E

9.8K 1K 127
                                    

Genre: Romance, School Life
Rate: T

"Yah ujan." Felix memandang sendu ke arah langit yang tengah menangis dengan derasnya.

Pemuda manis ini kini terjebak di halte depan sekolahnya dengan langit yang semakin menggelap.

"Ekhem."

"Eh? Jeongin?" Felix berbalik dan memandang ke arah Jeongin, salah satu adik kelasnya yang terkenal bad boy dan pendiam. Pemuda itu muncul tiba-tiba dari belakangnya.

"Masih nunggu bis kak?" Jeongin bertanya tanpa menatap Felix.

"Masih Jeong, daritadi gak lewat-lewat, hehehe." Felix tertawa canggung, pasalnya baru kali ini ia terlibat interaksi dengan Jeongin.

"Biasanya kalo ujan jarang ada bis lewat. Gak bawa payung kak?"

"Eum... Engga." Felix menunduk sedih, mengingat kejadian pagi tadi saat ia menolak karena sang ibu menyuruhnya membawa payung.

Jeongin terdiam sejenak, ia memiliki sebuah payung. Bisa saja ia pinjamkan pada Felix, toh Jeongin bisa pulang kapanpun saat hujan sudah reda.

"Kak, pake payung aku nih." Jeongin mengeluarkan sebuah payung hitam dari tasnya dan menyodorkannya ke arah Felix.

"Loh? Kamu emangnya gak pake?" Felix kebingungan.

"Engga kak, gampang aku mah bisa pulang kapan aja." Jeongin membalas masih tetap dengan wajah cueknya.

Felix tampak ragu, hari semakin gelap, mana mungkin ia tega meninggalkan orang yang meminjamkan payung padanya seorang diri di halte? Felix tidak setega itu.

"Eum... Jeong, pulang bareng aku yuk? Kita payungan bareng." Tawar Felix.

Kali ini Jeongin yang ragu, ia yakin suasananya akan sangat canggung karena ia bukan tipe pemuda yang banyak bicara.

"Udah ayo, rumah kita searah kan?" Mau tak mau Jeongin menurut karena Felix sudah menarik tangannya.

CRAASH

Sebuah mobil lewat dengan kurang ajar, menyipratkan air kotor melalui kubangan di pinggir jalan.

DEG

DEG

DEG

Felix merasakan jantungnya berdegup cepat. Seharusnya ia yang terkena cipratan air itu, namun Jeongin tiba-tiba memeluknya erat sehingga pemuda itulah yang terkena cipratan air.

Felix dapat mencium aroma parfum yang dikenakan Jeongin, serta kedua lengan kekar adik kelasnya itu yang mengungkung tubuh mungilnya.

"Goblok sopir mobil gak punya mata!" Jeongin berteriak ke arah mobil yang tentu saja tidak akan mendengar teriakannya.

"Je-jeongin udah, gak papa." Felix mengusap pundak Jeongin, menenangkan pemuda itu. Jeongin masih terlalu muda, emosinya masih meledak-ledak, dan Felix paham itu.

"Mampir ke rumahku mau? Aku pinjemin baju, sekalian aku cuciin seragam kamu." Tawar Felix setelah mereka tiba di depan gerbang rumahnya.

"Gak usah kak, aku masih ada seragam lain kok." Jeongin menolak.

"Beneran? Gak dimarahin mama kamu?" Felix terlihat khawatir.

"Gampang itu mah." Jeongin tersenyum tipis, sangat tipis ke arah Felix.

"Ya udah kamu pulang gih, hati-hati ya." Felix memasuki gerbang rumahnya dan melambaikan tangannya ke arah Jeongin.

"Iya kak." Jeongin sudah bersiap melangkah, namun tiba-tiba lengannya kembali ditarik oleh Felix dari balik gerbang.

CHU

Felix mengecup kilat pipi pemuda itu.

"Makasih ya payungnya." Felix tersenyum tulus, mengabaikan Jeongin yang kini tampak blank.

"I-iya kak, sama-sama."

Dan kali ini Jeongin benar-benar melanjutkan perjalanannya, diiringi jantung yang tiba-tiba berdebar kencang.

END

SWEET AMOUR || jeonglix (coмpleтe ✓)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن