أَحَدَ عَشَرَ ahada 'asyara

2K 139 5
                                    


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم ِ

11. Perjuangan

Jadilah seperti bunga yang selalu memberikan keharuman, bahkan kepada orang yang telah merusaknya.
~Ali bin Abi Thalib~

Peluang Alvin menang taruhan dengan Veli sangat besar. Ketika tadi di perpustakaan ditanya sudah sampai mana hafalannya, Veli menjawab jujur bahwa surah yang ayatnya agak panjang belum hafal. Itu artinya, kemenangan ada di depan mata Alvin.

Dengan tekad yang kuat, niat yang bulat, semuanya tidak ada yang berat. Menghafal satu juz? Segitu doang mah, bukan apa-apa. Alvin ingin menunjukkan pada dunia, bahwa dia bisa menghafalnya dalam waktu kurang dari tiga minggu.

Alvin sampai mengorbankan diri untuk sebuah hafalan. Dia rela tidak mengaji ba'da ashar, usai berjamaah langsung ke kamar. Membuka Al Quran lalu menghafalnya. Anak itu tidak ada takutnya dengan hukuman. Padahal tahu jika tidak mengaji satu kali tanpa ada alasan mendesak hukumannya akan berat.

Namanya juga usaha, harus ada perjuangan dong. Dalam berjuang, harus ada pengorbanan.

Veli pernah mengatakan hal itu beberapa hari yang lalu. Gadis tersebut bukan hanya cantik parasnya, tapi cerdas dalam kata- katanya. Selalu memotivasi. Membuat semangatnya selalu berkobar.  Hanya saja motivasi dari Veli disalah gunakan oleh Alvin. Pengorbanan menurut Veli bukan seperti yang Alvin lakukan sekarang.

"Bahagia banget kalau gue sampai milikin lo, Vel," ujarnya di tengah menghafal sambil tersenyum. Bayangan senyum Veli membuat dia menutup Al Quran, hanya karena perempuan, laki-laki itu terjebak dalam sumur dosa. Bagaimanapun memikirkan seseorang yang bukan mahram tidak diperbolehkan. "Udah cantik, pinter, imut banget lagi. Ya Allaah. Ciptaan-Mu sungguh mempesona."

Brakk!

Pintu yang baru saja terbuka menampilkan sosok Ustadz dengan jenggot sekitar tiga senti. Alvin merasa tidak asing dengan beliau, tapi tidak ingat namanya. Yang jelas pernah mengisi ceramah di masjid.

"Antum ikut ana!" ujarnya tegas, penuh penekanan, dan jangan lupakan ekspresi datar serta tatapannya menusuk.

"Bentar Ust--"

"Ikut!" Tatapan tajam itu membuat Alvin tak berkutik, ngeri juga melihat mata beliau hampir keluar.

Ya Allah, hukuman apa lagi, siiiih? Nasib gue napa gini-gini amat. Serba salah, dihukum mulu.

Di ruang berukuran 3 × 4 Alvin menjelaskan sejelas-jelasnya alasan kenapa tidak mengaji. Namun, orang berjenggot itu tidak peduli sama sekali. Untuk meminta penjelasan jika hukuman siap menanti? Ini semua tidak adil bagi Alvin. Lagipula dia tidak ikut mengaji karena hal positif, harusnya beliau mengerti.

Dan pada akhirnya. "Tulis dua juz Al Quran beserta artinya dalam waktu empat hari di kertas polio." Alvin mendapat hukuman lagi, padahal hukuman hafalan belum dilunasi.

[[-_-]]

Novel religi berkisah insfiratif telah selesai dibaca. Satu hal yang Veli pelajari dari kisah di dalamnya. Selalu mencari celah kebaikan bahkan pada kejadian atau orang buruk sekali pun.

Jadilah seperti bunga yang selalu memberikan keharuman, bahkan kepada orang yang telah merusaknya. Bukankah Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan itu? Lalu, kenapa dalam hati Veli masih ada kebencian? Termasuk kepada keluarganya. Harusnya Veli menanyakan alasan papahnya kenapa menikah dengan Hana terlebih dahulu, sebelum mengobarkan benci yang membutakan hati.

Dinamika Hati [SELESAI ✔]Where stories live. Discover now