31 ~ Phobia

38 22 23
                                    

Sehari, dua hari, berlanjut seminggu, Diko benar-benar hilang dari peredaran SMK KARTA. Tidak lagi muncul walau hanya satu detik. Ketidakhadiran Diko inilah yang menjadi tanda tanya besar bagi siapapun yang tidak mengetahui masalah antara persahabatan alien itu.

Terasa sangat berbeda tentunya bagi Gia, Farin dan Radit yang biasanya selalu dihibur dengan candaan receh dari Diko. Biar bagaimanpun juga, Diko masih tetap sahabat mereka.

"Rin.."

Gia menyikut lengan Farin yang tengah serius berkutat dengan angka-angka pada neraca lajur didepannya. Perlakuan Gia sontak membuat Farin mengalihkan perhatiannya dari kertas-kertas tersebut.

"Napa Gi?"

"Gue tiba-tiba kepikiran Diko"

Wajah Farin mendadak ketus ketika mendengar pengakuan dari Gia barusan. Ia lebih memilih Gia menceritakan hal-hal apapun walaupun panjang, daripada harus mendengar nama Diko yang seketika membuat kupingnya memanas.

"Udahlah Gi, orang kek dia gak pantes buat dipikirin"

"Rin.."

Gia memutar tubuhnya menghadap Farin, ia menatap lekat-lekat tepat pada titik hitam indera penglihatan milik Farin. Ia tahu, ada sesuatu yang disembunyikan Farin dari ucapannya barusan.

"Gue tahu lo pasti bohong, hati lo pasti nolak saat lo bilang lo benci Diko. Gimanapun Diko, ingat Rin, dia itu tetap sahabat kita"

Farin menatap Gia dengan perasaan acak-acakan. Ia tidak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya ini. Diko sudah menyakitinya seperti itu, tapi masih tetap mengkhawatirkannya.

"Gi.. stop. Gue gak suka saat lo bahas-bahas orang pengecut kek dia."

Farin membalas tatapan Gia dengan sangat tajam. Ia benar-benar tidak suka sedikitpun jika harus membahas masalah Diko seperti ini.

"Rin.."

Gia berusaha menyentuh lengan Farin, namun dengan cepat ditepis oleh Farin.

"Stop Gi"

Farin berlalu meninggalkan Gia yang masih mematung tidak percaya. Sebegitu bencikah Farin terhadap Diko?

***

"Tutaro.."

Seseorang memanggil sebutan itu lagi dari arah belakang, sudah pasti ditebak bahwa yang memanggilnya itu adalah Zico, Gia langsung menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya kearah suara itu, dengan memasang wajah penuh omelan tentunya.

"Woi nama gue ANAGIA SHAWKA BRATIZ. Lo bisa panggil gue G-I-A, Gia. Bukan Tutari tutara tuta.."

"Tutaro"

"Terserah apapun itu, yang jelas nama gue bukan itu Zi-co"

Zico tertawa begitu lepas mendengar ocehan panjang dari Gia, yang tidak setuju akan nama aneh darinya itu. sedangkan Gia, ia sudah berkacak pinggang, menahan kekesalan setengah mati melihat Zico begitu bahagia ketika berhasil membuatnya kesal.

"Tapi gue suka manggil lo tutaro, lucu"

"GUE GIA BUKAN TUTARO"

"Apa? Gue gak dengar? Lo bilang apaan sih?"

Zico berpura-pura menajamkan telinganya, berusah membuat gadis itu kesal untuk kesekian kalinya. Melihat Gia mengomel seperti itu, adalah kepuasan tersendiri bagi seorang Zico.

"Btw Tutaro apaan sih? Gue heran, lo dapat tu nama dari mana?"

Gia sedikit berjinjit untuk menyamai posisi wajahnya dengan Zico, namun tentu saja usahanya itu sia-sia. Tinggi 155cm melawaan 178cm, emang bisa?

Seperempat Windu (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now