01. Anak Pak Kadis

8.4K 899 63
                                    


Wanda bekerja sebagai honorer yang bercita-cita ikut CPNS di tahun ini. Dia bekerja di Dinas Permukiman dan Perumahan tepatnya di bagian umum dinas. Pekerjaannya adalah mengurus surat-surat yang datang. Dan dia juga membantu tugas para PNS disana.

Pekerjaannya itu tidak terlalu sibuk, justru banyak diamnya. Surat yang diurus per-hari nya terhitung dengan jari. Hanya saja pengerjaannya cukup lama, mulai dari disposisi surat, mengagendakan, mengantarkan surat kepada kepala dinas, sekertaris dinas atau ketua bagian umum. Dan sebagainya....

"Wanda, surat dari inspektorat nih. Coba photo copy dulu. Abis itu disposisi" kata Shirin.

Wanda pun mengangguk mengerti dan membawa surat yang baru datang tersebut. Dia pergi ke ruangan kepegawaian karena disana ada mesin photo copy dan kecil seukuran dengan printer.

"Eh, bener ya anak Pak Kadis kerja di PUPR?" tanya karyawan dibagian kepegawaian.

Note;
Kadis, Kepala Dinas.
PUPR; Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

"Yang kedenger sih gitu, anaknya baru lulus CPNS tahun kemarin. Dan langsung ditugasin disana" ujar karyawan lain.

Setelah memperbanyak surat, Wanda langsung pergi ke ruang umum dan mulai mendisposisikan surat.

Disposisi surat; catatan berupa tanggapan, saran atau instruksi setelah surat tersebut dibaca oleh pimpinan atau tindak lanjut dari penyelesaian surat. Contohnya seperti kemana surat itu diberikan setelah diterima oleh kepala dinas/sekertaris dinas.

"Emang bener ya anak Pak Kadis kerja di PUPR?" tanya Wanda yang penasaran.

"Katanya sih gitu, hari ini juga dia mau keseni" jawab Shirin.

Wanda hanya mengangguk mengerti dan mengerjakan pekerjaannya.

"Pak Kadis nggak ada, mau ke Sekdis aja?" tanya Wanda.

Shirin pun mengangguk, Wanda membawa suratnya ke ruangan bu Sekdis. Tapi ternyata dia mengurungkan niatnya saat di depan pintu masuk.

Karena Pak Kadis datang beserta asisten dan juga orang asing.

"Ada surat?" tanya Pak Kadis.

"Iya Pak" jawab Wanda yang mengikuti kemana Pak Kadis berjalan.

Oh iya, ruangan Pak Kadis itu ada di dalam ruangan umum. Jadi sebelum ke ruang Pak Kadis pasti masuk dulu ke bagian umum. Untuk memudahkan jika ada surat yang datang. Atau ada tamu mendadak. Karena jika ada sesuatu, laporan pertama pasti ke bagian umum sebelum ke bagian lain.

"Kak, kamu tunggu dulu disana ya" kata Pak Kadis kepada salah satu orang yang mengikutinya. Sedangkan Wanda masuk ke ruangan Pak Kadis.

"Ini tentang permintaan dana untuk pembangunan jalan ya?" tanya Pak Kadis yang mulai membaca surat.

"Iya pak" jawab Wanda.

Pak Kadis pun menandatangani disposisi suratnya dan menulis sesuatu di sana.

"Antarkan ke bagian bidang teknik, perumahan dan kawasan permukiman" ujar Pak kadis yang menyodorkan map berisi surat.

Wanda pun mengangguk dan meminta izin kembali keluar ruangan.

Saat menutup pintu ruangan, Wanda melihat sosok lelaki tinggi yang tadi. Anak Pak Kadis mungkin.

Dia duduk di kursi tamu, sedangkan Wanda menyuruh Shirin untuk memphoto copy surat menjadi 3.

"Shirin, ini bagian untuk bintek, kaper, sama perumahan ya" kata Wanda yang menyodorkan surat.

Wanda pun duduk di kursinya, dan berhadapan dengan tamu yang dibawa oleh Pak Kadis.

Di ruangan umum tinggal mereka berdua, hening dan saling terdiam.

"Anak Pak Kadis?" tanya Wanda yang membuka pembicaraan.

"Iya" jawabnya singkat.

"Bukannya di PUPR?" tanya Wendy.

"Mulai besok, sekarang mau pergi kesana sama bapak" jawabnya.

"Gitu toh"

"Kamu honorer?" tanya dia.

"Iya hehe" jawab Wendy.

"Aku juga baru lulus bulan Oktober tahun lalu, awalnya kerja di Pemda. Tapi di pindahin ke PUPR. Oh iya, nama aku Calvin" katanya yang mengulurkan tangan.

"Wanda" kata Wanda yang membalas uluran tangan.

Mereka berjabat tangan dan melepaskannya dengan segera.

"Kamu udah lama kerja disini?" tanya Calvin.

"Baru 2 tahun sih, tahun kemarin kerja sambil kuliah" jawab Wanda.

"Oalah, gitu toh. Sudah nikah?" tanya Calvin.

Nah kan, baru saja kenal sudah tanya soal menikah. Kan kalau dijawab kelihatan masih lajang nya.

"Belum" jawab Wanda tersenyum kikuk.

"Sama saya juga" lanjut Calvin.

"Lah? Hubungan sama aku apa?"-wanda.

Shirin pun datang kembali ke ruang umum, dan melihat anak Pak Kadis masih duduk disana.

"Mas Calvin, mau minum?" tanya Shirin.

"Tidak usah mbak, saya kan mau ke kantor tata ruang" jawab Calvin yang tersenyum.

"Aku kira anak Pak Kadis jutek, soalnya Pak Kadis orangnya jarang senyum. Ternyata anaknya mudah bergaul" kata Shirin.

Calvin hanya tersenyum menanggapinya.

"Mas Calvin udah nikah?" tanya Shirin, Wanda langsung menatap Shirin dengan sinis.

"Belum" jawab Calvin.

"Yasudah mas, nikah saja sama Wanda. Dia jomblo kasian, mana dipepet nikah sama mamahnya" ujar Shirin.

Wanda pun langsung menatap Shirin dengan sinis. Sedangkan Shirin hanya tersenyum dengan wajah tanpa dosa.

[✔] kebelet nikahWo Geschichten leben. Entdecke jetzt