Soup and Soap.

5.8K 807 82
                                    

Sore hari, Jeongin terbangun dengan tubuh yang rasanya hampir patah. Lelah bertubi-tubi menyerangnya, ditambah dinginnya ruangan yang keadaannya sudah sedikit berubahㅡtirai sudah dibuka dan cahaya masuk ke dalam ruangan.

Ia sadar soal hal yang ia lakukan tadi pagi, dengan seseorang bernama Hwang Hyunjin alias teman sekamarnya. Bahkan Jeongin masih bisa melihat bercak-bercak seperti airㅡcairan pada piyama dan.. ranjangnya. Tak memperdulikan itu semua, laki-laki berbehel itu kembali menggulung dirinya dalam selimut hingga membentuk sebuah buntalan.

Cklek.

Pintu kamarnya terbuka, Hyunjin masuk dengan sekotak sup daging dengan wortel dan nasi. Ia menghampiri Jeongin yang masih menggulung tubuhnya, “Bangun, jangan tidur lagi. Makan dulu, ya?” Ucapnya sembari mencium kepala yang lebih muda di hadapannya itu.

Laki-laki mungil itu duduk, menggulung bagian pinggang hingga kakinya dengan selimutㅡcelananya terlihat sudah masuk ke dalam keranjang cucian.

“Tapi aku belom mandi..” Ucap Jeongin.

“Ya, gapapa. Isi dulu perutnya, sayang. Kamu dibangunin gak bisa, udah kaya orang mati kalo tidur. Nanti sakit.” Omel Hyunjin sembari membuka kotak sup tersebut dan mengambil sebuah piring.

Jeongin hanya mengangguk, lalu menerima suapan sup dari Hyunjin. Pria itu menatapnya, lalu menyuapkan lagi sup hangat tersebut.

“Udah, gak mau lagi. Perutku ga enak, Jin.” Tolaknya ketika mencapai suapan ke-5.

Hyunjin menyodorkan minumnya, lalu meletakkan piring tersebut di atas meja.

“Jeong, angkat selimutnya coba.” Ucap Hyunjin, yang tentu saja ditolak Jeongin.

“Ih, gak. Aku kan gak pake celana..”

Yang lebih tua tertawa pelan sembari meraih sebuah obat oles di mejanya. “Saya udah liat semuanya tadi pagi, ok? Saya obatin sini pinggangnya. Paha kamu juga kayanya lecet, sayang.” Ucap Hyunjin sembari mengangkat selimut yang digunakan Jeongin.

Jeongin akhirnya pasrah, membiarkan Hyunjin mengoleskan obat tadi ke bagian pinggang dan pahanya. Ia meringis, karena memang merasa ada yang lecet pada bagian pahanya.

Hyunjin meletakkan obat tersebut lalu menabrakkan kepalanya ke arah perut laki-laki lucu itu. Ia memeluk pinggang Jeongin dengan pelan, sembari sesekali menggesekkan hidungnya.

“Jeong,”

“Hmm?”

“...Jadi pacar saya, ya?” Hyunjin berucap sembari mendongak ke atas, menatap Jeongin dengan serius.

Laki-laki berbehel itu terdiam sejenak, jantungnya berdetak dengan tidak santainya. Wajahnya tiba-tiba saja memerah. Hyunjin menatapnya sembari tersenyum, lalu detik selanjutnya adalah Jeongin mengangguk pelan dengan senyuman manisnya.

Hyunjin tertawa pelan, mengangkat baju Jeongin dan membiarkan kepalanya masuk ke dalam piyama milik kekasih barunya itu. Yang lebih muda mengelus pelan kepalanya sembari tertawa.

“Hyunjin, geliiii.” Ucapnya sembari tertawa dan menahan kepala Hyunjin yang menghisap pelan perutnya.

“Mandi gih. Udah sore, bau kamu.” Hyunjin tertawa sembari mengeluarkan kepalanya dari baju yang lebih muda. Ia mengacak rambut Jeongin dan membiarkan laki-laki menggemaskan itu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Ponsel Jeongin bergetar ketika Hyunjin membereskan tempat tidurnya, sebuah pop-up chat muncul di layarnya. Terlihat sebuah pesan dari kontak bernama Mama di sana.

Missed Call from Mama.

Mama
Jeongin, ditelpon kok
tidak diangkat?
Besok pulang, ya.
Jangan lupa jemput Yerim
di fakultasnya. Mama mau
ngomong sama kalian.

Hyunjin memggindikkan bahunya, lalu meletakkan ponsel Jeongin di atas meja dan melanjutkan kegiatan membersihkan kamarnya. Hingga sang empunya ponsel selesai mandi dan sudah bersih, ia melirik ponsel milik yang lebih muda.

“Tadi Mama-nya kamu nelpon.” Kata Hyunjin sembari menunjuk ponsel milik kekasihnya itu.

Jeongin mengerinyitkan dahinya ketika membaca pesan dari sang Ibu, lalu ia menghela nafasnya. “Biarin aja, aku males.” Ucap Jeongin sembari menutup pesan tersebut tanpa berniat membalasnya.

“Kenapa?”

Laki-laki yang lebih tua menghela nafasnya, “Dia mau jodohin aku sama Yerim Yerim itu.” Balasnya sembari duduk di atas ranjang dan mengerucutkan bibirnya.

Hyunjin hanya mengangguk, lalu berbaring di atas ranjang. Menarik Jeongin untuk memeluknya erat seolah-olah menjadikannya sebuah guling.

“Besok kamu ada kelas?” Tanya Hyunjin.

Jeongin berfikir sejenak, “Ada, tapi maleeeeeees.” Rengeknya sembari memeluk Hyunjin dengan erat.

Yang lebih tua tertawa, lalu mencium seluruh wajah laki-laki di pelukannya itu dengan gemas. “Ga boleh males. Mau dihukum?” Balas Hyunjin sembari menggigit pelan pipi milik kekasihnya itu.

“HWANG HYUNJIN YOU BETTER SHUT UP NOW AND LET ME SLEEP.

SEE SAW.Where stories live. Discover now