....

~~~~~~~~~~~~



"Gue minta maaf"

Orang yang sedari tadi menjulurkan tangannya ke hadapan Gia merapatkan kedua alisnya, heran akan raut wajah gadis yang berada di depannya saat ini.

Sedangkan Gia,

Gadis itu berusaha mengendalikan dirinya sekuat mungkin, agar berkesan tidak terjadi apa-apa.

"Kalo jalan pake kaki, matanya jangan di tinggal"

Gia berlalu sambil mengeluarkan suara tajam. Ia tidak mempedulikan sosok laki-laki yang sedari tadi berdiri menunggu maafnya diterima.

"Itu cewek hyperopia atau emang buta?"

Laki-laki tersebut berlalu meninggalkan TeKaPe, ia memasang kembali headphone-nya yang sempat dilepas saat insiden beberapa menit yang lalu.

***

Semenjak kejadian di sekolah yang sangat tidak dimengerti olehnya, Gia hanya mondar-mandir di kamar tanpa berhenti memperkerjakan otaknya dengan paksa.

Kenapa seolah-olah semuanya terjadi begitu saja?

Gia melototokan kedua matanya, sepertinya kedua bola hitam itu hampir lepas dari posisinya, mulutnya ternganga seketika ia membaca pesan dari sahabatnya, Farin.

"Yaelah gue lupa"

Gia menyeret tasnya tanpa aba-aba, memasang sweater abu-abu serta menguncir rambutnya membentuk bulatan acak-acakan. Gadis itu beranjak dari kamarnya yang penuh dengan nuansa langit malam yang germelap, dipercantik dengan rentetan awan pada sisi kanan dan kiri. Tentunya dengan tidak sedikit miniatur ikon dari berbagai negara.

Tanpa berpikir panjang, gadis tersebut langsung meluncur ke alamat yang dikirim oleh sahabatnya itu.

~

"Lama banget sih lo Gi"

Sebuah kalimat langsung keluar dari mulut Farin.

"Sejak kapan lo make sweater itu lagi?"

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Diko, membuat Gia yang dibalut sweater abu-abu itu menatap pakaian yang di pakainya.

Otaknya berputar sembilan puluh derajat. Memikirkan kenapa dia tiba-tiba memakai sweater ini.

"Perasaan lo bilang udah buang sweater ini. kok sekarang lo pake lagi? atau jangan-jangan.."

"Ini sweater adek gue"

Gadis tersebut memotong ucapan Radit dengan cepat, dia mengeluarkan alasan yang begitu saja terlintas di otaknya.

Tentu saja itu hanya pernyataan palsu, karena dia sendiri pun tidak tahu kenapa dia memakai sweater tersebut.

"Masa sih sweater adek lo. Kok gue rada-rada gak percaya yah"

Radit kembali berusaha mematahkan benteng pertahanan Gia. Ia menatap lekat-lekat benda abu-abu tua yang melekat pada tubuh Gia.

"Ngapain lo liatin gue begitu"

Gia menarik sweaternya hingga menutup tubuhnya, merasa curiga dengan tatapan Radit yang sedikit aneh.

"Eh-ngapain-lo-liatin-eh-gue-liatin-ah-GIAAAA"

Radit kembali mengontrol diri setelah kelemahannya keluar.

"Lo pikir gue ngapain? Gue gak liatin lo, orang gue Cuma mau mastiin ini sweater adek lo apa bukan"

Radit melakukan pembelaan, karena dirinya emang tidak bersalah. Gadis itu saja yang terlalu sensitif.

"Udah ah lo berdua diem. Gue mau makan"

Teriakan yang sedikit ditahan oleh Farin, berhasil membuat kedua sahabatnya yang bagaikan Mail dan Mei-Mei tersebut berhenti.

Keduanya mendengus kesal karena belum puas dengan argumen masing-masing.

"Eh Gi, by the way lutut lo kenapa?"

Farin mengerutkan kening mendengar Diko yang mengeluarkan pertanyaan untuk Gia. Dia tidak menyadari apapun yang aneh dari lutut sahabatnya sedari tadi.

"Apa lo gagal cabut terus kaki lo kegores pagar karena lo ketahuan pak Heko?"

"Emang tadi gue ada cabut ya Dit?"

Gia mengajukan pertanyaan polos ke Radit yang polosnya pun sebelas lebih setengah dari Gia.

"Gue gak inget tuh, kan tadi gue jadwal piket UKS"

Radit membenarkan kacamatanya yang mulai buram karena uap Matcha latte yang di minumnya.

"Kenapa Gi?"

Farin mengeluarkan suaranya, tatapannya sedikit khawatir akan gadis itu.

"Gue jatuh di sekolahan"

Gia memamerkan rentetan giginya yang putih. Dia memasang wajah polos bagaikan bocah empat tahun.

"Lo kek bocah aja disekolahan pake jatuh segala"

Diko menyela ucapan Gia.

"Gue tau, lo pasti mikirin bidadara yang bikin heboh seKARTA kan?"

TIK

Tembakan hebat tepat pada bagian terdalam hati seorang Gia, perkataan Radit tadi berhasil membuatnya memutar kembali ingatan kejadian beberapa jam yang lalu.

Wajah itu, senyumnya, matanya, postur tubuhnya, bahkan headphone nya.

Sedikit senyum terlukis jelas di wajah Gia.





Ayooo follow instagram Zico @razico.alfr dan Gia @anagia.shwk
Rameiiin yukkk...
Terima kasiih

Wah kenapa Gia senyum-senyum begitu?

Siapakah yang terlintas di benak Gia?

Ada apakah selanjutnya??

Setia dong nungguin ceritanya Gia

jangan lupa votenya teman-teman semua

Terima kasih..

Seperempat Windu (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now