خَمْسَةٌ وَعِشْرُوْنَ

1.8K 113 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

25. Tentang Kecewa

Clementi, Singapura, Januari 2020

Veli membiarkan layar ponselnya menampilkan sebuah panggilan. Untuk mengangkatnya dia berpikir berulang kali, karena kecewa yang tertoreh di hati telah meruntuhkan kepercayaan. Sebenarnya terbesit rasa bersalah telah mengacuhkan seseorang yang selama ini ada untuknya, tapi kecewa yang sedang berkuasa membuatnya lupa akan kebaikan itu. Bagaimapun David melakukan kesalahan besar atas langgaran janjinya.

Tarikan napas disertai luncuran air mata sudah menggambarkan keadaan hati gadis itu. Ketika bibir tak mampu menjeritkan luka, biarlah tangis sebagai perwakilan hati yang terluka.

"Assalamuaikum sayang, kenapa nangis?"

Kalutnya pikiran membuat gadis itu tersentak dengan kehadiran Hans yang tiba-tiba bersuara diikuti kecupan pada puncak kepalanya. Usai menjawab salam dalam hati, Veli menggerakkan kursi rodanya tanpa meninggalkan satu kata pun. Bukan hanya pada David saja kecawanya, tapi Papahnya juga.

Mata Hans teralihkan dari punggung gadisnya ke ponsel yang berada di atas meja, layarnya hidup menampilkan panggilan. Dia tidak langsung mengangkat, karena itu bukan haknya.

"Telepon dari siapa, Mas?" tanya Hana yang baru saja muncul di ruang keluarga. Hans lebih memilih menunjukkan layar ponsel daripada menjawab, meski begitu Hana tetap memasang lengkungan manis di bibirnya. "David terlalu buta dalam hal cinta, sampai tidak tahu mana yang benar dan salah." Hana tidak berdiam lama di ruangan itu, karena ada suatu hal yang harus dibicarakan dengan anak tirinya.

Meski pintu kamar terbuka lebar, tapi Hana tetap meminta izin kepada Veli untuk memasukinya. Gadis itu sedang menatap hamparan hijau yang terbentang di balik kaca kamarnya dengan tatapan kosong. Hana langsung merengkuh dia disertai usapan lembut pada bahunya. Satu minggu lebih telah tinggal satu atap dengan wanita itu, membuat Veli tahu bahwa Hana tidaklah seburuk apa yang dipikirkan.

"Kamu belum baikan dengan Nak David?" tanyanya dengan lembut.

"Nggak akan pernah," jawab Veli.

"Kenapa?"

Tidak mungkin Veli menjawab jujur. Jika mengatakan kebohongan, hati kecilnya menolak keras. Maka diam adalah suatu cara ketika berkata jujur tidak mampu dan berbohong tidak bisa.

"Kamu ambil hikmah dari semua ini. Maka akan muncul kelapangan dalam hati. Coba deh kita telaah, Nak David memberitahu tentang kondisi kamu kepada Papah bukan suatu keburukan, justru itu sebuah kebaikan. Tanpa Papah tahu kamu sakit, mungkin saja sekarang di sana kamu sendirian melawan apa yang sedang kamu lawan. Tanpa Mamah tahu kamu sakit, mungkin saja kita masih perang dingin? Karena kamu masih salah paham dengan pernikahann antara Mamah dan Papah kamu."

Kesalahpahaman itu selesai. Hana telah menjelaskan tentang pernikahan yang berlandaskan tanggung jawab, membuat Veli menilai wanita itu dari sudut pandang yang berbeda. Ternyata Hana bukanlah wanita buruk seperti yang dipikirkan. Di hari setelah Allah mengambil Mamahnya dari dunia, ternyata Papahnya mendapat insiden. Hans yang kalut dengan kepergian istrinya membuat konsentrasi mengemudi menjadi kacau dan menyebabkan kecelakaan. Dari mobil yang ditabrak Hans hanya satu yang selamat, yaitu Hana. Wanita yatim piatu itu ditinggal pergi oleh suami dan anaknya saat kecelakaan itu, tentu hal tersebut membuat Hans merasa bersalah. Sebagai tanggung jawab, tanpa berpikir panjang, Hans memutuskan untuk menikah dengannya. Namun, Veli tidak mengetahui semua itu. Karena Papahnya tidak akan menjelaskan jika dia tidak bertanya.

Dinamika Hati [SELESAI ✔]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora