Prolog

6.2K 529 13
                                    


"Wen, surat undangan seminar buat ukm sama himpunan lain udah jadi?"

"Udah beres semua nih"

"Wen duh gimana ya hmmm gue boleh minta tolong gak sama lo?"

"Kenapa?"

"Gue ada urusan mendadak siang ini, jadi gabisa sebar undangannya hari ini, padahal harus hari ini banget di sebar nya, bisa bantu gue sebarin gak?"

"Emang anak humas lain pada gabisa?"

"Nah itu masalahnya, pada gabisa juga"

"Yaudah gue aja yang sebar"

"Serius wen? gapapa? gak repotin nih?"

"Iya gue kosong kok siang ini"

"Wen makasih banget ya, gue minta maaf sebelumnya nih repotin banget sumpah"

"Iya santai gue punya kenalan juga anak ukm sama himpunan lain, jadi gampang"

"Yaudah wen gue serahin ke lo yaa, makasih banyak wen, nanti lain kali gue bantuin lo"

"Santai santai"

"Oke gue cabut duluan ya wen"

"Iya, tiati"

Wendy menghembuskan nafasnya, padahal lagi duduk dari tadi, tapi rasanya lelah banget. lima hari ini bolak-balik ngurusin surat izin kegiatan, surat perizinan lain-lain dan surat undangan kegiatan. Bolak-balik ruang kepala prodi buat minta tanda-tangan, nguber-nguber wakil dekan yang super sibuk buat diminta perizinannya, keluar-masuk ruang administrasi fakultas buat minta cap tanda perizinan.

Harusnya hari ini tugasnya sudah selesai, tinggal ngurusin administrasi peserta nanti di hari-h kegiatan. Tapi ternyata tidak semudah itu, Wendy harus kasih undangan ke anggota ukm, himpunan, dan dosen prodi sendiri serta kaprodi prodi lain yang total undangannya sekitar 40.


Rasanya, tadi bisa aja Wendy nolak, tapi ini juga demi acara bersama, acara yang Wendy juga ikut andil di dalamnya. Jadi, kalau Wendy membantu pun, gaada salahnya, karena urusan acaranya akan lebih cepat selesai. Tapi . . . .


Capek


Wendy menyenderkan tubuhnya ke punggung bangku panjang kayu itu dan menutup matanya, membayangkan harus kesana-kemari lagi di gedung fakultasnya.

"Makanya jangan asal nyanggupin kenapa sih, stress sendiri kan lu jadinya"

Wendy membuka matanya, merasakan seseorang duduk disampingnya dan berbicara kepadanya tiba-tiba

"Kaget! gue kira siapa jir"

Wendy menutup kembali matanya setelah melihat Taeyong yang ternyata berbicara kepadanya

"Lu kan sekretaris, ngapain nyebar undangan?"

"Abisnya anak humas pada gabisa semua, ini udah harus disebar siang ini"

"Halah pada banyak alesan mereka, udah punya jobdesk masing-masing pada gak bertanggung jawab"

"Yaudah sih namanya punya urusan lain" Wendy membuka matanya dan mulai duduk tegak bersiap untuk menghubungi beberapa kenalannya di ukm dan himpunan lain

"Wen"

"Hm?" ucap Wendy tanpa mengalihkan pandangannya dari layar hp nya karena fokus ngetik chat

"Lu gak mau minta bantuan gua?"

"Gausah, kan bukan tugas lo"

"Kan bukan tugas lu juga dodol! kenapa dah gampang banget dimintain tolong tapi susah banget minta tolong orang?" kali ini Taeyong setengah marah ngadepin Wendy yang kelewat baek apa oon gatau deh

wendy gak jawab lagi, sibuk nyari kontak anak ukm lain buat di chat. Taeyong menghela nafas, sabar ngeliatnya

"Wen"

"Hmm"

"Wen"

"Apansih anjir"

"Wen!"

"Iya iya tolong gue yaaa yong ini bantu cari nomor anak ukm lain ya tolong, nanti bantuin sebar ke meja dosen sama kaprodi juga ya tolong"

"Gitu dong ah" Taeyong ngacak-ngacak rambut Wendy yang cuma bisa pasrah aja lagi gaada tenaga buat berantem







End of prolog

Pretty's on the Inside [ Wendy Son ] ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ