Unexpected.

905 120 21
                                    




"Lo ngapain disini...?"

Pertanyaan itu terlontar begitu saja saat gadis dengan mata bulat itu mendapati sosok di depan rumahnya. Sosok itu malah tertawa pelan, seakan melihat sesuatu yang lucu.

"Jemput lo lah," ujar pria itu sembari tersenyum.

Jiho -yang memang sudah berpakaian rapi- mengerutkan alisnya, "Tapi kan-"

"Ngga ada tapi-tapian, ya. Lo pikir gue ngga tau lo berapa hari ngehindarin gue?" ujar Eunwoo sembari menatap Jiho kesal.

Yang tertangkap basah hanya meringis, "Siapa yang ngehindarin lo.." gumamnya pelan. Dalam hati sudah tahu alasannya tidak akan diterima oleh pria Cha itu. Sudah paham betul betapa keras kepalanya Eunwoo di saat begini.

"Yaudah yuk,"

Begitu keduanya sudah sampai di dalam mobil, Eunwoo melajukan mobil dengan kecepatan sedang.

"Lah, kampus ke kanan, woi? Kok lo ke kiri?" Jiho heran menatap Eunwoo yang masih tersenyum.

"Siapa yang bilang gue jemput lo buat ke kampus?" ujarnya tersenyum miring.

Jiho terdiam, dalam hati bertanya-tanya ada apa dengan temannya itu hari ini.

"Gapapa kan satu hari bolos? Gue lagi pengen jalan jauh," ujarnya sembari menyetel radio. Kini Jiho kembali melayangkan tatapan bingung ke arahnya, membuatnya terkekeh pelan.

"Kenapa sih lo?" ujarnya.

"Elo yang kenapa? Aneh, sakit lo?" Jiho meletakkan tangannya di dahi Eunwoo. Tidak panas, pikirnya.

"Kesambet lo ya?" tanyanya lagi.

Eunwoo lalu berhenti sejenak saat mendapati lampu merah dan akhirnya membalas tatapan Jiho. "Kan gue udah bilang, gue tau lo beberapa hari ini ngehindarin gue. Jadi gue pastiin lo bakal ngasih tahu alasannya ke gue seharian ini," tukasnya membuat Jiho mengerjap kaget.

Mobil kembali melaju saat Jiho sudah mendapatkan kesadarannya yang sempat pending tadi.

"Oh, jadi lo mau nyogok gue?"

Sang pria mendecih, "Suudzon bener. Dah dibilang pengen jalan jauh. Kebetulan lo lagi begitu, yaudah gue ajak aja,"

Jiho merotasi matanya, malas menanggapi Eunwoo dalam mode menyebalkannya. Ia memutuskan memainkan ponselnya.

"Eh, gue lupa!" Jiho menyentak membuat Eunwoo ikut terkejut.

"Kita hari ini rapat, bego!"

Eunwoo mengendikkan bahu, "Izin lah. Gue udah izin sama Chaeyeon,"

Jiho lalu menyipitkan matanya, "Bener-bener lo ya. Seenaknya banget," ujarnya menarik pipi Eunwoo dengan sedikit tenaga yang cukup membuat pria itu mengaduh.

Perjalanan itu cukup memperbaiki suasana yang terasa canggung tadi sebelum keduanya sampai di tempat tujuan, menurut Eunwoo. Menurut Jiho, mereka hanya berhenti di kawasan pepohonan dengan jalan besar di tengahnya.

"Lo ngga mau buang gue kesini, kan?" tanya Jiho membuat Eunwoo berdeham berpikir.

"Boleh juga tuh ide,"

Mendengarnya, Jiho mendorong pundak sang adam yang tertawa senang. Berhasil menerbitkan senyum kecil di bibirnya. Yang tentu saja disembunyikannya dengan dengus kesal.

Kini mobil yang ditumpangi keduanya memasuki area tanah lapang yang masih berada di kawasan hutan. Eunwoo memarkirkan mobil itu ke area yang memang ditujukan menjadi tempat parkir, menyadari ada beberapa kendaraan disana.

La Memóire x 1997 line.Where stories live. Discover now