35. Tamasya

7.2K 365 2
                                    

" Mau pakai loreng-loreng mi, " Zenda menepuk keningnya pelan. Rama yang biasanya selalu menurut tidak banyak protes sekarang protes ingin memakai kaos motif doreng. Ghiffar sudah duduk santai melihat tayangan kartun dengan stoples kue coklat di pangkuan.

" Iya nanti pulang pakai. Sekarang pakai yang hijau dulu ya? " Rama menggelengkan kepalanya cepat. Ia masih menggunakan kaos dalam dan celana jeans pendek. Gravin menggendong Rama. Menimang-nimang Rama. Rama tertawa terbahak-bahak. Ia terbang karena Gravin memutar-mutar di udara. Gravin memakaikan kaos biru bergambar pesawat yang masih ada di tangan Zenda.

" Nah kan rapi. Sekarang bang Rama sama dik Ghiffar pakai sepatunya. Okey? " Gravin mengeluarkan mobil yang telah ia panaskan mesinnya. Zenda menuntun kedua putranya naik ke mobil. Ia juga memasangkan seatbelt untuk Rama dan Ghiffar. Gravin mampir ke POM untuk mengisi bahan bakar. Zenda sibuk membuka bekal berisi potongan buah. Ia memberikan kepada kedua anaknya.

Bila apel malam telah tiba
Hatiku dag dig dug Tak karuan
Memikirkan nasib seseorang
Bila aku peloncat pertama
Segera berdiri depan pintu
Pandangan tetap lurus ke depan
Sikap exit jangan dilupakan
Bila payung sudah mengembang
Segera periksa kiri kanan
Hindarkan tabrakan sama kawan
Tarik kemudi depan belakang
Bila payung tidak mengembang
Segera buka payung cadangan
Bila itupun tidak mengembang
Serahkan nyawamu pada Tuhan

Setelah selesai menyanyikan lagu kedua anaknya sibuk bermain kait kelingking mengurung jempol. Rama santai dalam bermain. Ghiffar sibuk berteriak saat ibu jari Rama hampir memerangkap ibu jarinya.

Rama tertawa terbahak-bahak. Ia mengalahkan adiknya berkali-kali. Adiknya hanya menang sekali saat pertama. Kedua dan selanjutnya ia yang memenangkannya.

" Umi mau keripik kentang, " Ghiffar mengulurkan tangannya. Zenda membuka kantung bekal mengambil dua stoples plastik berisi keripik kentang.

" Satu mi. Nanti abang bareng aku makannya, " Ghiffar mendekap stoples. Sesekali Rama mengambil keripik dan memakannya. Ghiffar juga sibuk melihat sekeliling jalan yang dilewati. Sepanjang perjalanan hanya tebing di kiri kanan dan pepohonan hijau. Ghiffar meletakkan stoples ke kursi.

" Bang jaket, " Rama membantu adiknya memakai jaket. Udara pegunungan membuat dingin. Rama telah memakai sejak abi mengisi bahan bakar.

" Kan dingin. Ngeyel dibilangin umi tadi. "

" Kan tadi nggak, " Rama mengambil kedua tangan adiknya. Ia mengelap dengan tisu. Karena masih ada sisa remah-remah keripik kentang. Mengambil botol minum dan meminta sang adik untuk minum. Rama mengembalikan stoples ke umi. Ghiffar bersender dan mengeratkan pelukan pada tubuhnya sendiri. Tak lama mobil yang dikendarai Gravin memasuki area tempat wisata.

Gravin keluar mobil menggandeng Rama. Zenda menggandeng Ghiffar. Mereka menghampiri tempat penjualan tiket. Setelah mendapat tiket, mereka memasang tiket yang terbuat dari kertas kedap air dan memasang seperti memakai gelang. Untuk dewasa satu kali melingkar sudah pas tangan. Berhubung Rama dan Ghiffar memakai dapat dua kali lingkar. Agar tidak terjatuh.

Mereka memasuki area kebun binatang. Gravin dan Zenda berjalan di belakang. Rama dan Ghiffar antusias melihat binatang. Gravin menggendong ransel berisi keperluan anak-anaknya. Ia menggandeng tangan Zenda yang menggantung. Wanita itu agak tersentak. Tidak jadi melepas genggaman ketika tahu suaminya yang menggenggam tangannya. Ia fokus mengawasi kembar. Apalagi Ghiffar yang susah ditebak ke mana ia ingin melangkah. Kadang-kadang lari atau sengaja menabrakkan diri ke pengunjung lain kemudian bersembunyi. Ia sangat pintar. Jail ketika ada tempat persembunyian seperti taman kecil yang disediakan pada setiap jalan.

Anak itu akan pura-pura tidak tahu ketika ketahuan lalu berlari cepat. Zenda sampi kualahan mengejarnya. Gravin sibuk mengabadikan momen ketika istrinya berlari menjaga kedua anaknya. Banyak ekspresi ketika istrinya tersenyum manis atau sedang sebal dengan kedua anaknya. Mereka beristirahat sejenak. Gravin minum air mineral. Zenda mengambil kamera yang tergantung di leher suaminya. Melihat hasil foto yang telah diambil. Puas menatap mereka melanjutkan perjalanan dengan mengendarai mobil untuk mengunjungi unta.

Saat menunggu ada petugas penjaja wortel. Zenda membeli dua cup. Rama dan Ghiffar berebut ingin duduk di samping. Zenda melarang mereka. Karena bersikeras Zenda dan Gravin mengizinkan. Mobil melaju perlahan memasuki gerbang. Radar otomatis dapat membuka gerbang dan menutup otomatis. Rumah-rumah buatan dan kolam buatan terlihat. Banyak unta sedang bermalas-malasan. Atau mendekati mobil yang membawa pengunjung. Mendekat untuk meminta makanan. Ghiffar dengan sangat percaya diri makan kue. Unta tahu ia membawa makanan. Kepalanya terjulur mendekati Ghiffar. Bocah kecil itu segera mendekati Gravin. Bulu unta sedikit menggesek pipi Ghiffar.

Ghiffar melempar kue yang tinggal seperempat. Ia memeluk Gravin erat. Terdengar suara isakan kecil. Gravin terkikik.
" Nih untanya dikasih ini biar gak ganggu. Udah ya nangisnya, " Ghiffar mengusap air matanya. Ia menatap wortel dalam wadah mengambil satu. Dan menjulurkan takut-takut. Unta mendekat memakan wortel yang dijulurkan Ghiffar. Ia tertawa kemudian mengambil wortel lagi sampai habis.

" Habis Far, " Gravin mengingatkan. Rama yang masih memiliki satu buah wortel meberikan pada adiknya. Ghiffar tersenyum dan mengucap terima kasih. Zenda mengambil gambar Rama yang memberi makan unta. Dan Rama yang sedang mengelus kepala unta pelan. Saat ini mobil dihentikan sebentar. Memberi kesempatan pengunjung untuk bercengkrama dengan satwa.

Ghiffar menarik tangan Zenda. Ia ingin naik mobil jeep. Mobil ini didesain dengan pistol untuk menembak pemburu pada hutan buatan. Dalam satu mobil terdapat 6 pistol. Mereka harus mengantri karena banyak yang tertarik menaiki mobil. Setelah mendapat giliran. Ghiffar duduk di depan. Ia memegang pistol dan menembak sembarangan. Bahkan patung petugas konservasi ia tembak. Pemandu hanya tersenyum kecil. Hanya Gravin dan Zenda yang menembak sesuai istruksi. Setelah keluar Ghiffar duduk di jalan. Ia melepaskan jaketnya. Melempar ke arah abi yang berjalan mendekatinya. Gravin berjongkok di depan Ghiffar.

" Capai? " Ghiffar mengangguk. Gravin menoleh ke belakang. Zenda masih berjalan di belakang dengan Rama.

" Pulang yuk. Capai katanya mi, bang adik capai tuh. "

" Gak mau pulang. Mau main bi. "

" Katanya capai, " Ghiffar mengangguk lagi.

" Yaudah pulang, " Gravin masih akan menggoda.

" Abi, " Zenda mengingatkan.

" Yaudah istirahat dulu. Di situ bawah pohon, " Mereka duduk di kursi beton. Ghiffar meminum air dengan rakus. Dahinya penuh keringat. Zenda mengusap dengan tisu. Rama yang akan diusap keringatnya tidak mau. Ia memgelap sendiri. Gravin mengacungkan jempolnya.

😊😊😊

Ghiffar masih tertidur pulas di kursi samping Rama. Rama sudah bangun walau nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Ia masih menguap lebar. Mereka masih dalam perjalanan menuju ke rumah.

" Dah bangun bang? " Rama mengalihkan pandangan dari panorama sore jalanan.

" Iya mi. Nanti aku keluar dulu ya mi. Jangan keluar semua aku dulu pokonya kalau sampai rumah, " Zenda menatap anaknya itu.

" Kenapa? "

" Ya biar aku number one. Ya mi? " Zenda mengangguk. Ia mengelus puncak kepala Rama.

Gravin berhenti di salah satu supermarket. Rama yang tertidur segera membuka mata. Tanpa babibu ia keluar membuka pintu mobil. Beruntung tidak ada kendaraan yang sedang melaju. Gravin memegang tangan anak itu erat. Zenda menemani Ghiffar yang masih tertidur. Gravin kepayahan membawa kardus. Ia tidak dapat menggandeng Rama. Rama yang terus berjalan mundur meledek abinya. Semakin mendekati seorang anak kecil yang membelakanginya. Keduanya bertabrakan. Anak kecil itu mengibaskan debu pada celananya.

" Maaf ya, " Anak kecil itu berlalu pergi dari hadapan Rama. Ia menjadi terpaku menatap anak kecil itu.

" Bang ayo, " Gravin telah selesai meletakkan kardus pada bagasi. Rama masuk ke mobil.

" Mi baju doreng-doreng mana? " Zenda lupa.

Future Pedang Pora (Tamat)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum