6. First of all

7K 759 23
                                    

Malam itu juga murid di asrama Gryffindor membuat acara perpisahan kecil-kecilan. Mereka berkumpul di ruang rekreasi bersama dengan Hermione yang sudah mengemasi barang-barangnya.

"Tetaplah main kesini, ok?" Kata Neville.

"Oh tentu saja Neville. Aku hanya pindah beberapa menara. Tidak akan jauh."

"Kau harus berhati-hati padanya, Mione." Ucap Seamus merujuk pada Draco Malfoy.

"Meskipun tidak bersalah, ia tetap mantan Pelahap Maut." Lanjut Dean menyetujui ucapan Seamus.

Hermione mengangguk, berterima kasih karena teman-temannya sangat perhatian padanya. Tapi semua ini terlalu berlebihan. Perang sudah berakhir, Draco tidak mungkin melakukan sesuatu yang jahat padanya.

"Oke teman-teman, aku tahu siapa yang aku hadapi." Jawab Hermione, tidak ingin membahas tentang Draco dan mantan Pelahap Mautnya.

"Aku pernah meninjunya sampai hidungnya patah di tahun ketiga, ingat." Tambah gadis itu sambil tertawa.

Sejujurnya ia jengah karena semua orang masih saja mengungkit hal itu.
Setelah acara pelepasan kecil tersebut, Hermione diantar oleh Harry dan Ron ke asrama ketua murid.

"Jaga dirimu baik-baik. Kalau ada apa-apa, panggil aku atau Ron."
Hermione mengangguk pada Harry. Mereka berpisah setelah memberikan pelukan kecil.

Ia pun segera masuk ke dalam asrama barunya setelah menyebutkan kata kunci, amor de vivo. Ruangan itu lebih kecil dari ruang rekreasi Gryffindor, tapi terlihat nyaman dan pas untuk dua orang.

Disana terdapat satu sofa besar yang menghadap ke perapian. Satu meja studi dan dua kursi. Di sudut kiri terdapat satu kamar mandi, sudut kanan counter dapur kecil, dan di sisinya terdapat dua kamar yang diberi bendera asrama Slytherin dan Gryffindor.

Warna ruangan itu bercampur antara hijau dan merah. Beberapa perlengkapan terbuat dari emas berlambang singa dan ular. Sangat Slytherin dan Gryffindor sekali.

"Sebuah perpisahan yang mengharukan, Granger." Ucap sebuah suara mengagetkannya.

Itu Draco Malfoy berdiri di depan pintu dengan kemeja putih dan dasinya yang berantakan. Tangannya memegang jubah Slytherin dan sebuah koper. Sepertinya ia juga baru datang.

Hermione tidak berniat membalas ejekan tersebut karena ia justru sulit bernapas. Iris kelabu itu menatapnya tepat di mata. Apakah ini rasa takut? simpati? atau kagum dengan keindahan iris itu?

Begitu banyak pertanyaan di otak Hermione seperti, bagaimana perasaanmu? Kau baik-baik saja? Kenapa kau menyelamatkanku saat itu? Namun tak satupun pertanyaan yang mampu Hermione utarakan.

Mereka terdiam sesaat dan aura canggung meliputi ruangan. Mereka tidak pernah berada dalam satu ruangan berdua sebelumnya. Oh, kecuali saat di Malfoy Manor. Dan kejadian mengerikan itu bukan suatu hal baik untuk diingat.

"Sepertinya kamarku disini." Suara Draco memecahkan keheningan. Ia mengalihkan pandangannya dan berjalan cepat memasuki kamar dengan bendera Slytherin diatasnya.

Setelah Draco memasuki kamarnya, Hermione baru bisa bernafas lega. Ia memegang jantungnya yang berdetak cepat. Bloody Hell! Apa yang terjadi padaku?!

Meski peperangan telah usai, masih ada dinding tak kasat mata yang seolah membatasi mereka. Begitu berbeda, begitu berlawanan, begitu terpisah. Terlihat dekat namun juga terasa jauh dan dingin, membuat Hermione ingin merengkuh lelaki itu dalam kehangatan. Perasaan yang sama seperti saat Hermione melihatnya di Ruang Kebutuhan.

Apakah ini perasaan kasihan? Tidak, jantungnya tidak akan berdenyut aneh seperti ini.

Draco di sisi lain, menyenderkan tubuhnya dibalik pintu. Ia merasa aneh karena Hermione tidak merespon apa-apa terhadap ejekannya seperti dulu. Suatu hal tentang mereka berubah dan ia tidak mengetahui apa itu.

Dulu iris cokelat itu akan menatapnya tajam kemudian membalas hinaan tak kalah pedasnya atau bahkan sampai berani meninju wajahnya.

Tapi sekarang gadis itu justru menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat diartikan. Mungkin itu hanya tatapan kasihan, mengingat Hermione adalah gadis yang sangat caring.

Tapi tetap saja Draco penasaran, apa sebenarnya yang ada di dalam kepala cantiknya itu.

.
.
.
TBC

The End of the NightmareWhere stories live. Discover now