It Has Been Hard.

1.7K 270 33
                                    

Hyunjin terbangun dari tidurnya, ia hampir saja mencari Jeongin di dalam kamar milik sahabatnya itu sebelum ia mengingat bahwa sekarang dirinya tengah memperjuangkan hubungannya di Indonesia.

“Hyunjin, bangun. Udah siang.” Panggil Seungmin sembari mengetuk pintu kamar tersebut, berniat membangunkan Hyunjin.

Laki-laki yang lebih tua menegakkan tubuhnya, berjalan sembari membuka pintu kamar tersebut dan melihat Seungmin di hadapannya. “Bangun, inget lo hari ini mau nemuin Hyeju sama Yerim.” Ucap Seungmin.

“Itu di meja ada sarapan, cuma nasi goreng soalnya gue belom belanja bulanan, terus tadi Jeongin telepon, dia nanyain lo cuma lo nya masih tidur. Sekarang dia yang udah tidur di sana.” Cerocos Seungmin sembari melipat selimut  mengumpulkan sampah bekas camilan di ruang TVnya.

Hyunjin mengangguk, dia hampir lupa jika perbedaan waktu Indonesia dan Amerika sangat jauh. Nyaris dua belas jam. Pantas saja sekarang Jeongin tertidur. Maka dari itu, Hyunjin melahap nasi gorengnya hingga habis, melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya lalu kembali dua puluh menit setelahnya.

“Gue minta nomernya Yerim, Min. Biar gue yang ngomong langsung sama dia.” Ucap Hyunjin.

Seungmin mengangguk, mengirimkan kontak milik “calon” istri dari pacar sahabatnya itu. Hyunjin tanpa aba-aba langsung saja menelpon perempuan manis yang sesungguhnya benci drama yang sedang ia lewati saat ini.

Halo..?” Suara perempuan di ujung sana membuat Hyunjin menegapkan duduknya.

“Halo, Yerim. Gue Hyunjin.” Balasnya.

O-oh, kak Hyunjin.. Kenapa, kak?

“Hari ini, lo sama Hyeju, temuin gue di cafe X. Bisa? Gue mau ngomong sama kalian berdua.”






•••••







Good luck, gue cuma bisa anter sampe sini. Gue yakin Yerim bakal ngasih info sejelas-jelasnya buat lo.” Ucap Seungmin sembari memberhentikan mobilnya tepat di depan cafe tempat Hyunjin, Yerim, dan Hyeju akan bertemu.

Ia melangkah masuk, mencari dua orang perempuan di dalam cafe tersebut. Matanya mengedar, ia tahu banyak yang mengenalnya di sini. Terlihat dari wajah mereka yang terkejut melihat seorang Hwang Hyunjin yang sudah lumayan lama tak muncul. Hyunjin tak peduli, yang penting urusannya bisa selesai dengan cepat. Yang ada di otaknya hanya Jeongin, Amerika, dan pergi dari Jakarta.

Yerim melihatnya, melambaikan tangan yang setelah itu langsung dihampiri oleh Hyunjin. Hyeju terliha gugup di sebelah Yerim. Sebenarnya bukan gugup, perempuan berwajah jutek itu lebih merasa takut dibandung merasa gugup. Yang mana walaupun Hyunjin bahkan tersenyum ke arah mereka berdua.

“Halo, Yerim, Hyeju.” Sapa Hyunjin sembari duduk di hadapan kedua perempua manis itu.

“Gue.. Mau to the point karena gue ga lama di Indonesia. Gue harus balik ke Amerika.” Sambungnya setelah itu.

Yerim mengangguk, paham dengan maksud Hyunjin. “Soal Jeongin ya, kak?” Tanyanya.

Hyunjin tersenyum, mengangguk mengiyakan pertanyaan tersebut. “Gue tau, kok, kalau kalian udah tau. Gue bahkan berterima kasih sama kalian yang udah blak-blak an ngasih tau orang tua Jeongin. Dan gue tau, Yerim, gue tau lo sama Jeongin, semuanya didasarin keterpaksaan dari orang tua.” Ucapnya.

“Dan, Hyeju, lo ga usah takut. Gue juga berterima kasih sama lo yang udah berani ngedorong Yerim buat ngasih tau semua hal ini ke orang tuanya Jeongin.”

“Gue cuma mau lo berdua bawa gue ngehadap ke Mama sama Papa nya Jeongin. Ga apa-apa kalau mereka mau nampar bahkan nonjok gue, gue mau ketemu sama mereka.” Hyunjin berucap panjang lebar, hingga pada kalimatnya yang terakhir membuat Yerim dan Hyeju menatapnya.

“Lo... Serius, kak?” Tanya Hyeju memastikan, kemarin saja ia hampir ditampar oleh Ibu Jeongin karena dianggap mengatakan omong kosong.

Hyunjin menghela nafasnya, “Gue terima semua resikonya, Hyeju. Asalkan Jeongin bisa bebas, lo berdua bisa bebas. Gue terima.. Tolong gue, ya?” Balasnya setelah itu, dengan senyuman memohon.

Yerim dan Hyeju bertatapan sebelumnya, mengangguk setelah itu mengajak Hyunjin untuk segera berangkat. Hyeju membawa mobilnya hari ini, sehingga mereka tak perlu sulit-sulit memesan taksi. Hyunjin tersenyum melihat sikap kedua teman orang yang ia sayang di hadapannya ini.

Dua gadis di hadapannya ini tulus membantunya, ia dapat melihat hal tersebut dari sikap keduanya. Bahkan ketika mereka sampai di rumah keluarga Jeongin, dua perempuan seusia itu turun lebih dahulu dan menyuruh Hyunjin untuk menunggu sampai ia diberi aba-aba.

Setelah itu Yerim kembali, menyuruh Hyunjin untuk masuk dan menghadap kepada kedua orang tua seorang Yang Jeongin. Dengan wajah kesal sang Ibu yang terlihat jelas, dan kemarahan dang Ayah yang terlihat jelas.

Bahkan ketika Nyonya Yang menampar pipinya, Hyunjin masih diam. Tersenyum maklum menerima segalanya.

“Oh, jadi ini yang bikin anak saya jadi manusia gak normal?”

SEE SAW.Where stories live. Discover now