Quentin [5]

9.4K 1.7K 41
                                    


Setelah syuting hari pertama, Cybil seolah menghilang begitu saja. Meski komunikasi di antara mereka tetap terjalin, tapi perempuan itu tak pernah lagi menampakkan diri di rumah penampungan. Quentin menebak jika perempuan itu sedang terlilit oleh setumpuk pekerjaan.

Di sisi lain, pria itu cukup penasaran tentang isi perbincangan Cybil dengan mantan suaminya via ponsel. Dari yang ditangkap Quentin, Jeremy tampaknya ingin kembali bersama Cybil. Lelaki itu merasa konyol karena lega luar biasa mendengar penolak tegas dari Cybil. Karenanya, dia cukup kaget saat mendengar gosip yang diinfokan oleh Imelda bahwa Cybil akan kembali pada mantan suaminya.

Suasana hati Quentin serta-merta memburuk. Semangatnya untuk ikut mengambil gambar pun merosot hingga ke titik nol. Namun lelaki itu berjuang untuk tetap profesional. Dia tidak punya alasan untuk merasa keberatan dengan keputusan Cybil, andai rumor itu memang benar. Perempuan itu pasti tahu apa yang diinginkannya..

Ketika hari terakhir syuting tiba, Quentin benar-benar tak ingin pergi ke Bogor. Namun kali ini bukan karena patah hatinya. Melainkan karena tubuhnya terasa tak nyaman sejak malam sebelumnya. Suhu tubuhnya meninggi, diikuti sakit kepala, mual, dan diare. Akan tetapi, lelaki itu memaksakan diri untuk berangkat ke Bogor meski kali ini tidak berani menyetir sendiri. Quentin meminta tolong Salman untuk menyopirinya.

"Kalau nggak fit, ngapain maksa ikutan, Bos? Nggak percaya kalau kami bisa kerja, ya?" Salman geleng-geleng kepala melihat Quentin yang bersandar lemah di jok.

"Nggak gitu, Man. Ini kan syuting hari terakhir, rasanya sayang kalau absen. Padahal selama sebulan aku ikutan terus. Lagian, wawancara sama Widya belum kelar. Dikit lagi."

"Apa nggak lebih baik kita mampir ke dokter dulu, Tin? Ke klinik 24 jam, kek. Minimal biar dapat pertolongan pertama."

"Ntar aja pas pulang," tolak Quentin.

"Tapi ini bakalan syuting sampai sore, lho. Masih lama."

"Nggak apa-apa, aku masih kuat kok."

"Kalau nanti kenapa-napa, jangan salahin aku," gerutu Salman.

"Aku nggak denger kamu ngomong apa," balas sang bos sambil memejamkan mata.

Quentin memang bisa melakukan pengambilan gambar tapi tubuhnya melaungkan permintaan untuk istirahat. Namun lelaki itu enggan menyerah dan tetap bekerja seperti biasa. Hari itu dia harus melanjutkan wawancara dengan penghuni tempat itu yang bernama Widya. Kemarin, Quentin sudah merekam pengakuan gadis belia itu tapi belum selesai semuanya.

Widya baru melewati ulang tahun ke lima belas beberapa minggu silam dan tinggal di rumah penampungan itu sejak empat bulan lalu. Gadis belia itu kabur dari rumah setelah dipaksa untuk menikah dengan seorang pria berdarah Arab yang sering berkunjung ke Indonesia. Kawin kontrak, tentu saja. Dari tempat tinggalnya di Cianjur, Widya berjalan kaki puluhan jam tanpa uang sepeser pun. Bahkan tidak tahu harus menuju ke mana.

Hingga kemudian Widya sampai di Bogor dan bertemu dengan seorang perempuan yang pernah memberi donasi untuk We Are The Champion. Perempuan itu kemudian mengantar Widya ke kantor Cybil setelah sempat menawari pekerjaan untuk gadis itu sebagai pembantu rumah tangga atau pengasuh anak. Widya meminta kesempatan untuk bertemu Cybil meski belum memiliki bayangan jelas tentang We Are The Champion. Cybil akhirnya membujuk Widya agar bersedia tinggal di rumah penampungan untuk sementara ketimbang bekerja.

Cerita Widya masih kalah seram dibanding penghuni tempat itu yang pernah diwawancarai Quentin. Namun dia tak bisa berhenti merinding. Membayangkan andai gadis muda ini tidak pernah bertemu Cybil dan malah dimanfaatkan manusia jahat di luar sana, dia benar-benar merasa ngeri.

"Jadi, apa rencana kamu selanjutnya, Wid? Udah punya keinginan mau ngapain?"

"Pengin sekolah lagi sih, Mas. Kemarin itu saya terpaksa berhenti sekolah, padahal baru aja dua bulan masuk SMA," sahut Widya dengan nada sendu. "Prestasi saya lumayan, selalu masuk lima besar."

The Sexy Secret [Terbit 19 Januari 2022]Where stories live. Discover now