48 ~ Berakhir Atau Baru Mulai?

56 22 10
                                    

"Tadaaaa"

Sontak Gia membulatkan kedua bola matanya. Mata tersebut menatap tidak percaya kepada apa yang baru saja diperlihatkan oleh Zico kepadanya.

"I..i..ini a..apaan Zic?"

Mulut Gia mendadak kelu hanya untuk mengeluarkan dua kata tersebut. Entah apa yang membuatnya menjadi seperti orang bodoh.

"Lo inget ga tepat dua tahun yang lalu gue ngomong apa?"

Gia memutar otaknya, berusaha keras mengingat-ingat kembali segala moment dua tahun lalu yang ia ciptakan bersama Zico.

"Gue janji bakal balik dan ketemu sama lo pada tanggal dan bulan yang sama"

"Hari ini. Hari ulang tahun lo"

"Lo inget?"

Gia menepuk jidatnya pelan. Benar. Itulah yang dikatakan Zico dua tahun yang lalu. Tepat saat ia mendapat kejutan sweet seventeen dari teman-temannya. Dan tepat juga saat ia mendengar kenyataan pahit, bahwa Zico akan melanjutkan study nya ke Jerman.

"I..iya gue inget"

Sebuah senyuman manis terlukis jelas diwajah Zico. Ia benar-benar tidak menyangka semuanya akan berjalan seperti ini.

Sudah dua tahun semenjak terakhir kali ia bertemu dengan Gia. Dan selama itu juga ia tidak mendengar suara dan melihat senyum manis dari gadis itu.

Dan sekarang, seakan semuanya bagaikan mimpi. Zico dapat kembali melihat senyum itu, mendengar suara yang menenangkan, dan tawa yang membahagiakan. Hanya dari seorang Anagia.

"Katanya lo bakal balik saat umur gue dua puluh atau ga dua satu"

"Sekarang kan baru sembilan belas"

Gia menautkan kedua alisnya, ketika ia dapat mengingat dengan jelas setiap kata yang terucap dari mulut Zico dua tahun yang lalu.

"Gue berhasil dapat akselerasi"

"Jadi gue cuma butuh waktu dua tahun buat lanjutin sekolah"

Zico mengembangkan senyum bangga dihadapan Gia. Membuat gadis itu menatap bingung kearahnya.

"Akselerasi?"

Gia menganga tidak percaya akan hal yang baru saja terucap dari mulut Zico. Bahkan ia sampai mengulang kata tersebut beberapa kali.

Gila. Demi apa coba Zico dapat akselerasi di Jerman. Jerman loh ini. Jerman. Sekolah arsitek lagi.

"Kenapa?"

"Lo gak percaya gue dapat aksel?"

"Gue gak yakin aja sih"

Sejujurnya Gia benar-benar takjub akan kepintaran Zico. Tapi, hatinya masih ingin mengerjai Zico saat ini.

"Gue gak yakin itu usaha lo sendiri"

"Gurunya lo kasih apa biar lo dilulusin cepat?"

Zico menjitak pelan puncak kepala Gia, sontak gadis tersebut meringis berteriak kesakitan. Gak sakit sih sebenarnya. Gia nya aja yang berlebihan.

"Aduh, sakiiittt"

"Lo sih pake curigaan segala sama gue"

Keduanya saling tertawa dengan lelucon yang membuat mereka geli sendiri. Gia tertawa karena Zico, dan Zico tersenyum karena Gia. Bahagia. sesederhana itu.

"Btw Gi, bukannya lo seneng yah gue cepat lulus"

"Jadi lo bisa cepat ketemu gue deh"

"Keliatan tuh lo kangen berat sama gue"

Seperempat Windu (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now