عَشْرَةٌ

1.8K 133 6
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم ِ

10. Jadi Pengganti

Untuk pertama kalinya, David ingkar janji. Membuat pikiran Veli dipenuhi opini yang menyakitkan hati. Bagaimanapun David laki-laki normal, di mana punya titik lelah untuk berjuang sendiri. Sebuah hal yang menampar Veli ketika sadar bahwa selama ini dia hanya penyusah hidup David. Veli tahu ini tidak adil. Laki-laki itu berjuang sendirian, untuk kami melepas rindu saja, dia yang harus menemuinya di pesantren. Sedangkan Veli belum pernah satu kali pun berjuang.

Harusnya Veli juga sadar, David menyuruhnya keluar dari pesantren adalah bentuk sayangnya. Karena tahu kondisi Veli akan semakin buruk, dia khawatir akan terjadi apa-apa. Dan kini, penyesalan telah menghampiri. Hanya penyalahan diri yang dilakukan sebagai bentuk pelampiasan. Dalam hatinya terbesit sebuah tanya, mungkinkah ini sebuah akhir?

Awal bahagia, akhir tanpa kejelasan. David hilang tanpa kabar merimbas ke hari Veli menjadi berantakan. Sejak hari Ahad, gadis itu terus murung.

Pulang sekolah, Veli langsung menjatuhkan diri ke tempat tidur. Rasanya malas untuk melakukan rutinitas. Di saat santriwati lain berlomba untuk mencuci, membereskan lemari, dan sibuk mengerjakan tugas, Veli malah tertidur.

"Assalamuaikum." Di pintu yang terbuka berdiri dua santriwati. Tangannya penuh oleh barang bawaan, sampai Nafira yang sedang mengerjakan tugas segera membantu keduanya setelah menjawab salam.

"Untuk Veli?" tanya Nafira memastikan setelah meletakkan semuanya di dekat meja belajar.

"Iya. Tadi ada ikhwan di parkiran manggil kami. Dia minta tolong untuk mengantarkan ini semua ke Velicia Navvirel Aulia di kamar empat asrama Fatimah Az-Zahra," jawab salah satu dari mereka. "Lalu kami disuruh meminta pakaian kotornya untuk dibawa dia pulang."

Nafira mengangguk-angguk sembari melirik seorang yang sedang tidur. Nafira segera mengambil dus dari bawah tempat tidur Veli, lalu mengucapkan terimakasih dengan sangat ramah. Veli kebiasaan dimanja oleh keluarganya. Pakaian yang kotor bukan dicuci, tapi disusun ke dus untuk diberikan kepada sopirnya David. Setelah diloundry, sopirnya juga yang mengantarkan kembali ke pesantren setiap empat hari sekali. Hal itu bukan perintah Veli, bukan juga kemauan David, tapi nenek Veli yang memintanya supaya cucu kesayangannya tidak capek. Meski negara menjadi batas, sayang nenek ke cucunya tidak ada sekat. Lewat David, wanita paruh baya itu dapat menyalurkan rasa sayangnya.

Selain cucian, makanan juga terjamin. Veli yang memintanya untuk dikirim makanan, karena dia jarang makan di kantin. Jangan heran jika lemari Veli bukan terpenuhi pakaian, tapi makanan.

Lima belas menit berlalu, tugas Nafira selesai tepat shalawat disenandungkan di masjid. Menandakan azan ashar sebentar lagi. "Vel," panggilnya sambil mengguncang pelan tubuh kurus itu. "Veli, bangun."

Gadis yang tertidur itu menaikkan selimutnya, seolah tidak peduli dengan panggilan Nafira.

"Veliiiiii, anti belun mandi! Ayoo, cepat bangun! Bentar lagi masuk ashar lho."

"Bentar lagi, aah." Suara manjanya keluar, kemudian meringkuk untuk membelakangi Nafira.

Gadis itu berdecak, kesal dengan sikap Veli yang tidak berubah. Dua bulan tinggal di asrama belum ada peningkatan. Sifat manjanya masih melekat dan selalu menjengkelkan.

Dinamika Hati [SELESAI ✔]Where stories live. Discover now