17. Pengakuan Luna

6.2K 440 0
                                    

Happy reading!

------------


Tidur nyenyak Jia tampak terusik ketika cahaya matahari menerobos tirai jendela kamar yang terbuka sejak beberapa menit lalu. Untuk sesaat matanya mengerjap, menyesuaikan cahaya yang terlihat. Tetapi rasa nyaman dalam lindungan selimut tebal membuat Jia enggan beranjak dari kasur empuknya. Namun, saat menyadari tak menemukan Daniel dalam pandangan, Jia benar-benar terbangun, terduduk. Ia lalu menatap seluruh sudut kamar, mencari sang Alpha yang sejak semalam ia tunggu sampai tak sadar telah tertidur lelap.

“Kau sudah bangun?”

Suara yang terdengar membuat Jia menoleh ke arah kamar mandi. Daniel baru saja keluar dari sana mengenakan handuk yang melingkari pinggangnya, kemudian berjalan ke arah lemari sambil mengusap rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil di tangan.

“Apa kau kelelahan? Semalam kau tidur sangat nyenyak sampai-sampai tidak terusik saat aku kembali. Kau bahkan tidak terbangun saat aku membangunkanmu untuk makan malam. Apa kau tidak lapar?”

“Benarkah?” Jia mengingat-ingat. Ia memang tidak tahu Daniel kembali dan tertidur sebelum makan malam. “Sekarang aku merasa lapar.”

“Mereka akan mengantar sarapanmu kemari. Mungkin sebentar lagi,” ujar Daniel. Kedua tangannya tampak sibuk menarik pakaian yang terlipat rapi dalam lemari.

“Kapan kau kembali?”

“Sebelum makan malam.”

“Aku menunggumu, tapi sepertinya aku tertidur setelah kupikir kau tidak tidur di sini,” ucap Jia asal seraya bangun dari ranjang ketika Daniel hendak memakai celananya. Ia lalu berjalan menuju sofa di dekat jendela.

“Di mana lagi aku tidur kalau bukan di sini? Apalagi ada mate-ku yang cantik. Kenapa aku harus meninggalkannya sendirian?”

Jia mendengkus. Matanya kembali menatap Daniel setelah mengalihkannya ke luar jendela. Kini pria itu telah memakai celana panjang, dan sekarang sedang berjalan menghampiri Jia sambil memakai kaus putih berlengan pendek.

“Lagi pula aku tidak bisa tidur tadi malam,” tambah Daniel tepat saat duduk di samping sang mate.

“Kenapa? Apakah ada yang sakit?”

Jia tampak khawatir.

Daniel yang mengetahui itu tersenyum. Ia tahu sekarang Jia sudah mulai menerimanya. Ia bahkan tahu bahwa perasaan yang bernama cinta itu mulai tumbuh di hati sang mate. Daniel bisa melihat dari pancaran mata Jia padanya. Ia hanya perlu menunggu sedikit lagi. Menunggu Jia mengakuinya.

“Apa kau sangat mengkhawatirkanku?” Daniel balik bertanya.

“Tidak. Aku hanya bertanya.” Jia tampak kesal, tetapi sejujurnya ia memang sangat khawatir. Walaupun kemarin Daniel mengatakan sudah baik-baik saja dan tidak ada satu pun luka tersisa berkat kekuatan penyembuhnya, apalagi ia juga tidak menemukan bekas luka tersebut, tapi tetap saja Jia takut terjadi sesuatu pada sang Alpha. “Tinggal jawab saja apa susahnya!”

Daniel terkekeh kecil. “Kau sudah mendapatkan jawabanku kemarin. Aku baik-baik saja. Aku tidak bisa tidur karena terus-menerus menatapmu. Siapa tahu kau terbangun akibat kelaparan.”

TERRITORY OF A WEREWOLF : Fate as Luna [TAMAT]Where stories live. Discover now