2. I don't have a choice

8.1K 737 68
                                    

Kejadian mengerikan itu terjadi beberapa hari kemudian. Draco berhasil menyusupkan anggota Pelahap Maut ke dalam Hogwarts dan mendesak Dumbledore diatas Menara Astronomi.

Tidak ada yang tahu bahwa Harry berada disana. Melihat Draco mengacungkan tongkatnya kearah Dumbledore.

"Draco, kau bukan pembunuh." Kata Dumbledore. Ia bisa melihat getaran di tangan Draco.

"Kau tidak tahu siapa aku! Aku bisa melakukan hal yang membuatmu terkejut!" Teriaknya.

"Ya, seperti memantrai Kalung Opal dan berniat memberinya padaku? Tapi kau tidak bisa Draco, hatimu tidak menginginkan ini."

Draco menggeram marah, ia membuka lengan setelan hitamnya dan memperlihatkan tanda kegelapan miliknya. "Kau salah, aku telah terpilih."

"I shall make it easy for you.." Dumbledore mengangkat tangannya namun Draco dengan cepat mengeluarkan mantra Expelliarmus sehingga tongkat Dumbledore terjatuh dari tangannya.

Suara langkah kaki kemudian terdengar menaiki tangga. Dumbledore menatap Draco dan bertanya, "Ada yang lainnya. Bagaimana bisa?"

"Aku memperbaiki Lemari Pelenyap di Ruang Kebutuhan. Lemari satu lagi ada di Borgin & Burkes." Draco menjelaskan alasan mengapa ia sering mendatangi Ruang Kebutuhan di malam hari.

"Brilliant Draco, really."

"Dahulu aku mengenal seorang anak laki-laki yang membuat keputusan yang salah. Please, let me help you." Kata Dumbledore sekali lagi menginginkan Draco untuk mengubah pikirannya.

"I don't want your help! Don't you understand? I have to do this. I have to kill you." Ucap Draco penuh frustasi. Otaknya tidak bisa berfungsi karena torture dan terror yang diberikan padanya.

"Or he's gonna kill me." Lanjutnya dengan suara lirih.

Tak berapa lama kawanan Pelahap Maut datang bergabung

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Tak berapa lama kawanan Pelahap Maut datang bergabung. Wanita berambut ikal hitam tersenyum melihat Dumbledore tidak berkutik di depan Draco.

"Bellatrix."

"Albus, lama tidak bertemu." Katanya dengan seringai.

"Well done, Draco." Ucap wanita itu sembari memeluk keponakannya dari belakang. Meski bibinya sendiri, aura wanita itu tidak jauh berbeda dari Voldemort, aura kematian.

"Do it, sweetie. Do it!" Katanya memaksa Draco.

Draco semakin bergetar tak karuan. Dalam hatinya yang terdalam, ia tak bisa melakukan ini. Wajahnya menunjukkan bahwa ia sangat tertekan. Ia hampir menjatuhkan tongkatnya jika Bellatrix tidak berteriak sekali lagi.

"NOW, DRACO! NOOWWW!"

"No." Sebuah suara datang menghentikan mereka. Draco segera menyingkir dari sana dan Severus Snape berdiri menggantikan Draco, berhadapan dengan Albus Dumbledore.

Mereka bertatapan seolah berkomunikasi lewat telepati. Entah apa yang ada di pikiran Snape saat ini.

"Severus... please." Pinta Dumbledore, entah apa yang dimaksud dari permintaan itu. Snape pun mengangkat tongkatnya dan menyebut mantra kutukan tak termaafkan tersebut.

"Avada Kedavra." Mantra itu mengenai Dumbledore hingga terhuyung kebelakang kemudian terjatuh dari atas Menara Astronomi.

Bellatrix tertawa keras kemudian mengangkat tongkatnya ke langit dan membuat tanda Kegelapan diatas sana. Sebuah tengkorak dengan ular menjulur keluar seolah merayakan kemenangan Voldemort sudah di depan mata.

Kawanan Pelahap Maut itu kemudian segera bergegas meninggalkan Hogwarts. Mereka menarik Draco yang masih mematung dengan air mata di pipinya.

Harry di bawah sana membelalak melihat Snape membunuh guru yang ia hormati. Tanpa Harry ketahui, Snape juga menangis di dalam hatinya. Matanya menyiratkan kesakitan yang mendalam karena harus melakukan ini.

Malam itu seluruh penghuni Hogwarts berduka dengan kematian kepala sekolah yang mereka cintai.
Harry menangis kencang di pelukan Ginny. Ia tidak menyangka melihat guru teladannya mati di depan matanya sendiri.

Professor McGonagall membuat sebuah cahaya Lumos dari tongkatnya dan mengangkatnya keatas, diikuti oleh seluruh murid Hogwarts. Mereka melakukannya untuk memperingati kematian sosok paling berpengaruh dalam dunia sihir.

Hermione, Ron dan Ginny sudah mendengarnya dari Harry. Dumbledore dibunuh oleh Severus Snape. Seperti perkiraan mereka, Draco Malfoy menyusupkan Pelahap Maut ke dalam Hogwarts dan mendapat tugas dari you-know-who untuk membunuh Dumbledore. Namun ia tidak bisa melakukannya sehingga Snape menggantikan Draco untuk itu.

.
.
.

TBC

A/N: ditonton ya videonya, ga lama kok, cuma 30 detik. ini masih setting sebelum perang ya jadi ngambil 90% dari film

The End of the NightmareUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum