2-1

1.7K 159 23
                                    

"Gimana rasanya sudah menikah?"

Jihyo menghela nafasnya, sedangkan yang menanyakan menahan tawa karena melihat ekspresi Jihyo sedih dan menahan marah bercampur menjadi satu.

"Oppa, bisakah kamu tidak menanyakan hal itu?" Tanya Jihyo berkilah

Jimin, ya pria itu yang menanyakan Jihyo tertawa.. menampilkan matanya yang sipit tambah tidat terlihat lagi karena tawanya yang membuat pipinya naik, sehingga menutupi matanya yang sipit itu.

"Aku hanya menanyakan bagaimana rasanya? Kenapa kamu maalah kesal seperti itu?" Tanya Jimin.

Jihyo tak menggubris pertanyaan Jimin, ia memakan salad yang ada didepannya dengan gusar.

"Oh ayolah, kamu seperti anak remaja saja. Jangan marah seperti itu. Btw, kenapa kamu potong pendek begitu? Habis disakiti Jungkook?"

"Oppa, sekali lagi mulutmu terbuka, aku tak akan segan-segan untuk merobeknya!"

"Omo! Jihyoku yang sekarang sudah menjadi orang gila" goda Jimin.

Jihyo diam, karena kesal dengan Jimin.
Jimin yang menyadari hal itu buru-buru meminta maaf

"Oke, mianhe hehe. Kamu kenapa sebenarnya? Oppa mu ini baru pulang dari Jerman. Aku hanya menanyakan bagaimana kabar kalian setelah menikah, kenapa kamu menjawabnya seperti itu? Aku kan hanya ingin meminta pendapatmu, karena aku juga akan menikah dengan Sana. Kau ingat dia kan?"

Jihyo mengangguk pelan.
Karena sudah tak tahan, Jihyo berdiri dari kursinya.. menghampiri Jimin yang ada disebrangnya, lalu Jihyo memeluk Jimin dengan erat.
Disana Jihyo menangis, bisa dirasakan Jimin karena kemeja lelaki itu basah.

Jimin mengelus rambut pendek Jihyo demi menenangkan adik sepupu kesayangannya itu.
Jihyo adalah adik sepupu yang paling disayanginya, mengingat dia adalah anak tunggal dan Jihyo adalah anak terpolos baginya. Tapi dia tidak menyangka kalau Jihyolah yang melangkahinya dalam urusan berumah tangga.

Jimin pun keheranan, karena sejak pagi, ia sudah diapartement adiknya ini, Jihyo memasang ekspresi murung mulu.
Jihyo sengaja meliburkan diri karena ia ingin menghabiskan waktu bersama Jimin, karena Jimin akan pergi ke jepang untuk menemui kekasihnya.

"Aku ingin kembali saja ke masa dimana kami masih kuliah. Saat itu, dia masih perhatian padaku. Aku merindukannya.
Setelah menikah, makin lama, dia jarang menunjukkan perhatiannya padaku lagi, oppa. Dia selalu saja pulang tengah malam disaat aku dan Jungsu sudah tidur. Paginya dia buru-buru berangkat. Aku frustasi, akhirnya aku memilih memotong rambutku. Dia pernah bilang, dia tidak suka kalau aku berambut pendek. Aku ingin ngetes saja. Tapi dia tidak memberi respon apapun setelah melihatku"

Jimin menghela nafasnya
"Maklumilah, dia adalah penerus ayahnya."

"Aku tahu itu, tapi yang bikin aku kesal adalah, salah satu karyawan yang aku percaya untuk mengikutinya, Jungkook bilang mengabariku akan rapat. Memang benar ia bersama mitranya, tapi mereka mengadakan  rapat di tempat karaoke?? Apa pernah oppa meeting disana? Apa mungkin Jungkook  bosan denganku karena aku sudah ibu-ibu?"

"Heyy!! Adikku walaupun sudah beranak satu tubuhnya masih seperti masa kuliah. Adikku Joy maupun kamu tidak ada yang jelek, semuanya cantik"

"Tapi kenapa dia berbohong oppa? Apa dia punya gadis lain??" Tanya Jihyo sedih

Jimin terdiam, seolah membenarkan perkataan Jihyo. Karena Jimin merasakan, sesibuknya dia, dia akan selalu mengutamakan Sana dan memberi perhatian pada Sana agar gadis itu memakluminya.
Jimin tidak sadar kalau sifat dari orang-orang berbeda.

"Mau ikut oppa ke Jerman aja?" Tawar Jimin

"Hah?" Jihyo melepaskan pelukannya dan menatap Jimin tak percaya dengan sisa airmata yang ada dimatanya.

Jimin menghapus sisa airmata yang ada di dimata Jihyo sambil mengangguk
"Hmm, kau dan Jungsu. Jangan pikirkan pendidikan Jungsu aku yang akan mengurusnya"

Jihyo tampak berpikir
"Begitu yah, oppa"

"Iya, bagaimana?"



"Eomma!!!!!"

Jihyo dan Jimin menoleh keasal suara anak kecil yang datang dari pintu tamunya.

Jihyo langsung saja menghampiri anak kecil yang berumur empat tahun itu yang baru saja selesai pulang sekolah.

"Pak Kim bilang, kalau eomma tidak bekerja. Horee!! Akhirnya aku bisa main dan tidur siang sama Eomma" Jungsu melompat-lompat kegirangan.

Jihyo tersenyum senang sambil memeluk sayang anaknya.

"Eomma, eomma berhenti saja ya bekerjanya? Biar appa saja yang kerja. Aku ingin sama eomma terus. Aku ingin seperti Sian yang dijemput ayah dan ibunya. Berhubung appa sibuk, aku mau eomma saja yang berhenti, yaa?" Rayu Jungsu.

"Kan ada nenek sayang?" Tanya Jihyo lembut sambil membenarkan rambut anaknya.

"Nenek baik, nenek bermain denganku, tapi aku mau sama eomma" jawab Jungsu sambil beraegyo.

"Hmm, eomma akan berhenti bekerja" Jihyo hanya bisa mengangguk menyetujui permintaan anaknya.

Selama ini, Jungsu kalau sudah pulang sekolah. Ia akan diantar supirnya menuju rumah orang tua Jungkook. Disana Jungsu dijaga oleh orang tua Jungkook sampai Jihyo menjemputnya.

"Asiikkkk" Jungsu langsung memeluk mamanya erat, tak sengaja matanya melihat Jimin yang berada dibelakang Jihyo tersenyum.

"Eoh? Jimin Samchoon?" Jungsu melepaskan pelukannya pada mamanya lalu menuju Jimin yang sudah merentangkan tangannya.

Jungsu dan Jimin berpelukan,

"Waaaa keponakan Samchoon sudah besar dan pintar ya sekarang" setelahh memeluknya, Jimin mencium kedua pipi gembil Jungsu.

"Samchoon, Jungsu merindukan samchoon" ucap Jungsu

"Samchoon jugaa."

"Jungsu ingin mainn sama samchoon" ucap Jungsu

"Main?" Tanya Jimin

"Hm" Jungsu mengangguk antusias "main perang-perangan"

Jimin tampak berpikir, "bagaimana kalau kita ke taman bermain??"

Mata Jungsu melebar
"Waaaahh aku mau Samchoon!! Ayooo, aku ingin kesana. Sian bercerita padaku kalau ia bermain bersama appanya disana"

Seketika pundak Jimin turun begitu mendengar ucapan Jungsu, Jimin langsung melihat kearah Jihyo yang tersenyum masam padanya.

I Would [Complete]Where stories live. Discover now