6. Kembali ke rutinitas

18.9K 755 7
                                    

Setelah menyelesaikan cutinya Zenda kembali berkutat dengan peralatan memasak di dapur restorannya. Ayahnya yang seorang komandan bahkan belum tahu jika dirinya menjadi chef dan membuka restoran. Tidak ada yang tahu. Karena menurutnya ia akan memberi tahu ketika bisnisnya sudah berjalan. Saat ini yang tahu hanya suami tercintanya Lettu Gravin.

Suasana Rhizppda Resto sangat ramai. Ditinggal beberapa hari oleh pemiliknya semakin menambah kunjungan pelanggan. Ia tidak khawatir ketika meninggalkan resto karena memiliki seorang kepercayaan yaitu sahabatnya Alvicha.

Alvicha jarang masuk ke dapur karena tugasnya sebagai food and beverage manager. Namun, kali ini ia memasuki area dapur. Mengamati sahabatnya yang serius membuat makanan. Ia menepuk pundak sahabatnya pelan setelah masakannya selesai.

" Eh Vic, kenapa? "

" Kenapa, kenapa? "

" Bentar kalau mau ngomel. Chef Ra tolong disajikan ya. Oh ya handle pekerjaan saya. Saya ada urusan. Makasih. Semangat semuanya. " Ia meminta Radin untuk menghandle pekerjaan dan mengepalkan tangan menyemangati pegawainya.

" Semangat😁. "

" Yaudah yuk. Ke ruangan lo ya. Mager gue ke atas capek nek. "

" Makanya libur puasin kek mumpung dapat. Lagian udah ada Radin masakannya sama enaknya kaya lo. Gaya hias juga sama dia. Lagian pemilik resto masih aja ikut masak. Kagak honeymoon Lo? "

" Ya kan hobi gue kalau masak. Lagian bantu-bantu dikit juga Vic. Percuma gue libur panjang la Abang aja cuti nikah berapa hari doang. Nih ya sehari sebelum nikah dia masih dinas. Pas hari h libur sampai 2 hari setelahnya. Setelah pindah ke asrama. Boro-boro rencana honeymoon gue. Baru nutup pintu tugas dia udah banyak dipanggil lagi ke kesatuan, " Keluh Zenda.

" Sabar ya. Kan tahu begimane laki lo kan dia abdi negara. Bukannya ayah lo juga, Bang Zerva pun sama. "

" Iya sih. Tapi beda aja rasanya. Lo tahu gila gue di asrama. Baru datang beres-beres, habis itu gue sama abang kan capek nyantai di samping rumah. Eh Abang masuk ke rumah bentar gue diomelin tetangga sebelah. Kenalan aja belum waktu itu. Gue rencana mau nyapa besoknya. Karena lo tahu pedang pora selesai jam berapa. Udah gitu langsung pindahan beberes.
"

" Terus lo gimana? Ko bisa si dia ngatain? "

" Ya gue diem. Gimanapun gue hidup di asrama ada aturan. Salah dikit entar laki gue yang disalahin. Kagak tahu dah kenapa tu orang ngomel sama gue. "

" Nah laki lo kagak keluar lagi emang? "

" Gue tahu dia dengar gue diomelin. Tapi dia diam aja. Mungkin biar gak melebar masalahnya. "

Tok tok tok

" Ya masuk. "

" Maaf Bu Vicha ada yang ingin menemui ibu. "

" Siapa? "

" Namanya Jovan Ale..." Terlihat pegawainya mengingat nama yang sulit.

" Aleagravicx. "

" Nah iya itu Bu. "

" Suruh masuk aja. Bikinin minum ya jus aja. Sama chocolate cake. Tiga ya Pin. "

" Permisi. "

" Ya. Hai Jo duduk. Gak usah kenalan kan ya. "

" Sudah kenal. Ibu Gravin. "

" Berasa tua gue dipanggil bu. Hahaha. "

" Oh ya gimana-gimana pak tentara yang luangin waktunya ketemu Alvicha. Ada yang bisa gue bantu? "
Jovan mengobrol panjang lebar dengan Alvicha di sofa ruangan F&B Manager. Sedangkan Zenda asik dengan ponselnya membaca wattpad dan duduk di kursi yang digunakan Vicha saat bekerja.

Alvicha dan Jovan bersalaman. Tak lama Jovan keluar dari ruangan F&B Manager. Alvicha menatap sahabatnya gemas.

" Eh manten makan tu cakenya keburu layu. Belum makan kan lo? "

" Lu kira sayur layu. Belum makan gue. Keluar yuk rumah makan. Sibuk gak Bu manager? " Zenda meledek dengan senyum sumringah.

" Hahaha. Yuk. Kagak dispenlah kan yang ngajak pemilik resto ini. "

Alvicha mengendarai mobilnya hati-hati. Tiga puluh menit perjalanan keduanya masuk ke rumah makan.

" Selamat siang. Mau pesan apa? "

" Cumi goreng sama nasi merah bakar. Ehmm jus tomat juga. Lo apa Vic. "

" Gurame bakar, nasi putih, lemon tea. "

" Oke. Ditunggu ya mbak, " Ucap seorang waitress tersenyum setelah mencatat pesanan.

Kluk kluk kluk
Pepe
Kluk kluk kluk
Pepe

" Assalamualaikum. "

" Wa'alaikumsalam. Sayang kamu di mana? " Zenda mengernyit karena dipanggil sayang. Lagi pula orang yang menelepon tidak ada nama di kontaknya.

" Siapa? "

" Sayang kamu lupa. Suami kamu astaghfirullah. GRAVIN. "

" Eh maaf Abang. Umm a-aku d-di kafe makan siang sama Vicha. "

" Kirain ke mana. Lain kali izin dulu ya biar abang gak khawatir. "

" Iya maaf abang. Abang sudah makan? Maaf aku gak siapin buat abang. "

" Ini abang habis makan. Gapapa. Kamu kan juga banyak kegiatan. Nanti kalau luang nah kamu bisa deh buatin makan siang buat aku. Spesial dari Chef Zenda Aliksi Makayasa istrinya Lettu Gravin yang Sholehah, cantik, baik...."

" Stop abang. Kelamaan nunggu Abang. Semangat ya abang kerjanya. "

" Hehehe. Assalamualaikum. "

" Wa'alaikumsalam. "

Alvicha menikmati makanan yang tersaji di depannya. Ia melihat wajah berseri Zenda dengan tatapan menyelidik. Zenda yang mengetahui segera menjelaskan.

" Bang Gravin. Ya kan gue belum punya nomornya jadi gak tahu kalau Abang. "

" Istri macam apa lo Zen. Gila. Suami lo kagak marah? "

" Gak, " Zenda menjawab cuek.

" Kagak izin dong lo ke sini? Duh punya sahabat satu anehnya nauzubillah. Salah apa gue punya sahabat modelan gini ish. "

" Jangan ngatain gue. Ya Vicha cakep calonnya Om Jovan, " Alvicha mengerutkan bibirnya. Mengherankan dengan pelan.

Zenda membayar makanan di kasir. Sementara Vicha yang masih kesal dengan Zenda menuju mobilnya. Ia segera mengemudikan mobil membelah jalanan meninggalkan Zenda. Zenda yang keluar kafe bingung karena mobil Vicha tidak ada.

" Alamak tu bocah ngambek main tinggal aja. Pulang naik apa nih? "

Zenda menyebrang jalan menuju ke halte untuk menunggu bus. Ia duduk di halte. Ia tidak mengamati keadaan sekitar yang bahkan sangat mencurigakan. Terdapat beberapa orang memakai pakaian hitam dan masker berada di sekitarnya. Ia masih asik dengan ponselnya. Sambil merutuk tingkat sahabatnya yang kekanakan.

Ssush slash

Suara mendesis menghentikan kegiatan yang dilakukan Zenda. Ia terlambat menyadari posisinya.

Dor dor dor

Ia berniat menyingkir dari halte karena mendengar suara baku tembak. Dua orang radius 10 m darinya terkapar. Kepalanya mengeluarkan darah sangat banyak. Satu orang tergeletak di pinggir jalan. Zenda panik. Suara teriakan dan baku tembak terus terdengar. Ia tidak menyadari ponselnya yang sudah terlempar.

Future Pedang Pora (Tamat)Where stories live. Discover now