O

8.8K 1K 113
                                    

Genre: Romance, School Life
Rate: T

TAP

Jeongin mendongak saat seseorang menepuk pundaknya. Ia tengah bersantai di rooftop sembari menyesap rokoknya.

"Lu kemarin pulang bareng kak Felix?"

Ah, rupanya Jeno.

"Iya Jen. Napa?"

"Ketahuan kak Hyunjin tuh, dia nyariin lu tadi." Ujar Jeno.

Jeongin hanya berdecak malas.

Hwang Hyunjin, satu-satunya kakak kelasnya seangkatan Felix yang tidak gentar sedikitpun mengejar Felix walau sudah ditolak berkali-kali.

"Trus lu kasih tau gue dimana?"

"Kaga, gue aja baru ketemu lu disini." Jeno duduk di samping Jeongin dan mulai menyulut rokoknya.

"Hm. Biarin aja. Modal otot gak ada otak mah males banget gue ladenin." Jeongin menginjak rokoknya yang puntungnya sudah pendek.

"Lu kok brani sih deketin kak Felix? 'Anjing'nya kak Felix galak semua gitu." Jeno menatap heran sahabatnya itu.

"Gak, gue gak deketin kak Felix kok. Kemarin emang ujan, gue kasian dia sendirian nunggu bis, mau gue suruh pulang pake payung gue eh dia malah ngajak bareng. Gue dicium lagi pas nyampe rumahnya."

"THE FUCK?!" Jeno terkejut.

"Pipi doank, jangan mesum lu."

"Gila, ngegas juga tuh orang." Jeno menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

*****

"Jeongin?"

Sial.

Felix mendekati Jeongin saat keduanya bertemu di kantin. Seluruh pasang mata langsung memandang ke arah flower 'Felix' boy dan bad 'Jeongin' boy itu.

"Kenapa kak?" Jeongin mencoba santai, walaupun ia dapat merasakan tatapan menusuk dari Hyunjin, Changbin, dan beberapa kakak kelas lain yang ia ketahui menyukai Felix.

"Jeongin kok makan sendirian aja?" Tanpa ragu Felix mendudukkan dirinya di hadapan Jeongin, sembari mengusap sekilas rambut adik kelasnya itu.

"Jeno lagi gak laper katanya kak." Jeongin menundukkan kepalanya. Ia benci menjadi pusat perhatian, dan kini seluruh penghuni kantin memandang ke arahnya.

"Umm gitu. Aku temenin ya?" Tanya Felix. Padahal ia pun sudah duduk tanpa izin di hadapan Jeongin.

"Iya kak."

Keduanya pun hening, menikmati makanan masing-masing. Felix tampak khidmat menyantap makanannya, berbeda dengan Jeongin yang benar-benar tidak tenang. Walau nakal, Jeongin tidak suka mencari gara-gara dengan orang lain, terlebih lagi kakak kelas. Dan kini, dengan Felix yang berada di hadapannya, Jeongin seakan mengibarkan bendera perang tanpa ia menginginkan peperangan itu.

"Lix, pindah meja gue yuk?" Tiba-tiba Hyunjin datang ke meja Jeongin dan Felix.

"Gak mau, gue mau di sini aja." Felix menolak.

"Di sana aja Lix, banyak makanannya, lu mau apa gue beliin deh?" Rayu Hyunjin.

"Gak mau Hyunjin, gue mau di sini!" Felix mulai meninggikan suaranya.

"Lix, ayo kesana." Dengan paksa Hyunjin berusaha menarik Felix berdiri.

TAP

"Kak, jangan kasar. Kak Felix gak mau, ya jangan dipaksa." Tiba-tiba Jeongin berdiri tepat di hadapan Hyunjin, menahan tangan kakak kelasnya yang sedikit lebih tinggi darinya itu.

"Heh, lu bocah tau apa sih? Gak usah ikut campur." Hyunjin mendorong Jeongin, namun Jeongin tidak bergeming sedikitpun.

"Ya gue harus ikut campur, karna kak Felix ada di meja gue, dan gue berhak ngelarang lu buat bawa kak Felix pergi." Ujar Jeongin sembari menatap Hyunjin tajam.

Felix mulai was-was, ini bukan hal yang baik.

"Jin plis deh, malu masa lu debat sama adek kelas?!" Felix mengomeli Hyunjin.

"Oh gitu, oke." Hyunjin mengangguk kemudian melepas genggamannya dari lengan Felix.

"Lu selamat kali ini, gak tau kalo besok." Hyunjin menepuk pundak Jeongin, kemudian meninggalkan meja itu.

"Jeongin..."

"Iya kak?" Jeongin menatap Felix yang tampak ketakutan menatapnya.

"Makasih lagi."

"Tenang aja kak, selama ada aku, Hyunjin bangsat itu gak ada hak deketin kakak." Jeongin tersenyum lagi, senyum kedua yang diberikannya pada Felix.

Felix menatap adik kelasnya itu, hatinya terasa menghangat.

END

SWEET AMOUR || jeonglix (coмpleтe ✓)Where stories live. Discover now