I Gotta Get Back To You.

2.4K 364 31
                                    

I promise, I’m gonna back as soon as possible, okay? Jangan khawatir, kamu di sini, saya urus semuanya. Ya?” Ucap Hyunjin sembari menangkup pipi Jeongin yang hidungnya sudah memerah karena menangis.

“Daehwi, tolong jaga dia selama saya ngurus semuanya di Indonesia, ya? Saya janji, saya bakal balik secepatnya.” Ucapnya kemudian kepada Daehwi dan Samuel yang menemani mereka ke Bandara.

Daehwi mengangguk sembari tersenyum, dan Hyunjin berterimakasih. Setelah itu ia mengecup kening Jeongin agak lama, “Aku pergi sekarang.” Bisiknya setelah itu, lalu melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan bertuliskan “keberangkatan.”

Hyunjin memutuskan untuk pulang, menyelesaikan semuanya, surat kepindahan, dan mendatangi keluarga Jeongin untuk menjelaskan. Ia mendapat kabar dari salah satu temannya jika ia tak melihat Yerim datang ke kampus selama beberapa hari, Hyunjin sedikit khawatir karena ia takut Yerim menjadi korban di dalam drama antah berantah ini.

Sementara Jeongin, tinggal di satu gedung apartemen dengan Daehwi namun berbeda ruangan. Hyunjin sengaja, agar Daehwi bisa menjenguknya sesekali dan membantu Jeongin jika terjadi sesuatu.

Hyunjin melangkah dengan hati bergumuruh, ia harus rela berpisah dengan Jeongin untuk sementara demi mengurus semua kegilaan nan tengah terjadi ini.

Ia siap menghadapi cacian dan makian keluarga Jeongin, namun ia tidak siap jika ia harus kehilangan Jeongin.




••••




Hyunjin menatap jam tangannya, ia sampai di Indonesia pukul 11 malam. Kakinya melangkah keluar, mencari-cari temannya yang akan menjemputnya. Bahkan Hyunjin tidak merasa jet lag sama sekali. Yang ada di pikirannya hanya Jeongin, Jeongin, dan Jeongin.

“Hyunjin!” Panggil seseorang.

Hyunjin mendongakkan kepalanya, menunjukkan senyum tipisnya ketika menemukan Seungminㅡtemannya, melambai ke arahnya. Laki-laki itu langsung menghampiri Seungmin, memeluknya dan tertawa pelan.

“Ayo pulang. Kita bisa mulai semuanya besok.” Ucap Seungmin sembari membantu Hyunjin membawa tasnya.

Laki-laki bermarga Hwang itu menghela nafasnya, duduk di kursi penumpang di sebelah Seungmin. Ia tidak mengucapkan kalimat apapun karena pikirannya tengah fokus pada cinta-nya di Amerika sana. Hyunjin tak bisa fokus memikirkan hal-hal yang harus ia lakukan selama di sini demi menyelamatkan Jeongin dan dirinya.

“Hyunjin, gue punya dua kabar buat lo.” Ucap Seungmin setelah ia sadar mengapa Hyunjin hanya diam tanpa berbicara.

“Kabar baik, sama kabar buruk. Mau denger yang mana?” Sambungnya sembari melirik Hyunjin.

“Dua-duanya.”

“Kabar baiknya, perjodohan mereka di batalin, orang tua Yerim gak terima dengan kenyataan bahwa Jeongin gay. Kabar buruknya, lo berdua di DO dari kampus dan orang tua Jeongin ngincer lo buat tanggung jawab.”

Hyunjin tertawa miris, baginya, kedua kabar itu adalah kabar baik. Semakin mudah ia bisa membawa Jeongin dan menikah di luar negeri sana tanpa harus repot-repot memikirkan surat untuk kampus. Masalahnya hanya satu, ia tahu tak akan mudah berurusan dengan orang tua Jeongin. Pasti akan sangat sulit.

“Jin, gue jujur, awalnya juga kaget denger kabar begini. Gue gak pernah nyangka seorang Jeongin, yang dulunya selalu ngerengek dan ngeluh sekamar sama Felix karena Felix punya pacar cowo. Sekarang malah bisa jatuh ke pelukan lo.” Ucap Seungmin sembari fokus pada jalanan di depannya.

Hyunjin tersenyum, sangat tulus. Ia pun tak menyangka, yang saat baru pertama kali pindah ke kamarnya, Jeongin sampai membuat sebuah batas karena ia tak ingin dekat-dekat Hyunjin. Ia juga tak menyangka, ia jatuh cinta dengan laki-laki menggemaskan itu.

Bagi Hwang Hyunjin, cinta itu tidak memandang umur, jenis kelamin, agama, ras, suku, dan fisik. Jatuh cinta itu alami, datangnya dari hati. Seperti bagaimana hujan turun membasahi bumi.








••••









“Jeongin, ayo makan?” Ajak Daehwi setelah dipersilakan masuk oleh sang empunya apartemen. Daehwi mengetahui passcode apartemennya, jaga-jaga jika terjadi sesuatu. Oleh sebab itu Hyunjin membiarkan Daehwi mengetahuinya.

Jeongin menggelengkan kepalanya, masih menggulung dirinya di dalam selimut dengan mata yang fokus kepada Netflix yabg tayang di TVnya. “Ayo dong, lo belom malam dari tadi pagi. Nanti sakit. Makan, ya?” Daehwi duduk di sebelahnya, berusaha mengajak Jeongin untuk makan.

“Jeongin, Hyunjin bakal balik. Secepatnya. Makan ya sekarang?”

Laki-laki bermarga Yang itu menghela nafas, membuka gulungan selimutnya. Daehwi tersenyum lega, mengajak Jeongin untuk ke apartemennya untuk makan siang bersama Samuel juga si kecil Leo.

Jeongin makan seperti biasanya, namun hatinya merasa iri melihat interaksi Samuel dan Daehwi yang tertawa melihat Leo yang mencoba makan sendiri. Hatinya nyeri, ia ingin membangun keluarga kecilnya seperti ini. Bersama Hyunjin.

SEE SAW.Where stories live. Discover now