16. I'm with you

6.6K 712 57
                                    

Setelah berputar mengelilingi kastil, Hermione akhirnya menemukan lelaki itu di pinggir Danau Hitam. Draco duduk sendirian sembari melempar batu yang membuat riak ke permukaan danau.

Hermione mendudukkan dirinya disamping Draco kemudian menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu. Draco tidak merasa kaget. Entah karena ia sudah tahu itu Hermione atau karena tidak memperhatikan sekelilingnya.

"What are you thinking, Draco? Kau bisa membaginya denganku." Kata Hermione sambil menyatukan jemari mereka, menggenggamnya erat seolah memberi kekuatan.

"Aku benci tanda ini, Hermione." Draco membalik lengannya, memperlihatkan Dark Marks yang selama ini ia sembunyikan dibalik kemeja lengan panjang.

Warnanya tidak sehitam saat kebangkitan Voldemort

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Warnanya tidak sehitam saat kebangkitan Voldemort. Tapi bentuknya masih terlihat dengan jelas. Tanda itu, dulu menjadi hal yang paling Hermione takuti. Tapi kini semuanya sudah selesai. Mereka berdua memiliki luka mengerikan yang sama di lengan. Scars that categorised them as people they weren't.

"Ia sudah mati Draco. You're not part of them anymore."

"Mereka benar. Ini tanda aku pernah memilih pilihan yang salah dan berakhir mengakibatkan kehancuran Hogwarts. Aku tidak pantas disini."
Hermione menarik wajah Draco untuk menatapnya. Ia menangkup pipi Draco dengan keras hingga pandangan lelaki itu fokus padanya.

"Lalu kau akan pergi begitu saja? Kau harus membuktikan pada semua orang bahwa kau bukan pengecut!" Ucap gadis Gryffindor itu dengan tegas. Draco dengan cepat menunduk, menyembunyikan matanya yang berkaca. Ia ternyata masih seorang Malfoy yang pengecut.

"Kau tidak akan pergi meninggalkan aku, kan? Aku disini untukmu. You said you love me, Draco." Pinta Hermione dengan lirih.

Itu benar.

Sudah banyak tekanan yang ia lalui lebih berat dari ini. Lalu kenapa ia harus lari? Ia akan mempertahankan cintanya dan juga mengubah pandangan orang-orang tentangnya. Meski tidak mudah, ia memiliki Hermione disisinya.

"Yes, i love you. Aku tidak akan meninggalkanmu, Hermione. I'm sorry." Draco menarik gadis itu dan memeluknya erat.

Setelah menguatkan hatinya, Draco pun mendatangi Blaise, Theo, Pansy dan Daphne saat makan malam. Mereka duduk di meja yang sama, namun terpisah begitu jauh diantara murid Slytherin lainnya.

Seisi ruangan kembali memberikan atensinya pada sekumpulan murid tahun ke-7 Slytherin itu. Puluhan pasang mata memandang ingin tahu apa yang akan terjadi.

"Aku hanya ingin mengatakan sesuatu." Kata Draco tiba-tiba. Semuanya terdiam, seolah menunggu apa yang akan lelaki itu katakan.

"Maaf, aku tidak akan pergi." Lanjutnya, membuat Blaise, Theo, Pansy dan Daphne memandangnya terkejut.

"Aku akan membuktikan bahwa aku dapat memperbaiki kesalahanku dan pantas berada disini. Dan juga, aku memiliki seseorang yang kucintai disini. Jadi, aku tidak akan pergi." Finalnya.

Sekali lagi, dalam satu hari yang sama, seluruh murid dibuat ternganga, kaget sekaligus terpukau.

"Kau benar-benar tidak bisa diprediksi, Draco." Ucap Theo kali ini dengan senyum miring.

"Mate, aku minta maaf." Blaise berdiri kemudian memeluk Draco dengan bro-hug seperti dulu. Apapun yang terjadi sebelumnya, mereka tetaplah teman.

Pansy dan Daphne tersenyum kecil, sadar bahwa mereka perlu menurunkan ego masing-masing. Tidak disangka, ternyata Draco yang melakukannya terlebih dahulu, orang terakhir yang mereka pikir tidak akan mau mengalah.

Melihat pertemanan yang kembali terjalin membuat semua orang bersiul dan bertepuk tangan riuh. Mereka bahkan membuat sihir untuk menjatuhkan confetti. Oke, terlalu berlebihan. Tapi momennya begitu pas untuk dirayakan.

Hermione tersenyum haru dari meja Gryffindor. Ia menutup wajahnya, merasakan air matanya turun karena begitu bahagia.

"Oh aku benci mengatakan ini tapi itu sebuah pengakuan yang amazing!" Teriak Ron kesal. Dean dan Seamus pun dibuat tidak berbicara karena terlalu kaget. Mereka masih tidak menyangka bahwa anak-anak dari Slytherin bisa berbaikan dengan mudah. Mereka pikir, Slytherin adalah anak-anak dengan ego tinggi dan pembuat masalah ulung. Tapi ternyata, mereka juga anak-anak seperti yang lainnya.

"Ia bukan pengecut Malfoy lagi, i guess. He's really something! Sepertinya aku mulai menyukainya." Itu suara gadis-gadis Hufflepuff yang membuat Hermione memutar matanya malas.

Dia milikku tahu! Teriaknya dalam hati.

"By the way, siapa seseorang yang dicintai yang kau maksud?" Pertanyaan Blaise itu membuat semuanya terdiam dan menoleh pada Draco penasaran. Tapi lelaki itu hanya mengangkat bahunya singkat tanda ia tidak mau menjawab. Terdengarlah desahan kecewa dari gadis-gadis yang baru saja berubah menjadi pemuja Draco.

Malamnya, Draco pulang lebih larut daripada biasanya. Ia menghabiskan waktu bersama teman-temannya di asrama Slytherin. Semenjak menjadi Ketua Murid, Draco belum pernah kembali ke asrama lamanya.

Hermione menunggu kepulangan Draco di ruang rekreasi sambil membaca buku. Ia kemudian bangkit dari sofa begitu pacar Slytherinnya datang.

"Having fun with old friends, Mr. Malfoy?" Ia menutup bukunya dan berdiri dari sofa. Pertanyaan itu terdengar mengejek, namun senyum lebar tersungging di bibirnya.

"Just hanging out with the boys, Ms. Granger."

"Apa yang terjadi tadi? Kau hampir mengatakan kau mencintaiku dihadapan seluruh murid Hogwarts?" Gadis itu tetap mempertahankan suaranya yang terdengar annoyed. Padahal dalam hati ia senang bukan main. Seolah Draco sedang menyatakan cinta padanya dihadapan semua orang.

"Yes, love. Do you like it?" Draco berjalan menghampiri sang gadis dengan seringai khasnya. Ia meraih pinggang Hermione, membawa tubuh mereka untuk merapat.

"Tapi lihat gadis-gadis itu! Mereka memujamu sekarang." Katanya kesal.

"Itu tidak masalah disaat aku hanya memujamu, love." Jawab Draco tetap tenang. Hermione terkekeh lalu mengalungkan lengannya di leher Draco dan memeluknya erat.

"Mr. Malfoy, kau benar-benar membuatku jatuh cinta padamu."

"I love you more, Ms. Granger. Terima kasih telah membuatku berdiri tegak tanpa rasa takut. Terima kasih telah berada disisiku." Ucap Draco dengan bibir berada di kening Hermione. Ia begitu beruntung memiliki gadis tegas, pemberani dan sedikit keras kepala ini. Mungkin tidak ada satu kalimat pun yang bisa mewakili seberapa besar rasa syukurnya. Setelah mengatakannya, ia mengecup kening itu dengan sayang.

Hermione memejamkan matanya, merasakan hangat yang menjalar sampai ke bagian terkecil tubuhnya. Aneh rasanya menyukai seseorang yang dulunya sangat kau benci.

It is so wrong, but feels so right at the same time.

.
.
.
TBC

A/N: ga lama lama kan masalahnya. males kalo terlalu drama, aku ga jago wkwk. baikan sm harry udah, sm anak slytherin udah. kira-kira siapa yang belom? wkwk. ada yang mau kasih saran gimana bisa baikan sm ron?

The End of the NightmareМесто, где живут истории. Откройте их для себя