《20》

24K 6.3K 3.1K
                                    

"J-Jeongin?"

Tak hanya Hyunjin, Jinyoung pun terkejut ketika pria yang menariknya tersebut membuka tudung jaketnya.

Jeongin, temannya juga Hyunjin yang disangka sudah meninggal dunia ternyata masih hidup.

Tapi, kok bisa?

"Kaget ya, kak? Hehe, maaf ya, lagian aku seneng kok," kekeh Jeongin senang seraya berjalan ke hadapan Hyunjin.

"K-kok lo gak mati?! Lo siapa?!" Tanya Hyunjin yang terlihat panik.

"Jeongin lah, siapa lagi. Oh ya, biar seru, gimana kalo semua yang terjadi diceritain ke Kak Jinyoung, biar apa yang dilakuin Kak Hyunjin kebongkar."

Jeongin mengukir senyum miringnya, lalu menatap Hyunjin yang masih terkejut akan kehadirannya.

"Jadi, Kak Hyunjin itu psikopat. Dia yang bunuh Kak Seungmin gara-gara nolak jadi pacar dia. Terus dia bunuh Kak Woojin, Kak Chan, Kak Minho, Kak Changbin, d-dan Kak Jisung."

Belum sempat Hyunjin membalas, Jeongin lebih dulu berbicara. "Pasti Kak Hyunjin kaget ya karena nama Felix gak disebut? Ngapain nama dia disebut kalo dia masih hidup."

"H-Hidup?" Hyunjin terkejut, sangat terkejut. Bahkan ia sampai tak sanggup mengeluarkan sepatah katapun.

"Iya, beruntung Kak Felix bisa bertahan. Terus kalo aku kok bisa hidup? Ya bisa lah, kan Kak Felix yang udah nolong aku."

Jinyoung jadi pusing, ini kenapa malah mereka berdua yang ngobrol sementara dia dikacangin.

"Sebelum Kak Hyunjin dateng, Kak Felix yang habis jalanin operasi beberapa jam setelahnya, dia dateng dan ngasih rompi anti peluru dan sekantong darah yang dia minta di rumah sakit. Jadi, Kak Hyunjin itu nusuk kedua barang itu, bukan nusuk dada aku," jelas Jeongin dengan puasnya melihat reaksi Hyunjin.

"Awalnya Kak Felix ngira Kak Hyunjin mau bawa pistol, eh taunya malah pisau. Tapi gak apa-apa, seenggaknya aku gak mati," lanjutnya.

"Gak mungkin!"

Hyunjin langsung menodongkan pistolnya ke Jeongin. Dan yang Jeongin lihat, tangan Hyunjin gemetar.

"Kak Jinyoung boleh pergi. Kak Hyunjin urusan aku."

"Gak bisa!" Hyunjin langsung menggelengkan kepala. "Lo berdua harus mati sekarang!"

"Eh bentar bentar!" Seru Jinyoung panik. "Gimana kalo kita ngobrol baik-baik aja. Bentar lagi bulan puasa, bukannya nambah pahala malah nambah dosa."

"Ngobrol baik-baik?" Hyunjin menurunkan pistolnya sejenak. "Boleh juga."

Setelah itu hening. Jinyoung dan Jeongin saling tatap. Namun, Jinyoung melihat isyarat untuk lari dari sana sekarang juga.

"Tapi, gak semudah itu."

Setelah Hyunjin berucap begitu, seseorang keluar dari kegelapan dengan sebilah pisau di tangannya.

Jinyoung menatapnya tak percaya.

"B-Bang Woojin?!"


































Felix melirik arlojinya dengan gelisah. Berkali-kali dia menolehkan pandangannya ke arah sekolah, berharap kalau Jeongin berhasil membawa Jinyoung pergi.

Tapi sudah sepuluh menit berlalu, mereka belum juga kelihatan batang hidungnya.

Felix jadi khawatir. Masalahnya, Hyunjin itu punya banyak ide buat bunuh targetnya.

Dia juga nggak bakalan biarin targetnya lepas gitu aja. Dan yang Felix takutin, Jinyoung sama Jeongin nggak bakal balik lagi.

"Jangan gitu lah, Lix. Nanti kalo gak balik beneran gimana," rutuknya sambil memukul kepalanya.

TOK TOK TOK

Felix tersentak kaget ketika kaca mobilnya diketuk dari luar. Awalnya dia kira yang ngetuk kacanya itu Jinyoung atau Jeongin.

Tapi ternyata Jihoon.

"Lix, buka kacanya!" Perintah Jihoon sambil mengetuk-ngetuk kaca mobilnya dengan brutal.

Bukannya membuka kacanya, Felix malah membuka pintu mobilnya.

"Apa?! Kenapa?! Siapa?! Dimana?! Mengapa?! Bagaimana?!"

"Bukan waktunya bercanda! Sekarang ikut gue ke kantor polisi sekarang juga!"

"Lah apaan! Gak mau, gue lagi nungguin temen."

"Gue tau apa yang terjadi, makanya gue mau lapor polisi. Ayo buruan!"

Ketika Jihoon hendak membuka pintu belakang, Felix lebih dulu menahannya.

"Jelasin ke gue apa yang bikin lo panik begini," perintahnya.

"Gue nemu mayatnya Lucas di gang sana! Dan gue nemu kertas di saku jaketnya, dia bilang Hyunjin bakal bunuh Jinyoung malam ini di sekolah. Dan Woojin yang punya kepribadian ganda bakal dimanfaatin."

"KOK GAK BILANG DARI TADI!"

"ALAH BANYAK OMONG LO, BURUAN GAS MOBILNYA!"

"KAN LO BELUM NAIK."

"Oh iya lupa."

"Bego," gumam Felix sambil masuk ke dalam mobil.

Begitu sudah siap di posisi, Felix langsung menginjak gas sehingga mobil melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.

Jihoon yang belum siap duduk langsung kejengkang dan kakinya naik ke atas.

"BUSET, LO BAWA PENUMPANG WOI! BUKAN MAU BALAPAN!" Teriaknya histeris.

Felix nggak peduli, dia harus sampai di kantor polisi secepatnya.

Dia harus bisa selamatin Jinyoung sama Jeongin.

Dia nggak mau kehilangan temennya lagi.

Dia nggak mau.

Dan Hyunjin, kalaupun boleh udah dia bunuh sejak kemarin.

Semoga aja Jinyoung sama Jeongin nggak kenapa-napa.

Semoja aja.




































Halo, I'm back ><

Pada kangen ya sama book ini, ehe.

Hehe, aku juga kangen ngetik, tapi ditahan dulu karena UN.

Oh ya, maaf banget kalo chapter 20 ini ada kekurangan atau salah dan semacamnya.

Aku ngetik langsung tanpa mikir dulu, semuanya langsung keluar gitu aja dari kepala.

Muehehe, chapter selanjutnya ku up besok atau hari sabtu ya.

Oh ya, nih ada cerita baru berdasarkan vote kemarin.

Dibaca dibaca.

Dibaca dibaca

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.
[2] E-mail | 00Line ft. 99Line ✓Där berättelser lever. Upptäck nu