《18》

23.5K 6.7K 2.3K
                                    

Hari ini, Bae Jinyoung bahagia. Namun, dia tidak tahu, kalau kebahagiaannya akan hilang dalam sekejap.


















































Jinyoung pulang ke rumah. Dengan dibantu Felix, Jinyoung membawa tas yang berisi baju-bajunya yang dia gunakan selama berada di rumah sakit.

Kondisi rumah cukup sepi, karena kedua orang tua Jinyoung belum pulang dari pekerjaannya masing-masing.

Hanya ada amplop berwarna putih di atas meja yang menarik perhatiannya.

"Young, lo mau gue bikinin makanan?" Tawar Felix.

"Jangan yang aneh-aneh, gue belom sembuh bener," jawab Jinyoung datar, lalu duduk di sofa.

"Siapa juga yang mau masakin lo yang aneh-aneh. Gue cuma mau bikinin lo sop ayam sama teh manis," balas Felix, kemudian pergi ke dapur untuk memasak.

Jinyoung menatap Felix sebentar, kemudian menatap amplop putih yang sejak tadi ingin dia buka.

Dengan tak sabar dia membuka amplop tersebut. Melepas lemnya, mengambil suratnya, dan membukanya lebar-lebar.

Untuk Jinyoung, anak kesayangan kami.

Nak, maafin mama sama papa yang belum bisa pulang, ya. Kita masih ada urusan pekerjaan. Tapi, kamu jangan khawatir. Karena mama sama papa akan pulang di hari ulang tahun kamu yang tinggal tiga hari lagi!

Gak kerasa anak mama udah mau berumur 17 tahun. Buat memori yang indah untuk dikenang ya, nak.

Oh ya, salam dari papamu. Dia udah gak sabar mau ketemu anak semata wayangnya yang ganteng ini.

Mama harap, kamu selalu sehat, selalu diberi rezeki sama Tuhan, dan selalu mendapat perlindungan Tuhan dari orang-orang yang berniat buruk sama kamu.

Mama sama papa akan secepatnya pulang, jangan lupa beresin rumah, ya.

Dari, mama dan papa yang tercinta.

Jinyoung terhenyuh. Tanpa sadar ada setetes air mata yang terjatuh dari pelupuk matanya.

Kalau boleh jujur, Jinyoung emang kangen sama kedua orang tuanya yang udah nggak pulang selama lima bulan karena urusan pekerjaan.

Walaupun begitu, Jinyoung mengerti. Orang tuanya sibuk, dia cuma perlu diam dan nggak banyak meminta.

Di saat membaca harapan mamanya, Jinyoung sempat tersenyum tipis.

Selalu mendapat perlindungan Tuhan dari orang-orang yang berniat buruk sama kamu.

Amin. Jinyoung juga mengharapkan hal yang sama. Dia berharap, kalau dia nggak akan mati sebelum orang tuanya pulang.

"Hoi, ngelamun aja lo!"

Jinyoung mendongak, menatap Felix yang datang dengan semangkuk sop di pegangannya.

Jinyoung mengernyit. "Cepet amat masaknya, pake ilmu apaan lo?"

"Gue nemu daging ayam sama wortel yang udah dipotong-potong di dalem kulkas. Ya udah gue ambil buat dimasak. Terus gue tambahin bumbu jadi," jelas Felix sambil meletakkan mangkuk sop tersebut di atas meja.

"Btw, surat apaan, tuh?" Tanyanya penasaran sambil melirik surat yang dipegang Jinyoung.

Buru-buru Jinyoung menyembunyikan surat tersebut di balik badannya. "Bukan apa-apa, kepo banget lo."

"Dari cewek, ya?" Tanya Felix sambil tersenyum jahil. "Siapa? Cakep gak? Anak mana?"

"Ngasal lo." Jinyoung menoyor kepala Felix supaya mundur.

Felix mengerucutkan bibirnya, tangannya mengusap kepalanya. "Gue cuma mau mencairkan suasana yang hening begini, gak bisa diajak bercanda lo."

"Emang gue gak bisa diajak bercanda, humor gue dolar."

"Ah masa? Jadi, ada telur besar banget, mirip apa?"

"Mirip kepala lo."

"Anjing."

"Udah ah, gue mau makan. Laper banget," kata Jinyoung lalu menyendok sopnya, kemudian memakannya.

Jinyoung mengunyah sembari meneliti rasa sop yang menurutnya agak aneh. "Lix, kok rasanya aneh, ya?"




BRAK!





"GAWAT WOI GAWAT!"

"UHUK UHUK!"

Jinyoung langsung tersedak pas ada yang banting pintu rumahnya dengan keras. Alhasil makanan yang baru aja mau dia telan muncrat balik ke mangkuknya.

Sontak Felix berlari ke dapur untuk mengambil minum. Begitu kembali, Jinyoung langsung merebut gelas yang Felix bawa dan meneguk airnya sampai habis.

Orang yang membanting pintu itu terdiam, begitu melihat Felix. "L-loh, kok b-bisa ada Felix?"

"Aduh, pake ketauan segala," gumam Felix panik karena ada orang lain yang ngeliat dia.

"Maksud lo banting pintu rumah gue apa, Bang Jihoon?" Tanya Jinyoung emosi.

Jihoon tersadar, kemudian dia menunjuk-nunjuk keluar dengan panik.

"Woojin ilang, terus tadi malem gue nemu mayatnya Lucas! Terus, di depan rumah lo ada polisi!"

"HAH?!"
















































"Permisi, apa ini rumah Bae Jinyoung?"

"Iya pak, saya Bae Jinyoung."

"Kami ingin melaporkan bahwa orang tua anda mengalami kecelakaan dan tewas di tempat. Pesawat yang ditumpangi mereka jatuh ke laut dan tidak ada korban yang selamat."

Saat itu juga, Jinyoung merasa dunianya hancur seketika.


























































"Mati deh. Sebentar lagi giliran lo, ya."

[2] E-mail | 00Line ft. 99Line ✓Where stories live. Discover now