Best Mistake.

5.8K 873 331
                                    

Jeongin merapatkan tubuhnya, ini sudah pagi dan Hyunjin masih setia memeluknya. Beruntung sekali ia tak ada kelas hari ini, jadi laki-laki itu tidak terburu-buru bangun. Lagipula pelukan Hyunjin nyaman, dia suka.

Pemuda Hwang itu membuka matanya sedikit, “Selamat Pagi.” Sapanya dengan suara khas baru bangun tidur.

Laki-laki di pelukannya hanya mengangguk, namun ia tak berupaya meminta Hyunjin untuk melepaskan pelukannya. “Ada kelas?” Tanya Hyunjin sembari menatap Jeongin di dadanya.

Jeongin menggeleng, “Enggak..” Cicitnya. Tak tahu apa alasannya, tapi wajah Jeongin memerah.

“Oh, yaudah, gini aja.” Dan balasan Hyunjin membuat wajah Jeongin semakin memerah. Malu. Namun ia tak tahu mengapa ia merasa malu.

Pendingin ruangan bahkan belum dimatikan, tirai belum dibuka, dan hanya lampu kecil bekas listrik padam semalam yang menerangi ruangan asrama itu. Hyunjin mengangkat paha Jeongin untuk melingkar pada pinggangnya. Lalu ia berpindah ke atas pemuda itu dan menyembunyikan wajahnya di leher laki-laki itu.

“Jeongin,” Bisik Hyunjin.

“Hm?”

“Kalau saya bilang, saya suka sama kamu, gimana?”

Jeongin membisu, ia tahu Hyunjin serius karena laki-laki itu dengan tiba-tiba berbicara formal dan merubah posisinya seperti saat ini.

Karena tak mendapat jawaban dari bibir Jeongin, pemuda Hwang itu menjauhkan dirinya. Ia meninggalkan kecupan di pipi Jeongin sekilas lalu duduk di pinggiran ranjang. Kakinya sudah bersiap melangkah, namun tangan Jeongin menahannya. Hyunjin menatap laki-laki imut yang menggelengkan kepalanya pelan.

“Kenapa?” Tanya Hyunjin.

Jeongin menggigit bibir bagian bawahnya, “Jangan kemana-mana..”

Hyunjin tersenyum lembut, ia kembali membaringkan tubuhnya lalu merengkuh tubuh mungil Jeongin di dalam pelukannya. “Lucunya.” Gumam Hyunjin ketika melihat tingkah Jeongin yang malu-malu.

“G-gue gak lucu!” Elak laki-laki berbehel itu, tak lupa sebuah pukulan pada dada bidang Hyunjin.

Hening setelahnya. Hyunjin asik memyembunyikan wajahnya pada leher Jeongin, sementara sang empunya memainkan rambut teman sekamarnya itu.

“Hyunjin,” Panggilnya.

Yang dipanggil, mendongakkan kepalanya. Menatap laki-laki lucu tersebut. “Hm?”

Uh, jangan digigit!” Jeongin memekik, ketika Hyunjin dengan sengaja menggigit lehernya.

“Haha, maaf, tadi lo mau ngomong apa?”

Jeongin menundukkan wajahnya, berusaha menghindari kontak mata dengan pria yang tadinya ia benci itu.

“...Lo pernah ngelakuin itu sama laki-laki?”

Dan pertanyaan Jeongin yang tiba-tiba itu berhasil Hyunjin tertawa. Bahkan ia tak berpikiran Jeongin akan bertanya hal-hal yang seperti itu.

“Pernah. Kenapa?” Dan jawaban Hyunjin, justru membuat Jeongin tambah penasaran.

Bagaimana tidak, dia kan lurus. Lagipula, saat SMA dulu, ia pernah menonton film dengan adegan itu. Tapi kembali lagi ke fakta pertama, film tersebut menunjukkan seorang laki-laki dan perempuan yang bergerumul di atas ranjang. Tentu saja Jeongin tidak tahu bagaimana jika laki-laki bertemu dengan laki-laki.

How is it?” Jeongin bertanya lagi, sembari membiarkan Hyunjin memeluk perutnya dan menyender pada dadanya.

“Gimana, apanya dulu?”

“Gimana, boy and boy do that thing.

Hyunjin berfikir sebentar, mencari kalimat yang tepat untuk menjawab keingintahuan temannya itu. “We do it just like boy do that to girl. The difference is only, if you are a submissive, you got two sweet spot. Dick and hole.” Lalu dengan santainya menjawab.

What the fuck. You are the submissive, huh?” Ledek Jeongin, ia tahu penjelasan Hyunjin sebenarnya sangat ngawur.

Dan tentu saja Hyunjin menjawab, “Apaan, gua dominant.”

Jeongin tertawa lagi, “Lanjutin penjelasannya, please.” Sambungnya. Ia mulai masuk ke dalam obrolan aneh ini.

“Kenapa kok kayanya lo penasaran banget?” Hyunjin bertanya balik, lalu mendongakkan kepalanya.

“Ya, gimana. Lo udah bikin gue belok, sementara gue sama sekali gak paham sama hal kaya gitu, ih.” Menggerutu. Jeongin menjawab pertanyaan Hyunjin sembari menggerutu lucu.

Tadinya Hyunjin tertawa, tapi ia menyadari sesuatu pada kalimat Jeongin barusan. Lo udah bikin gue belok.

Lo udah bikin gue belok.

Lo udah bikin gue belok.

Lo udah bikin gue bel-

“Hah?” Hyunjin menunjukkan tatapan bertanyanya. “Bentar, lo- suka juga sama gue?” Sambungnya lagi.

Dan anggukan pelan Jeongin dengan wajahnya yang memerah membuat Hyunjin ingin selebrasi saat ini juga. Menggemaskan tingkat akut, sangat akut. Hyunjin yakin gula darahnya naik saat ini.

“Mau nanya apalagi, hon?” Sembari menegakkan tubuhnya, Hyunjin menggeser Jeongin untuk semakin merapat.

“Ya- itu tadi, how does it feel?” Kali ini, pertanyaan Jeongin terdengar pelan dengan wajahnya yang semakin memerah.
Hyunjin diam, lalu dengan tiba-tiba mengangkat tubuh Jeongin untuk duduk di pangkuannya. Dengan posisi ia menyender pada bed stand, dengan mudahnya ia mengangkat tubuh mungil itu untuk duduk di atasnya. Laki-laki berbehel itu refleks memeluk lehernya, kakinya terlipat dengan Hyunjin yang menahan pinggulnya. Tidak, ini tidak benar. Jarak mereka terlalu dekat, sangat dekat. Jeongin malah berfikiran, bagaimana kalau Hyunjin mendengar detak jantungnya yang mendadak cepat?

“Kalo gue praktekin langsung aja gimana?”
Hidung bertemu hidung, bibirnya hanya tersisa jarak dua senti-meter saja. Jeongin sadar, Hyunjin bisa saja tak main-main dengan ucapannya. Darahnya berdesir, tepat ketika jemari Hyunjin menelusup masuk ke dalam kaosnya dan mengelus pinggangnya pelan.

ㅡㅡ
bagian ini aku ketik saat jam istirahat, whahaha

SEE SAW.Where stories live. Discover now