سِتَّةَ عَشَرَ sittata 'asyara

1.6K 106 0
                                    


  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم ِ


16. Ana Uhibbuka Fillah


Tidak ada yang harus disalahkan ketika kita tersakiti oleh perasaan yang terpatahkan. Karena pada dasarnya luka itu tidak akan ada kalau kita tidak memberi hati.

Pacaran memang memaksa kita untuk menciptakan kenangan. Ketika masih bersama, nostalgia akan indah. Namun, ketika ujung perpisahan telah tiba, pikiran yang selalu terpenuhi oleh kenangan itu membuat hati teriris perih.

Entah apa yang akan terjadi ke depannya. Mereka sama-sama diam seolah hubungan yang sudah terjalin satu tahun lebih tiada arti. David dengan segala keegoisannya tidak ingin menemui Veli karena kehadirannya sudah tidak berarti. Veli dengan segala kecewanya tidak ingin memulai terlebih dahulu. Padahal hanya masalah sepele.

Mungkin satu faktor yang menyebabkan mereka tidak ingin memperbaiki hubungannya; rasa bosan.

"Kak Daviid!" Laki-laki yang tengah kalut dengan pikirannya terasa ditarik paksa ke dunia nyata karena teriakan itu. Seorang gadis berkuncir kuda menghampirinya. "Ikut aku, yuk!"

David menautkan kedua alisnya. Gadis itu tiba-tiba datang, tiba-tiba mengajaknya. Kenal saja tidak. "Ke mana?"

"Ruang musik," jawabnya. "Ayooo." Dia menarik lengan David. Namun, laki-laki menahan dirinya untuk tetap di posisi semula.

"Apasih?!" David menepis tangan gadis itu. "Ck. Lo siapa?"

"Mending Kak David ikut aku, deh! Nggak bakal nyesel pokoknya."

"Apa itu penting?"

"Banget!"

David diam sekejap, lalu berjalan meninggalkan gadis itu. Apa pentingnya meladeni orang tidak di kenal?

"Please ikut aku, Kak. Ada sesuatu yang mau ditunjukkan. Ayooo, Kak," rengeknya sudah seperti anak kecil.

Rasa penasaran mendobrak hatinya, David menimang-nimang sebentar untuk mengambil keputusan. Dan pada akhirnya dia mengangguk lalu memasukkan kedua tangan ke saku celana abunya. Dia berlalu dari hadapan gadis itu menuju ruang musik. "Awas aja kalau gue udah ke sana nggak ada manfaatnya," ujar laki-laki itu ketika gadis tadi mampu menyeimbangi langkahnya.

Gadis itu tersenyum, hatinya senang karena sudah membawa laki-laki di sampingnya ke ruang musik. Perintah dari Veli telah dilaksanakan.

Lurus, belok kiri, sampai. Baru saja pintu terbuka lima puluh derajat, David langsung membeku. Tatapannya tidak lepas dari gadis di atas panggung kecil sedang tunduk ke piano. Gadis berkhimar cokelat muda senada dengan gamisnya membuat David hilang fokus. Gadis yang dihindarinya selama tiga hari belakang ini, menciptakan rindu di hati, pada akhirnya tercipta temu untuk melepas rindu.

"Veli," lirihnya tidak percaya. Kenapa bisa gadis itu di sekolahnya?

Setelah Veli sadar dengan keberadaan David di ruangan itu, dia langsung tersenyum ke arah laki-laki tersebut. Namun, David hanya memasang eksprrsi datar.

"Hallo semuanya," sapa Veli kepada teman-temannya dan teman David yang ada di ruangan itu. "Sudah lama Veli tidak menginjakkan kaki di SMA Pancasila. Dan alhamdulillah hari ini Veli bisa melepas rindu dengan sekolah ini, terkhusus melepas rindu dengan seseorang. Kehadiran Veli ke sini tidak jauh untuk seseorang yang berarti bagi Veli. Di hari ini, hari ulang tahunnya, Veli mau kasih kejutan kepada dia. Sepertinya, kehadiran Veli di sini sudah berupa kejutan baginya. Tuh lihat, orang di depan pintu itu menatap Veli tidak percaya."

Dinamika Hati [SELESAI ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang