12. Weirdest confession

7.8K 743 171
                                    

Setelah kejadian tadi, Hermione memutuskan untuk mengasingkan dirinya di perpustakan dengan bertumpuk-tumpuk buku di hadapannya. Ia tidak ingin kembali ke asrama Ketua Murid karena ada Draco disana dan tidak mungkin ke asrama Gryffindor karena Harry dan Ron pasti akan menginterogasinya.

Hermione menunduk, membenturkan kepalanya ke buku dan mengutuk diri sendiri. Bagaimana bisa ia mencium seorang Draco Malfoy?! Ia terbawa suasana, bibir lelaki itu terasa lembut dan hangat hingga sampai saat ini ia masih merasakan bekasnya. Oh ayolah! Kenapa bisa ia berpikir kotor seperti itu.

Oke, pertama-tama ia harus mengakui bahwa ia tertarik dan menyukai Draco. Tidak bisa menyangkalnya lagi setelah kejadian gila barusan. Hermione bahkan tidak menyadari sejak kapan ia menaruh perhatian lebih pada makhluk pirang itu dan bagaimana perasaan itu bisa tumbuh?

Lalu apa yang harus dia lakukan sekarang? Mengatakannya pada Draco lalu ditertawakan dan diejek seumur hidup? Atau menyimpannya selamanya? Oh ayolah Hermione, kau seorang Gryffindor, kenapa menjadi lemah hanya karena masalah hati.

Saat sedang berpikir, tiba-tiba Madam Pince, penjaga perpustakaan sekolah mereka datang dan meletakkan lampu minyaknya dengan keras diatas meja.

"Oh maaf Madam, sepertinya aku tertidur disini. Aku akan segera pergi." Hermione terlonjak dan segera membereskan kembali buku-buku yang ia ambil. Madam Pince terus mengamati Hermione sampai gadis itu pergi dari ruang perpustakaan.

Entah sudah berapa jam Hermione menyendiri di perpustakaan. Ia juga melewatkan makan malamnya. Pasti Harry dan Ron bertanya-tanya dimana ia sekarang. Karena sudah terlalu larut, Hermione akhirnya memutuskan untuk kembali ke asrama Ketua Murid. Berharap Draco sudah masuk ke kamarnya lebih dulu.

Sayangnya, permintaannya tidak terkabul. Draco masih berada di ruang rekreasi seolah menunggunya pulang. Lelaki itu bangkit dari sofa dan menatap Hermione canggung.

Draco merasa tubuhnya sedikit limbung karena bangun dari sofa terlalu cepat. Mulutnya terbuka lalu tertutup kembali, tidak tahu apa yang akan ia katakan. Mereka harus berbicara tentang kejadian tadi sore, tapi yang keluar dari bibirnya hanyalah,

"Ku kira kau tidak akan pulang."

"Aku.. tersesat." Hermione merutuk kembali mulut bodohnya yang tidak bisa mencari alasan lebih masuk akal.

"Apa kau terkurung di Chamber's of Secret atau semacamnya?" Tanya Draco sambil tertawa. Hermione memicing kesal.

"Oh silahkan tertawakan aku sepuasmu, Malfoy. Silly me." Karena menyukai makhluk idiot sepertimu, lanjutnya dalam hati.

Hermione menghentak kakinya lalu berjalan menuju kamar. Ketika ingin membuka pintu, Draco mengeluarkan mantra Colloportus sehingga pintu kamarnya tidak bisa terbuka.

"Demi Merlin!" Hermione berbalik dan siap memaki. Namun lelaki itu hanya tersenyum dan menatapnya hangat. Seketika bulu romanya berdiri, kakinya seolah berubah menjadi jeli. Tidak, ia bisa meleleh jika Draco menatapnya seperti itu.

"Ramuan itu tidak bekerja cukup baik untukku. Mau kah kau memelukku saat aku tidur?" Draco mengulurkan tangannya yang terbuka pada Hermione.

Hermione mengerjap bingung, menatap telapak tangan yang ternyata jauh lebih besar darinya. Hatinya tidak bisa berbohong bahwa ia menginginkan Draco. Anggaplah hari ini Hermione kehilangan akal sehatnya. Dengan gilanya ia meletakkan tangannya diatas telapak tangan Draco.

Ia tidak protes ketika Draco menuntunnya memasuki kamar yang dominan berwarna hijau emas itu. Ia juga tidak meronta ketika Draco menariknya ke pelukan dan memberikan ciuman manis dibalik pintu yang tertutup.

The End of the NightmareWhere stories live. Discover now