《7》

26.5K 7.3K 1.9K
                                    

"Argh! Kenapa harus serumit ini, sih?!"

Untuk melampiaskan emosinya, Jinyoung menendang pohon di sampingnya, nggak peduli kalau teriakannya memancing kedatangan orang lain.

Jinyoung marah, dia nggak nyangka kalau Hyunjin, orang yang dia kira baik selama ini ternyata seperti itu.

Tapi, Jinyoung juga penasaran. Kenapa Hyunjin keliatan marah saat dia ngomongin tentang kematian teman-temannya? Padahal tadi dia cuma asal ngomong.

Jinyoung jadi curiga. "Masa Hyunjin yang bunuh mereka?"

Sambil mengacak-ngacak rambutnya, dia duduk di kursi panjang yang memang disediakan di taman belakang sekolahnya.

Kalau ditanya kenapa Jinyoung pergi kesana, itu karena disana sepi, tenang, dan cocok untuk menyendiri.

Awalnya dia ingin bolos, tapi nggak mungkin. Dia mana mau dimarahin orang tuanya.

"Woi! Gue cariin kemana-mana, ternyata disini."

Jinyoung terkejut, dengan tatapan tajamnya dia menoleh ke samping, ke arah Woojin yang melambaikan tangannya dengan riang.

"Ngapain lo disini?!"

Woojin nyengir. "Kan udah gue bilang, gue nyariin lo," jawabnya, lalu duduk di samping Jinyoung.

"Kalo ada yang liat bisa dikira homo, jauh-jauh!"

"Ya elah, mereka juga mikir-mikir dulu kali. Kalaupun lo homo, gak mungkin lo suka sama cowok yang buluk kayak gue."

Lah ngaku.

"Ck, terserah. Gue lagi males ngomong," decak Jinyoung.

"Nah, kalo gitu lo dengerin gue ngomong aja. Gue pengen ngomong hal penting sama lo," ucap Woojin serius.

Woojin berdeham sejenak, lalu lanjut bicara ketika Jinyoung hanya diam.

"Gue minta, lo jangan bahas masalah kematian temen-temennya si Hyunjin."

"Kenapa?"

"Pokoknya gak boleh."

"Gak jelas lo, kasih tau alasan yang bener, baru gue bakal nurutin omongan lo," ujar Jinyoung tak mau dibantah lagi.

Woojin menghela nafas. Kemudian, dia menatap sekelilingnya dengan waspada, memastikan kalau nggak ada orang yang menguping atau mengawasi mereka.

"Dia gak suka kalo lo bahas masalah itu, Young. Nyawa lo terancam."

































Woojin berjalan santai di koridor sekolah menuju kelasnya. Sesekali dia melirik siswa-siswi yang menatapnya. Tak jarang pula dia membalas mereka dengan memelototi mereka.

Dia tahu kalau semua itu karena dia yang masih berteman dengan Jinyoung.

Tapi dia nggak peduli, dia bakal tetap jadi teman Jinyoung walaupun nanti dirinya yang ikut dibenci.

"Aduh, tuh orang mana sih? Ah, itu dia."

Woojin mempercepat langkahnya begitu melihat orang yang dia cari berada tak jauh darinya.

Begitu sampai di sampingnya, Woojin mencekal pundak orang itu hingga sedikit terhuyung ke belakang.

"Woi! Apa-apaan lo?!" Bentak orang itu kesal, lalu menepis tangan Woojin.

"Jin, gue minta lo berhenti bikin orang lain semakin benci sama Jinyoung. Gue tau lo iri sama kepintarannya, tapi gak gini juga."

"Maksud lo apa? Sekarang lo mau nuduh gue? Emang ya, temennya Jinyoung gak jauh beda."

Woojin mendecih. "Udah tugas gue sebagai temennya buat ngelindungin dia dari apapun, termasuk dari orang licik kayak lo."

Hyunjin memutar bola matanya malas, lalu menunjuk Woojin tepat di depan wajahnya.

"Lo gak usah sok pahlawan. Ini urusan gue sama Jinyoung. Dan lo, gak usah ikut campur."

"Lo tau, gue bisa aja laporin lo ke kepala sekolah karena tindakan lo itu. Dan inget, gue gak akan tinggal diem sampe sahabat gue kenapa-napa, apalagi itu karena lo!"

"Heh! Mau kemana lo?!"

Woojin melewati Hyunjin dengan wajah datarnya sampai mendorong Hyunjin sedikit ke belakang.

Woojin emosi, tapi dia nggak mau nyari ribut. Karena itu dia memutuskan untuk pergi ke kelasnya.

Begitu sampai di kelas, dia melihat temannya, Lucas, sedang bermain ponselnya dengan serius.

Woojin yang kepo langsung menghampiri temannya itu. Sambil pura-pura lewat, Woojin melirik apa yang membuat Lucas serius menatap ponselnya.

"Widih, chattingan sama siapa, tuh?"

Lucas tersentak kaget. Buru-buru dia mematikan ponselnya dan menyimpannya ke kolong meja.

"B-bukan siapa-siapa."

Woojin mangut-mangut. "Kirain sama pacar, kan lo gak punya. Haha!" Tawanya.

Lucas hanya menunjukkan senyumnya tanpa ingin membalas perkataan Woojin.

Beberapa saat kemudian, Woojin yang sedang asik tertawa mendadak teringat sesuatu. Dengan curiga dia menyipitkan matanya ke arah Lucas.

"Lo ngirim email ke siapa? Kok isinya anceman gitu?"

[2] E-mail | 00Line ft. 99Line ✓Where stories live. Discover now