E.2

7.2K 711 122
                                    

Genre: Romance, School Life
Rate: T

Felix merasa amat malu, pasalnya ia butuh bimbingan belajar dan gurunya menyarankan agar belajar bersama Yang Jeongin, yang jelas-jelas merupakan adik kelasnya.

Yah, memang Jeongin merupakan siswa cerdas, sangat cerdas malah. Tapi kan Felix tetap saja malu, mau ditaruh dimana mukanya nanti jika teman-temannya tahu bahwa ia dibimbing oleh adik kelas?

Tapi pada akhirnya, Felix tetap saja melangkahkan kakinya menuju perpustakaan, tempat dimana Jeongin selalu bisa ditemui.

"Eum, hai Jeongin." Felix menyapa dengan gugup dan tersenyum canggung ke arah Jeongin yang tengah fokus membaca Macbeth, sebuah novel klasik karya William Shakespeare yang Felix sendiri tidak pernah paham kata-katanya.

Jeongin mendongakkan kepalanya dan menatap Felix dengan bingung.

"Ada apa kak?"

"Lagi sibuk gak?" Tanya Felix.

Jeongin menggeleng.

Felix mendudukkan dirinya di hadapan Jeongin, kemudian mulai meletakkan buku paket fisikanya di hadapan pemuda yang lebih muda itu.

"Jeong, aku boleh minta tolong diajarin rumus fisika gak?" Pinta Felix.

"Oh, kakak disuruh bimbingan ya?" Jeongin mulai meraih buku itu.

"Kok tau?" Felix mengeryit.

"Kemarin kak Jisung sama kak Hyunjin juga bimbingan sama aku." Jelas Jeongin.

Pfftt... Felix berusaha menahan tawanya agar tidak lolos. Rupanya seorang berandalan seperti Jisung dan Hyunjin pun harus bimbingan dengan adik kelas mereka?! Ah, akan sangat menarik jika info ini tersebar, Felix bisa menjadikannya sebagai ancaman jika Jisung dan Hyunjin menggodanya lagi.

"Mana yang gak paham?" Tanya Jeongin.

"Oh, ini, yang teori Hukum Newton."

"Hukum Newton keberapa?"

"Semuanya." Felix memamerkan senyum lebarnya.

Jeongin menatap sekilas wajah manis kakak kelasnya itu dan hanya tersenyum tipis.

"Mau diajarin di sini? Perpusnya sebentar lagi tutup." Jeongin memandang ke arah jam dinding yang sudah menunjukkam pukul 15.45, yang artinya lima belas menit lagi penjaga perpustakaan akan segera pulang.

"Terus mau dimana Jeong? Ah, McD aja yuk? Aku laper."

"McD? Yaudah sih ayo." Jeongin mengangguk setuju.

Kedua pemuda berbeda angkatan itupun merapikan tas masing-masing dan berjalan berdampingan menuju restoran fastfood yang tepat berada di belakang sekolah mereka.

*****

"Loh Jeong, lu kok sama kak Felix?"

Rupanya mereka membuat pilihan yang salah, karena teman-teman sekelas Jeongin tengah berada di restoran itu.

"Wah mantul Jeong, diem-diem sadis juga lu nikungnya." Jeno menggeleng-gelengkan kepalanya takjub.

"Apaan sih, gue cuma mau bantu kak Felix belajar." Jelas Jeongin dengan santai, berbeda dengan Felix yang benar-benar gugup karena malu harus ketahuan belajar dengan adik kelas.

"Belajar apa belajar nih?" Goda Park Jisung.

"Ck, jangan bacot deh Sung, lanjutin makan lu." Ujar Jeongin kemudian merangkul pundak Felix, mengajaknya mencari meja yang kosong di sudut ruangan.

Jeongin mulai mengeluarkan pensil dan blocknotenya, bersiap mengajari Felix tentang materi yang tidak dipahami pemuda manis itu.

"Jeong, ini apa?" Bukannya fokus pada ajaran Jeongin, Felix malah menunjuk sebuah memar biru keunguan yang berada di leher Jeongin.

"Oh, ini bekas luka kak." Jawab Jeongin.

"Kok bisa luka? Kok bentuknya begitu?" Felix penasaran.

"Eum... Digigit nyamuk, lalu aku garuk."

Felix rupanya tidak percaya, pasalnya bekas seperti itu persis dengan miliknya yang berada di dada, hasil karya Hyunjin.

"Lanjut kak?"

"Iya lanjut." Kedua pemuda itupun melanjutkan kegiatan belajar mereka, dengan Felix yang tetap penasaran dengan kissmark yang berada di leher Jeongin tersebut.

Felix terus memikirkan apakah seorang siswa cerdas kebanggaan para guru seperti Jeongin pun memiliki 'sisi gelap' dan sering melakukan one night stand? Felix sungguh ingin tahu.

*****

"Jeong, makasih ya udah ngajarin aku." Felix tersenyum tulus ke arah Jeongin.

"Iya kak, santai aja." Jeongin balas tersenyum.

"Aku harus bayar pake apa nih?" Felix menumpukan dagunya di tangan.

"Gak usah kak, apaan sih aku bukan guru les."

"Beneran?" Felix mulai tersenyum miring, membuat Jeongin mengeryit bingung.

"Emangnya kakak mau bayar pake apa?" Tanya Jeongin akhirnya.

"One night stand, with me, malem ini. Mau?"

Jeongin membulatkan matanya terkejut. Seorang Lee Felix, yang merupakan primadona sekolahnya, menawarkan one night stand padanya secara cuma-cuma? Holy fuck.

"Kak, are you okay?"

"Yeah, I'm very well." Felix membawa tangan mungilnya mengusap dada Jeongin yang tereskpos di antara belahan seragam pemuda itu. Bersyukur suasana McD kini tengah sepi.

"Kirim alamat rumah lu kak, dan gue harap lu gak nyesel udah nawarin diri ke gue." Jeongin akhirnya terpancing dan menggenggam serta mencium punggung tangan Felix yang sedaritadi menjalar di dadanya.

Felix tersenyum puas, akhirnya ia berhasil memancing sisi nakal seorang siswa baik seperti Yang Jeongin.

END

SWEET AMOUR || jeonglix (coмpleтe ✓)Where stories live. Discover now