《9》

24.6K 7K 2.9K
                                    

Jinyoung mengadahkan kepalanya ke sekitar ketika dirinya berada di tempat yang cukup asing.

Padang rumput yang tenang, ditemani semilir angin sepoi-sepoi membuatnya merasa nyaman.

Di atas sana, matahari bersinar cerah dengan langit biru yang memanjakan mata.

"Gue dimana? Bukannya tadi gue mau dibunuh?"

Jinyoung menundukkan kepala, menatap ke arah sepatunya.

"Apa gue udah mati?"

Jinyoung menggeleng. Dia nggak mau mati. Dia harus bisa nyelesaiin masalahnya. Dia harus cari siapa pelakunya.

Dia nggak mau pelakunya berkeliaran bebas dan bisa mengancam nyawa orang banyak.

"Gue mau balik," rengeknya sambil menghentak-hentakkan kakinya.

"Jinyoung."

Dia sontak menoleh ke belakang ketika ada yang memanggilnya. Di belakangnya, berdiri dua belas laki-laki yang sangat ia rindukan.

Jeno, Jaemin, Haechan, Renjun, Sanha, Hwall, Seungmin, Jisung, Jeongin, Samuel, Daehwi, dan Guanlin.

"L-loh? K-kalian?!"

"Halo Jinyoung, apa kabar?" Sapa Daehwi ceria, seperti biasanya.

"K-kok bisa ada disini?! Ah, gue halu nih." Jinyoung menepuk-nepuk pipinya mencoba menyadarkan diri.

Tapi colekan di lengannya membuatnya tersentak. Rupanya Jisung yang melakukannya.

"Seharusnya kita yang nanya, kenapa lo ada disini?" Tanyanya.

Jinyoung menggeleng lemas. "Gue gak tau, seinget gue, gue dikejar sama orang asing yang mau bunuh gue. Habis itu gue pingsan karena asma gue kambuh," jelasnya.

"Bentar, lo dikirim email juga, gak?" Tanya Renjun.

"Iya."

Mereka saling bertatapan. Raut wajah mereka berubah cemas. Jinyoung yang merasa ada yang teman-temannya tahu memicingkan matanya.

"Kalian tau sesuatu?"

Renjun menyikut lengan Jeno. Sementara yang disikut menghela nafas lalu menatap Jinyoung.

"Kita juga dapet email aneh sebelum kecelakaan itu."

"Dan email itu ngirim foto yang ditambah ancaman. Lo bakal mati kalo kita gak dateng. Fotonya bener-bener foto lo, yang lagi berdiri di pinggir jalan sambil main hp," tambah Jeongin.

Samuel mengangguk. "Karena itu kita pergi ke puncak. Kita terpaksa bohong ke orang tua karena mau nolong lo, tapi ternyata kita dijebak," ucapnya.

Jinyoung terdiam. Rasa bersalah mendadak menyerang dirinya. Mungkin kalau teman-temannya nggak percaya sama email itu, mereka pasti masih hidup.

"Lo gak usah merasa bersalah."

Jinyoung mendongak dan menatap Guanlin yang tengah tersenyum padanya. "Udah tugas kita buat ngelindungin lo."

"M-maksudnya?"

Seungmin yang sejak tadi diam bersama Sanha, mendekat ke arah Jinyoung.

"Lo gak bakal bernasib sama kayak kita," kata Seungmin.

"Tenang aja, nanti bakal ada yang bantu lo, kok," sambung Sanha.

Jinyoung mengernyit. "Siapa?"

"Nanti lo bakal tau," ucap Guanlin sambil menepuk pundak Jinyoung.

Jinyoung terdiam. Sesaat kemudian, dia tersadar akan sesuatu.

"Felix mana?"

Teman-temannya hanya tersenyum, lalu mereka melambaikan tangannya.

"Jaga diri lo baik-baik, lo pasti bisa masukkin pelakunya ke penjara. Semangat!" Teriak Jisung menyemangati.

Perlahan, sosok teman-temannya memudar. Jinyoung panik. "Kalian kemana?! Woi, gue gimana?!"

"Siapa pelaku yang kalian maksud?!"












































"Jinyoung, akhirnya lo sadar juga!"

Begitu dia membuka matanya, yang pertama kali dia lihat adalah Woojin yang tersenyum lebar begitu melihatnya bangun.

"G-gue dimana?"

"Lo di rumah sakit. Gue panik sumpah, tadi lo udah gak nafas. Untung masih bisa diselamatin."

"Emangnya gue kenapa?"

Senyum Woojin memudar. Wajahnya berubah menjadi marah. Kedua tangannya terkepal di samping tubuhnya.

"Gue nemuin lo mau dibunuh sama Lucas."

"Hah? Bang Lucas?" Jinyoung melongo kaget.

"Iya, gue berdiri di samping lo yang pingsan, tangannya megang pisau."

"Terus bang Lucas ada dimana? Gue mau ketemu sama dia."

Woojin refleks berteriak. "Gak boleh! Nanti lo dibunuh beneran!"

"Gue cuma mau denger penjelasannya aja."

Woojin mengangguk pasrah. Dengan sebal dia keluar ruangan. Begitu kembali, dia bersama Lucas yang menundukkan kepala.

"Lima menit!"

"Iya elah, bawel amat lo." Jinyoung memutar bola matanya malas. "Bang Lucas, kenapa lo-"

"Sumpah bukan gue!" Potong Lucas panik. "Justru gue yang nolong lo."

"Jangan bohong deh lo! Udah ketauan masih aja ngelak!" Bentak Woojin marah.

"Demi Tuhan bukan gue! Tadi gue liat Jinyoung pingsan di jalan, terus ada pisau di sampingnya. Gue yang penasaran ngambil pisaunya. Eh lo malah dateng dan mukul gue," jelas Lucas.

"Tapi lo yang ngirim email ke Jinyoung 'kan! Ngaku!" Bentak Woojin lagi.

"Gue berani sumpah, gue emang disuruh sama orang buat ngirim email ke Jinyoung, tapi gak pernah gue kirim, karena gue gak mau nambah dosa. Gue masih mau hidup bebas."

"Oke oke! Berhenti berantem!" Lerai Jinyoung. "Terus siapa yang nyuruh lo?"

Lucas menggigit bibir bawahnya gelisah. Tapi matanya melirik ke kanan, ke tempat Woojin berdiri.

"Woojin yang nyuruh gue."



BUGH!



"ANJING YA LO!"

[2] E-mail | 00Line ft. 99Line ✓Where stories live. Discover now