Clueless.

1.6K 221 31
                                    

Pagi hari dan dirinya bukanlah sebuah perpaduan yang begitu bagus.

Bagaimana tidak? Ia bukanlah morning person yang akan menyambut matahari dengan senyuman lebar sembari meregangkan tubuh dan menggumamkan, 'Selamat pagi, hari yang cerah. Mari berjuang hari ini,'

Ew. Tidak.

Malah sebaliknya, ia merasa begitu lelah untuk kembali memulai hari. Walaupun tidak dipungkiri semangatnya sedikit terpacu mengingat hari ini ia akan menunjukkan kinerjanya di depan teman-temannya. Ya, ia sangat suka melihat ekspresi kagum dari para teman-temannya saat mengetahui betapa brilian idenya nanti. Memikirkannya saja sudah membuatnya ingin melompat-lompat.

Bisa jadi hari ini akan menjadi pengecualian untuk sifat malasnya di pagi hari.

"Chaeyoungie! Mingyu sudah di depan, sayang," suara sang ibu membuatnya bergegas meraih laptopnya lalu berlari menuruni tangga. Meraih selembar roti yang sudah diolesi selai cokelat kesukaannya, ia buru-buru pamit pada sang ibu.

"Aku berangkat, bye!"

Dilihatnya sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti di depan pagar rumahnya. Ia pun masuk dan duduk di kursi penumpang lalu mobil itu mulai melaju.

"Ming, rapat jam berapa?" tanyanya dengan nada kelewat semangat.

Yang berhasil mengundang tatapan heran dari sosok di sampingnya.

"Jam 3, kan sudah diumumin di grup. Jangan kebiasaan deh nge-skip chat penting," jawaban diiringi omelan ia dapatkan. Membuatnya menghela nafas kesal lalu membanting tubuhnya di sandaran kursi dengan nyaman.

"Chat penting seperti pertanyaan 'Aku jayus ya?'? Pffft," ia menahan tawanya mengingat obrolan mereka tadi malam.

Mingyu, yang tadinya mengerut kesal, kini terlihat malu. Bahkan kedua telinganya memerah, mengundang tawa yang tadi Rosé coba tahan meledak keluar. Tak lama Mingyu juga ikut tertawa walau pelan. Maklumlah, gengsi bapak ketua kita satu ini memang begitu tinggi.

"Berhenti mengejekku di depan Seokmin atau hal ini akan terus dia ungkit sampai rapat nanti," ancamnya dengan ekspresi jenaka mengundang dengusan dari gadis di sebelahnya.

"Try me," Rosé malah mengancam balik dengan ekspresi mengejek, membuat Mingyu mendecak pelan.

"Akan kubilang pada Jaehyun bahwa kau cemburu,"

Skakmat.

Bukan, bukannya yang dibilang Mingyu itu benar. Sama sekali tidak! Hey, buat apa dia cemburu dengan pria genit yang jagonya tebar pesona itu?

Tapi ia hanya berpikir untuk mencari aman. Kalau sempat Mingyu menyampaikan hal itu pada Jaehyun, bisa-bisa lelaki overpede itu akan terus meledekinya sampai ia tua renta. Hah, tidak bisa dibayangkan akan seberapa tinggi tensinya nanti.

Ia bisa membayangkan betapa menyebalkan ekspresi pria itu nantinya. Huh, bahkan membayangkannya saja sudah membuat darahnya mendidih.

...

"Selamat pagi, kekasihku,"

Gadis berambut sebahu itu mengernyit mendapati sosok yang kini berada di hadapannya dengan senyuman manis favoritnya.

Ia tidak salah lihat, kan? Apa yang dilakukan lelaki ini disini?

Bukannya.... mereka bertengkar?

"Hm? Kamu kok bengong? Nanti kesambet loh, sayang!" ujar sosok itu lagi membuatnya terperanjat.

"Kamu...ngapain?" tanyanya akhirnya. Walau terdengar menyinggung, tapi senyuman tidak juga luntur dari wajah pria itu.

"Jung Eunha, pacar kamu datang menjemput masa ditanya ngapain? Ayo berangkat, nanti kita telat loh," ujar kekasihnya dengan sabar sembari menarik tangannya.

La Memóire x 1997 line.Where stories live. Discover now