10 ~ Perkenalan?

52 27 2
                                    

Satu persatu air bening yang hangat mengalir, membanjiri pipi Gia yang sudah memerah.

Cowok yang sedari tadi mematung itu tidak tahu harus berbuat apa. Ia diam tak berkutik di posisi semula.

Hingga tanpa sadar tangannya menarik lengan gadis tersebut, merangkulnya ke dalam pelukan. Dia mengelus lembut kepala Gia yang gemetar.

Entah kenapa semuanya terasa damai baginya. Melihat gadis itu menangis membuatnya hancur, namun menenangkannya adalah suatu hal yang harus ia lakukan.

Gadis itu menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan segala hal yang bersarang dalam pikirannya.

Hingga akhirnya..

"Lo mau permen gak?"

Gadis yang sedari tadi menangis dalam rangkulannya tersebut mendadak membelalakkan matanya.

Tersadar bahwa ia telah bertingkah bodoh di depan orang asing yang sama sekali tidak ada hubungan dengannya.

"Lo.. Lo pikir gue anak kecil"

Gadis itu mengeluarkan suara ketus namun serak karena tangisannya.

Cowok tersebut terkekeh melihat ekspresi gadis yang baru saja ia tenangkan. Sebuah senyum kecil terlukis di wajahnya yang kokoh.

"Mirip"

Gia menendang kaki cowok tersebut dengan kaki kanannya. Ia tidak peduli dengan ringisin orang yang sudah berjasa padanya itu.

Ia terus-terusan menendangnya hingga lepas semua kekesalan dalam hatinya.

"Lo ternyata bukan anak kecil. Tapi ibu kosan tau gak"

"Auuh"

Sekali lagi pria tersebut meringis karena sebuah pukulan tepat mendarat di lengan bagian kirinya.

Gadis tersebut melayangkan tasnya yang penuh dengan buku.

"Lo mau bunuh gue?"

"Siapa suruh nyebelin"

Mulut gadis tersebut tak hentinya mengoceh karena kekesalannya terhadap cowok yang berada di depannya itu.

"Kayanya gue harus ganti nama lo deh"

Cowok tersebut nampak sedikit berpikir, alisnya sebelah terangkat ke atas. Matanya meliar ke segala arah.

"Kita gak pernah kenalan, gak usah sok-sokan pake ganti nama gue deh"

"Gue Zico"

Cowok tersebut dengan spontan menyebutkan namanya. Memotong secara langsung kalimat Gia yang sepertinya masih panjang.

Sedangkan Gia, gadis itu mendadak terdiam. Perkenalan macam apa ini? menyebutkan nama begitu saja.

"Gue gak nanya"

Gia tetap bersikap cuek seperti biasanya. Ia telah kembali ke dirinya yang sebelumnya.

"Gue mau ngasih tau aja. Siapa tau lo butuh"

"Gue gak butuh"

Kembali ia membuang muka dari sorotan mata tajam pria di depannya tersebut.

"Yaudah gue pulang"

Ia beranjak dari posisinya, menaiki motornya yang terparkir didepan gerbang rumah Gia. Memasang helmnya, lalu men-start motor setianya tersebut.

Gia pun melangkahkan kakinya, berniat untuk segera memasuki rumahnya.

"Anagia, gue pamit"

DEG

Jantung gadis itu seakan keluar dari tempatnya. Melompat-lompat tanpa mempedulikan pemiliknya.

Namanya disebutkan oleh pria tersebut.

Darimana dia tahu nama gue? Apa jangan-jangan emang benar?

Kembali ia memutarkan badannya. Mengerutkan keningnya sembari menatap ke arah cowok yang memanggilkan namanya itu.

Tanpa aba-aba lagi, cowok yang bernama Zico tersebut berlalu dari hadapan Gia. Ia menghilang menembus jalanan yang terik bersama motor setianya.

Sedangkan gadis itu?

Ia masih melongo tidak percaya. Ia masih bertanya-tanya darimana cowok tersebut mengetahui namanya.

"Mamaaa... kakak pacaran depan rumah"

Teriakan yang berasal dari dalam rumahnya itu, berhasil membuat rasa penasaran Gia buyar begitu saja.

Teriakan tersebut di lantunkan oleh Ashira, bocah 12 tahun yang super kepo tentang apapun yang di lakukan Gia.

"Gak ada Ma, Shiraaaa lo jangan nebar gosip sembarangan."

Gia memasuki rumahnya sembari berteriak tidak jelas ke adiknya itu.

Begitulah suasana rumah keluarga Bratiz, heboh bagaikan pasar jika kedua pewaris tersebut sudah pulang dari sekolah.

Mendadak semua tetangga akan menutup telinga mereka, karena suara dua bocah yang menggelegar keseluruh penjuru tersebut memekakkan telinga.

Walaupun begitu, namun tetap mereka tidak bisa di pisahkan. Perasaan mereka telah menyatu bagaikan lem dan perangko.

Pernah Ashira dirawat selama seminggu, hanya karena ia tidak bertemu dengan Gia yang saat itu ada perkemahan ke Puncak, dalam rangka acara pramuka dari sekolahnya.

Karena itulah, Gia masih tetap menyayangi adek satu-satunya tersebut (kenapa terdengarnya seperti terpaksa?), walaupun nyebelinnya minta ampun.

Tanpa Ashira pun Gia seperti itu, meski tidak sampai dirawat di rumah sakit. Namun tetap saja ia tidak bisa jauh dari bocah tersebut.

 Namun tetap saja ia tidak bisa jauh dari bocah tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum Zico ngajak kenalan nih





Ayooo follow instagram Zico @razico.alfr dan Gia @anagia.shwk
Rameiiin yukkk...
Terima kasiih


Waah akhirnya mereka berkenalan?

Eh tunggu, itu bukan perkenalan

Apapun itu namanya, yang penting mereka telah saling mengenal

Bagaimana cerita hari ini?

Masih setia dong yah sama Gia dan Zico?

Terima kasih buat semuanya yang udah dukung..

Aku sayang kalian...

Seperempat Windu (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang