10. What's wrong w/ you

7.1K 742 35
                                    

Draco langsung kembali ke asrama setelah makan malam. Ia tiba-tiba merasa kesal dan cemburu melihat keakraban Hermione dengan kedua sahabatnya, terutama Ron Weasley.

Ia ingat di tahun ke-4, lelaki rambut merah itu membuat Hermione menangis. Dan sejak saat itu, sebuah perasaan marah dan ingin melindungi muncul di sudut hati terdalamnya. Namun ia meredam semua perasaan itu dan menyembunyikannya dengan baik.

Hermione kembali ke asramanya setelah mengobrol bersama teman-temannya di asrama Gryffindor. Ia hampir saja tertidur disana kalau tidak ingat bahwa kamarnya sudah pindah ke asrama ketua murid.

"Senang berkumpul lagi dengan teman-temanmu, Granger?" Tanya Draco yang ternyata masih duduk di sofa ruang rekreasi. Hermione tahu bahwa itu adalah pertanyaan mengejek.

"Maaf, aku lupa waktu." Jawab gadis itu lalu hendak kembali ke kamar.

"Apa kau pikir karena kau ketua murid sehingga bebas berkeliaran selarut ini?" Hermione menghentikan langkahnya dan menatap Draco nyalang. Ada apa dengannya hari ini?!

Mereka bukan anak kecil lagi yang saling melontarkan kata-kata kasar kan? Sejujurnya Hermione sudah lelah karena Draco terus mengganggunya dengan sifat kekanakan itu. Ia tidak mau mereka berakhir saling mengutuk.

"Tidak, tentu saja! Aku hanya lupa waktu!"

"Lupa karena menghabiskan waktu bersama Weaselbee itu?" Ejek Draco yang membuat Hermione mengacungkan tongkat kearahnya.
Deja vu, kejadian ini pernah terjadi ketika mereka berada di tingkat ke-3.

Draco mencoba tetap tenang meski ia sedikit takut sekarang. Walaupun bertubuh kecil, Hermione benar-benar perempuan yang mengerikan. Wajar jika julukannya adalah The Brightest Witch of Her Age.

"Apa maksudmu, Malfoy?" Tanya Hermione marah. Ia tidak mengerti kenapa Draco tiba-tiba menuduhnya seolah-olah ia melakukan kejahatan.

Draco menghela napas pelan. Sadar bahwa dirinya sudah keterlaluan. Menunjukkan sifat egois yang sudah mengalir kuat dalam darahnya.

"Aku memikirkanmu seharian! Tidak tahu kenapa, aku benci melihatmu bersama Weasel. Karena kau sudah disini, aku bisa tidur sekarang." Ucapnya sedikit keras. Daripada marah, Draco lebih terlihat frustasi. Ia menyingkirkan tongkat Hermione kesamping lalu beranjak ke kamarnya.

Begitu sampai kamar, Draco mengacak rambutnya dengan frustasi. Ia menyesal karena perasaan marah dan cemburu yang sudah ia simpan dengan baik, keluar begitu saja. Hermione pasti akan tertawa karena sudah menyebabkan dirinya cemburu berat.

Tanpa Draco ketahui, Hermione justru mematung di tempatnya. Pikirannya blank, tidak mampu mencerna kalimat lelaki itu. Jantungnya dengan lancang berdetak abnormal diluar kendalinya. Dengan cepat ia menyadarkan dirinya lalu berlari ke kamar. Ia tidak tahu apakah ia bisa tidur malam ini.

Pagi hari datang dengan cepat. Hermione menyesal karena tidak mendapat tidur yang cukup. Ia memakai seragamnya dengan rapih, menenteng jubah hitamnya kemudian membuka pintu kamar.

Sialnya, Draco juga baru saja keluar dari kamar. Keduanya bertatapan dalam diam.

"Pa-pagi." Sapa Hermione dengan canggung.

Draco mengangguk lalu berjalan ke counter dapur. Ia mengambil beberapa roti untuk membuat sarapan.

"Kau mau?" Tanyanya.

"Eh, ya please." Hermione kemudian duduk di salah satu kursi di depan counter. Sebenarnya ia masih penasaran dengan maksud Draco kemarin. Perkataan terakhir Draco bahkan masih terngiang di benaknya. Alasan mengapa ia tidak mendapat tidur yang cukup. Tapi ia ragu untuk membahas hal itu. Tanpa sadar ia terlalu lama memperhatikan Draco.

Lelaki itu terlihat sangat bersilau di pagi hari dengan rambut pirang dan kulit pucatnya. Terlebih ia tidak menggunakan setelan hitamnya lagi. Kalau bisa dibilang, ini pemandangan pagi yang cukup indah.

Tiba-tiba Draco tertawa kecil dan menyeringai. Hermione mengernyitkan dahi bingung. Apa? Kenapa?

"Aku tahu aku tampan, Granger. Tidak perlu memujiku seperti itu." Kata lelaki itu dengan senyum miringnya.

"Kau membaca pikiranku?!" Teriak Hermione kesal. Hermione tahu kemampuan itu memang mengalir dalam darah Pureblood seperti Malfoy. Tapi ia tidak percaya Draco menggunakannya seperti ini. Itu pelanggaran privasi tahu?!

"Maaf, tidak sengaja. Aku penasaran apa yang kau pikirkan." Surprisingly, seorang Draco Malfoy meminta maaf.

Hermione menelan kembali kemarahan yang tersangkut di tenggorokannya.

"Jangan lakukan itu. I hate it! Terima kasih sarapannya." Ucapnya kemudian bergegas pergi dari sana.

Draco sungguh tidak sengaja tentang membaca pikiran itu. Ia hanya ingin mengetahui apa yang Hermione pikirkan tentangnya setelah kejadian 'blurted out' tadi malam. Tapi ia justru mendengar Hermione yang memujinya sampai jantungnya ingin meledak karena senang. Tanpa ia sadari, senyum tulus terukir untuk pertama kalinya.

Hermione kini sedang berkumpul di taman sembari membaca buku bersama Harry dan Ron sebelum kelas selanjutnya dimulai.

Teringat kejadian tadi pagi, Hermione langsung memukuli kepalanya sendiri berkali-kali karena sudah berpikir Draco Malfoy sangat tampan.

Harry dan Ron menatap sahabat kecilnya itu dengan bingung. Tidak biasanya Hermione terlihat linglung dan aneh seperti ini.

"Hey, hey ada apa denganmu, Mione?" Ron menghentikan tangan Hermione yang memukul kepala sendiri.

"Harry, apa pikiranku memang semudah itu dibaca? Tolong ajari aku Occlumency."

"Aku tidak tahu karena aku tidak pernah menggunakannya. Lagipula, untuk apa Hermione?"

"Seseorang menggunakan Legilimency padaku." Ucap Hermione frustasi.

"Apakah itu Malfoy? Bloody Hell, itu sangat kurang ajar dan tidak sopan. Kau mau aku memberinya pelajaran?" Ucap Ron penuh percaya diri.

"Tidak perlu. Itu hal sepele sebenarnya."

"Lalu kenapa kau sepanik ini?" Tanya Harry penasaran.

Karena lelaki itu masuk ke pikiranku untuk mengetahui bagaimana perasaanku! Hermione tersadar karena hampir mengutarakan masalah yang sebenarnya.

"Kau benar Harry! Aku hanya tidak suka kelakukannya. Tapi itu bukan hal besar, sungguh." Ia tertawa canggung sementara Harry dan Ron menatapnya aneh.

Mereka yakin ada sesuatu yang terjadi pada dua orang itu.

.
.
.
TBC

A/N: ceritanya legilimens Draco gaperlu diucapkan, tatap mata atau dengan tongkat alias nonverbal wandless. mantul gak tuh? haha

The End of the NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang