Nothing's That Bad.

3.8K 700 131
                                    

“Nih, ya. Daripada kamu bolos cuma karena malem ini mau ke fable, mending kamu bolos terus kita jalan-jalan ke luar kota sekalian. Mau?” Tawar Hyunjin sembari memainkan rambut kekasih mungilnya yang sejak tadi merajuk. Berakhir pria bermarga Hwang itu memangku Jeongin di hadapannya.

“Pokoknya enggak ada ke fable ya, Yang Jeongin. Saya gak ngizinin kamu.” Bisik yang lebih tua lagi, bibirnya menempel di daun telinga Jeongin, tak lama turun ke arah lehernya. Jadi merinding.

Mau tak mau yang lebih muda mengangguk, sedikit mendongakkan lehernya yang kini sedang dihujani kecupan-kecupan basah. “Kamu mau kemana?” Tanya Hyunjin, berniat bertanya keinginan sang kekasih.

“Mau ke Eropa.” Balas Jeongin asal.

Hyunjin terkekeh, “Abis UAS aja kalo itu, nanggung dua hari lagi UAS.” Ucapnya sembari mencium bahunya.

“E-eh, kamu serius?! Tiketnya gimana..”

“Emang keliatan bohong? Kamu siapin passport aja, minta izin juga, oke?”

Jeongin langsung menghadap ke arah Hyunjin, mencium bibirnya perlahan. Membalik tubuhnya lalu duduk di atas pangkuan Hyunjin, memeluk leher yang lebih tua dan melumatnya pelan. Sang dominant merengkuh pinggangnya, membiarkan kekasihnya memegang kontrol.

Ciuman dilepas, Jeongin menyender pada bahu yang lebih tua. Wajahnya merona, kehabisan nafas namun menikmati.

“Sayang, bantuin.” Bisik Hyunjin.

“Bantuin apㅡ nghh.” Dan ucapan Jeongin terputus ketika Hyunjin meremat bokongnya.

Baiklah, mari kita biarkan dua pasangan itu bersenang-senang sebelum menjalani ujian akhir semester.

••••

Jeongin terbangun dari tidurnya di pelukan Hyunjin, melirik jam di nakas yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Dia terbangun karena lapar, untung saja tadi Hyunjin tidak kebablasan bermain kasar. Beranjak dari ranjang, Jeongin melangkah ke arah kamar mandinya. Membersihkan tubuh dan berniat membeli makanan di supermarket asramanya itu.

Setelah ia sudah selesai membersihkan diri, Jeongin memakai piyama ditambah jaketnya. Tak lupa menempelkan sebuah hansaplas pada lehernya yang terdapat bercak-bercak merah karya laki-laki sialan bernama Hwang Hyunjin yang masih asik tertidur di ranjangnya.

“Tidur nyenyak, sayangku.” Bisik Jeongin sembari mengecup bibir Hyunjin pelan dan beranjak keluar dari kamarnya.

Kebetulan Jisung baru pula keluar dari kamarnya, sepertinya akan ke supermarket juga. “Hai, Jeongin.” Sapanya sembari menghampiri yang lebih muda.

“Hai, Sung. Mau ke supermarket?” Tanya Jeongin sembari melangkah bersamaan dengan Jisung.

Jisung mengangguk lalu merangkul Jeongin, “Kok kayaknya lo lagi seneng banget, kenapa sih?” Tanya yang lebih muda sembari menyenggol pinggul sahabatnya itu dengan sikutnya.

“Kepo lo.” Balas Jisung sembari tersenyum lebar.

Jeongin memutar bola matanya, “Curiga gue, lo abis ngelakuin yang aneh-aneh ya.” Jawabnya sembari menatap Jisung dengan tatapan curiganya.

“He'eh, tadi gue abis menciduk temen sekamar lo tuh.” Ucap Jisung sembari tertawa, masuk ke dalam supermarket bersama Jeongin dan memilih mie kemasan dan minuman dingin. Tak lupa mengisi air panas di dalam kemasan mie tersebut.

Jeongin mengerinyitkan keningnya, “Hah menciduk ngapain?” Tanyanya. Antara penasaran dan takut. Tangannya juga meraih sebuah mie kemasan dan mengisinya dengan air panas.

“Untung tadi lo gak ada di kamar ya,” sambung Jisung yang mengira bahwa Jeongin baru pulang dari kampus dan keluar lagi untuk membeli makanan.

“ㅡtadi gue denger suara desahan, bangsat, dari kamar lo sama Hyunjin. Pasti dia lagi nonton anime homo, tuh. Soalnya desahannya kawaii abis.” Ucap yang lebih tua melanjutkan.

Jeongin diam di tempat, sial, berarti tadi suaranya terlalu kerasㅡ

“Jeongin kok ngelamun? Woy! Buru, gue bayarin sekalian mie punya lo.” Jisung kelambaikan mie kemasannya di hadapan Jeongin, yang lebih muda hanya mengangguk dan memberi mie kemasan juga minumannya pada Jisung.

Diam-diam meraba lehernya dan menggigit bibir bawahnya pelan, takut-takut ia ketahuan, ditambah Jisung dekat dengan Ibunya. Bisa gawat nanti.

Anyway, gue dideketin kakak tingkat.” Jisung memberikan mie kemasan Jeongin yang sudah ia bayarkan, lalu keluar dari supermarket dan duduk di kursi juga meja yang telah di sediakan.

“Siapa? Anak mana?”

“Kak Minho, hehe.”

Yah, untung saja Jisung bagian dari pelangi, walaupun Ibu tak mengetahuinya.

ㅡㅡ
A/N:
Konfliknya munculnya masih lama nih. 😚😚
Seneng-seneng dulu aja lah ya.

SEE SAW.Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz