Epilog

12.7K 1.2K 44
                                    

"Assalamu alaikum."

Gue yang lagi duduk diruang tengah sambil menonton tv beranjak menuju pintu depan ketika mendengar ucapan salam. Segera gue membuka dan tersenyum sambil mengambil tas yang di jinjing orang dihadapan gue ini.

"Wa alaikum salam. Mandi dulu, Mas. Abis itu baru makan, ya?"

Doyoung mengangguk kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, sementara  gue menyiapkan makanan untuk Doyoung.

Menyangkut kado ulang tahun gue 2 tahun lalu, I said yes dan kita menikah 5 bulan setelahnya. Yuta ngambek karna dia nggak mau gue langkahin. Akhirnya Yuta menikah dua bulan sebelum gue.

Doyoung nggak mau gue ambil pusing masalah kerjaan. Jadi, gue resign dari kantor gue dan memutuskan untuk fokus mengurus rumah dan keluarga. Beberapa bulan pertama agak berat. Demi apapun. Gue bukan anak rumahan yang seneng berdiam diri di rumah kalo nggak capek. Tapi gue mulai terbiasa dan menikmati hidup gue sebagai ibu rumah tangga seutuhnya.

Jaehyun sendiri menikah setahun yang lalu dengan Chaeyeon, sebelum istrinya koas. Alhasil gue jadi jarang ketemu dia karena udah sibuk sama urusan masing masing. Tapi yang pasti sebulan sekali gue selalu kerumah dia bareng Doyoung, atau gantian dia yang ngunjungin gue bareng Chayeon.

Setelah menikah, kami pindah kerumah kecil sederhana yang sudah disiapkan Doyoung diam diam. Seniat itu dia nikahin gue. Segala nya udah disiapkan. Ternyata emang dia sengaja waktu itu ngerjain gue pas ulang tahun, dengan berpura pura lelah sama hubungan kita. Dia mau lihat seberapa berartinya dia buat gue. Katanya sih gitu.

"Yang, keringin rambut aku."

Gue meletakkan piring lauk di atas meja makan sebelum beranjak mendekat ke arah Doyoung yang duduk melantai di ruang tengah, sementara gue duduk di sofa dan melakukan tugas rutin gue setiap Doyoung habis keramas.

"Gimana kerjaan, hm?" tanya gue saat tangan gue menggosok rambutnya dengan handuk.

"Capek. Niatku mau lembur tadi, tapi nggak jadi hehe," jawabnya.

"Loh kenapa?"

"Kangen kamu nanti kalo kelamaan pulangnya."

Gue mendengus kemudian menutup wajahnya dengan handuk. "Gemes bangeeeet udah tua padahal!"

"Ya soalnya kan-,"

Ucapan Doyoung terhenti ketika mendengar suara tangisan bayi dari arah kamar. Gue segera melempar handuk yang gue pegang ke sembarang arah kemudian gue berlari menuju kamar.

"Utuk utuk anak bunda bangun, ya," gue mengangkat Niel dari box bayi dan menepuk nepuk nya pelan sembari berjalan keluar kamar. Doyoung sudah berdiri di meja makan sambil menatap gue, cemberut.

"Kenapa sih?" tanya gue penasaran.

Doyoung menghela nafas sejenak sebelum menggeleng. "Nggak papa. Temenin makan."

Akhirnya gue duduk di depan Doyoung sambil menepuk nepuk Niel yang perlahan mulai menutup matanya kembali.

"Mas ngapain aja hari ini?"

Udah jadi kebiasaan gue menanyakan hal itu ketika Doyoung sedang makan. Kenapa? Entahlah. Mungkin dengan Doyoung berbagi sama gue setiap hari, gue berharap gue bisa meringankan bebannya seberat apapun hari yang dia lalui saat itu.

"Aku mau lembur besok," jawab Doyoung sebelum menyuapkan nasi dan lauk ke mulutnya.

"Loh? Kenapa?" Tanya gue heran.

"Minggu depan mau ambil cuti," Doyoung tersenyum. "Kan Jumat Sabtu Minggu depan libur, aku mau ambil cuti Senin sampai Kamisnya."

"Emang mau kemana heh ambil cuti?!" Gue mendadak panik.

"Nggak kemana mana, Sayaang," Doyoung tertawa kemudian mencubit pipi gue. "Udah jadi emak emak kok masih gemas sih kalo lagi panik."

"Ya abisnya Mas tumben pengen cuti ih," gue memutar mata.

"Nggak papa. Aku pengen ngabisin waktu sama kamu, sama Niel. Kamu pasti capek kan ngurusin Niel terus? Aku mau bantuin kamu seminggu full nanti biar kamu bisa istirahat kalo kamu capek."

Gue tersenyum, kemudian mengambil tangan kirinya yang terulur diatas meja, sementara tangan kanannya menahan gelas saat dia minum.

"Aku nggak masalah harus capek demi ngurusin keluarga, Mas. Ini udah kewajiban aku. Aku seneng kok kayak gini."

Doyoung membalik tangan kirinya sehingga tangannya diatas tanganku, kemudian mengelusnya pelan.

"Aku nggak tau mau ngomongnya gimana, tapi aku bersyukur dan berterima kasih banget punya kamu. Makasih udah mau sama aku dengan segala kurangnya aku. Makasih udah mau jadi ibu buat anak anak aku. Sesuai janjiku sama Papa, aku bakalan berusaha buat bikin kamu bahagia terus sama aku. Doain aku, ya."

Gue sambil menggendong Niel mendekati Doyoung dan mengecup hidungnya cepat, kemudian berjalan cepat ke dalam kamar.

"Boboin Niel dulu, aaah!"

[✔]Mas Doy.Where stories live. Discover now