27

3.3K 93 0
                                    

"Menunggu itu membosankan. Tapi tetap aku lakukan."

***

"Dirga"

Dirga dan yang lainnya menatap ke sumber suara. Ini benar benar diluar dugaan.

"Akhirnya," ucap Sinta.

Dirga masih menatap sosok itu dengan keterkejutan.

"Mama," ucapnya lirih.

Sang mama menghampiri Dirga dengan rasa khawatir yang sedari tadi ia rasakan.

"Halo, apa kabar Anita," ucap Sinta.

Anita menatap Sinta. Ia benar benar takjub melihat kondisi Sinta yang seperti bos besar di sebuah perusahaan. Semua telah berubah.

"Mama kenapa kesini?" Tanya Dirga pelan.

"Mama gak mau kamu kenapa kenapa Dirga," jawab mama sama pelan.

"Tapi ma, semuanya jadi gagal," ucap Dirga.

"Kan kamu gak kasih tahu mama," ucap mama.

Dirga menghela nafas. Ini memang salahnya yang tak memberi tahu sang mama untuk tidak ikut campur dengan urusannya.

Beberapa jam sebelumnya.

"Om tante, saya berharap om dan tante bisa akting sementara" ucap dirga.

"Kartu keluarga yang mama dirga kasih, ada tan?" Tanya azka.

"Ini ada ka" ucap tantenya.

"Yaudah kita segera temui orang itu" ucap om yang bernama Ahmad.

"Ayo" jawab dirga.

Diperjalanan menuju tempat pertemuan dengan gurunya, mereka bertemu dengan rizki.

"Eh itu rizki" ucap jikri.

"Ajakin sana" ucap azka.

"Rizki" teriak jikri.

Rizki menghampiri mereka.

"Ada apa?" Tanya rizki.

"Lo ikut kita" ucap dirga.

"Eh"

"Udah ikut aja" tambah jikri. Lalu mereka melanjutkan perjalanan.

Skip.

"Perbincangan ibu dan anak yang sangat asik, sampai sepertinya kalian lupa aku ada disini," ucap Sinta.

Anita dan Dirga menoleh. Anita selangkah lebih maju dari Dirga.

"Sinta, udah cukup kamu ambil ayah Dirga. Gak perlu kamu ambil Dirga dari aku," ucap Anita.

"Hahah aku gak butuh manusia penyakitan kayak suami mu, aku butuh Dirga," ucap Sinta dengan senyuman.

"Kemana mas Hari?" Tanya Anita.

MY DEARWhere stories live. Discover now