All I Need is You.

4.6K 843 109
                                    

Psst, I’d like to read the comment section especially when you guys give reaction there so. 👀

Tebakan Hyunjin benar. Ranjang milik teman sekamarnya itu sudah kering, dan mereka bisa menata ulang kamar asrama tersebut. “Gih lo mandi dulu, abis itu baru kita beres-beres.” Ucap Hyunjin sembari melepas sepatunya.

Jeongin mengangguk, ia meletakkan tasnya lalu melipir masuk ke dalam kamar mandi. Hyunjin menggeser meja belajarnya sedikit, lalu dengan hati-hati memindahkan beberapa buku dari lemari kecilnya yang terletak di bawah meja.

Dua puluh menit, Jeongin selesai. Ia menggantung handuknya lalu keluar dari kamar mandi dengan piyamanyaㅡpadahal belum malam hari, ini masih sore. Laki-laki bermarga Yang itu tidak tahu apakah kewarasannya masih berada di tempat, karena saat ini ia menatap Hyunjin yang menggulung lengan kemeja putihnya sembari memindahkan beberapa barang.

Hyunjin meliriknya, lalu tertawa pelan dan menjentikkan jarinya di hadapan Jeongin. “Udah bengongnya. Bantuin gue, dong.” Ucapnya.

Laki-laki berbehel itu tersenyum kikuk, lalu mulai melepaskan satu-persatu kayu yang ada di bagian tempat tidurnya. Mereka berdua menggeser kerangka tempat tidur tersebut untuk disatukan, mendekat ke arah dinding yang sudah terdapat ranjang milik Hyunjin di sana.

Perlahan-lahan, Jeongin dan Hyunjin mengangkat kasur yang sudah kering tersebut untuk masuk. Memberikan alas yang senada dengan milik Hyunjin lalu menyusun bantal mereka berdua di atas sana.

( Bayangan aja, kasur mereka dua- single bed yang disatuin, paham kan? )

Jeongin meloncat ke ranjangnya, lalu dengan sengaja berguling ke ranjang Hyunjin. Sehingga seolah-olah ia menguasai keduanya. “Lo tidur di lantai!” Perintahnyaㅡini hanya candaan.

Hyunjin tidak terima, ia menarik kaki Jeongin dan membuat laki-laki itu tertawa keras. “Yee enak aja, gak gak.” Balasnya sembari terus menarik kaki putih milik teman sekamarnya itu.

Laki-laki berbehel itu menjulurkan lidahnya, membuat Hyunjin gemas dan menggelitik pinggang kecil itu. Membuat rubah kecil di bawahnya itu tertawa.

“HAHAHA, IYA AMPUNㅡ” Suara tawa tersebut benar-benar menjadi favorit Hyunjin.

“WOI, BERISIK KALIAN!” Dan suara yang satu ini adalah teriakan Jisungㅡtetangga mereka.

Hyunjin dan Jeongin tertawa pelan, lalu Jeongin memukul pelan bahu Hyunjin. “Lo sih!” Protesnya.

Pria bermarga Hwang itu hanya memberikan wajah meledeknya, lalu ia beranjak dari atas ranjang. Melepas ikat pinggangnya dan berjalan ke arah kamar mandi. Namun setelah itu ia memunculkan lagi kepalanya, “Awas aja sampe kasur gue kacau gara-gara lo.” Ucapnya sembari menunjuk Jeongin.

Jeongin hanya memberikan tatapan meledeknya, lalu mengambil sebuah bantal dan menjadikannya sandaran untuk dadanya sembari bermain ponsel. Pintu kamar diketuk, laki-laki itu beranjak dan membuka pintu tersebut. Menampakkan seorang laki-laki dengan bintik di wajah.

“Hyunjinnya ada?” Tanya Felixㅡteman Hyunjin dan ia tak mengenal Jeongin.

“Hyunjinnya lagi mandi. Kenapa, ya?” Jeongin menjawab sembari menunjuk pintu kamar mandi nan tertutup.

Felix memberikan sebuah map berisi kertas-kertas entah apa, “Tolong titip ya. Bilang itu tugas-tugas kelompok yang masih butuh revisi.” Jelasnya.

Jeongin mengangguk, lalu Felix mengucapkan terimakasih dan melangkah pergi. Saat Jeongin membalikkan badannya, Hyunjin sudah berada di hadapannya. “KAGET, SIALAN!” Pekiknya sembari memukul Hyunjin dengan map tersebut.

Hyunjin tertawa, lalu menerima map tadi dan meletakkannya di atas meja. “Hehehe, iya, maaf.” Balasnya sembari menggantungkan handuk pada kursinya.

Jeongin kembali merebahkan tubuhnya, menarik selimut dan memeluk erat guling miliknya. Sudah bersiap tidur, namun masih saja memainkan ponsel pintarnya.

“Jangan main hp deket-deket, nanti mata lo rusak.” Tegur Hyunjin sembari duduk dan menyender pada penyangga ranjangㅡdi sebelah Jeongin.

Yang ditegur hanya diam, lalu meletakkan ponselnya tepat di bawah bantalnya. “Lo mau pusing apa gimana? Hp kok di bawah bantal. Radiasi.” Dan lagi-lagi Hyunjin menegurnya. Kali ini tanpa meliriknya, dan ia memilih fokus pada novel di tangannya.

Jeongin mendecak pelan, “Lo tuh ngomel mulu, hobi banget sih!” Balasnya sembari meletakkan ponselnya di atas nakas.

Hwang Hyunjin tertawa pelan, lalu menutup novelnya dan ikut merebahkan tubuhnya. Ia melirik Jeongin yang sudah memeluk erat lagi bantalnya dengan mata tertutup, namun ia tahu laki-laki itu belum tidur.

Angin kencang membuat suasana kamar yang sudah menggunakan pendingin ruangan itu menjadi semakin dingin. Dan ketika Hyunjin baru saja menarik selimutnya, listrik padam.

Laki-laki itu ingin beranjak untuk mengambil lampu cadangan, namun jemari Jeongin malah menarik kausnya. “J-jangan kemana-mana..” Bisik Jeongin.

“Eh, lo kenapa?” Tanya Hyunjin. “Gue cuma pengen ambil lampu kok, sebentar.” Sambungnya sembari mengambil lampu di meja belajarnya.

Lampu kecil itu ia nyalakan, setidaknya kamar mereka tidak gelap gulita. Hyunjin kembali berguling ke sebelah Jeongin, ia menatap laki-laki yang kini menghadap ke arahnya dengan tatapan ketakutan yang menggemaskan. “G-gue takut gelap..” Cicitnya sembari menutup wajahnya.

Hyunjin tak menjawab apa-apa, yang ia lakukan malah menarik Jeongin untuk berpindah ke ranjangnya. Lalu membungkus tubuh yang lebih kecil darinya itu untuk masuk ke dalam selimutnya. Tangannya ia gunakan untuk merengkuh tubuh Jeongin, tenggelam di dalam pelukannya.

Wajahnya memerah, Jeongin berharap Hyunjin tidak mendengar detak jantungnya yang menjadi cepat dalam jarak sedekat ini.

ㅡㅡ
It's 1 A.M and I updated this fict wow

SEE SAW.Where stories live. Discover now