06.Meet Our Meeting

5.7K 446 7
                                    


Ilen sudah berbicara sekitar 20 menit dan terus terang saja, tidak ada satu pun kata-katanya yang bisa kutangkap. Aku sibuk membaca lampiran dari surel yang baru saja masuk. Surel yang kutunggu-tunggu dari kemarin, hasil mcu dari klinik rekanan kantor. Mengingat kandidatku berasal dari luar Jakarta, hasil mcu-nya sedikit lebih lambat keluar dibandingkan kandidat Jakarta.

Aku mengecek satu per satu lampiran yang diberikan klinik, mencoba mencocokkannya dengan nama-nama kandidatku yang berasal dari Surabaya, Balikpapan, Makassar dan Bali. Baru saja lampiran ketiga terbuka, Nindon menyikut sikuku.

"Mending lu dengerin Ilen dulu, lanjutin nanti cek lampirannya. Sebentar lagi dia akan mulai round the table*. Bisa mati lu kalau nggak paham," bisik Nindon. 

Otomatis aku mengarahkan pandanganku ke layar presentasi. Kali ini melihat dengan jelas Ilen sedang menyajikan data angka rekrutmen untuk bulan Februari lalu. Grafik-grafik yang disajikan Ilen dengan jelas menukik ke bawah dengan warna merah pekat, siapapun bisa langsung mengartikan maksudnya tanpa perlu menjadi analis. 

"Angka kita menurun sekali di Februari, hampir 40% dibandingkan Januari. Metro** hanya dapat setengah dari target, sementara angka regional lebih parah," Ilen berbalik dari menghadap layar presentasi dan menatap ke arah kami semua. Melalui sapuan matanya, Ilen memandang berkeliling ruang meeting kecil ini, memastikan semua orang tidak lepas dari pengamatannya.

Aku membuang muka ke arah Lucky yang duduk di samping kananku, tatapan Ilen selalu berhasil membuatku bergidik. Sepertinya ia pernah berguru langsung pada Suzanna. 

"Maret ini usaha kita harus ditambah," lanjut Ilen. Aku menahan napas, bersiap-siap akan kemungkinan terburuk. "Metro paling mengkhawatirkan, kita harus perbanyak walk-in interview***. Mulai besok, sampai seminggu penuh ke depan, kita lakukan walk-in seharian. Jam delapan hingga empat sore." 

Nindon dan Mutia saling berpandangan putus asa, tambahan kerjaan yang luar biasa, sementara persiapan pengiriman kandidat untuk training bulan Maret ini saja belum selesai.

"Kemudian, mengingat target untuk regional dan syariat belum turun untuk bulan ini," lanjut Ilen, namun terpotong oleh bunyi ponselnya. Ilen mengetikkan sesuatu untuk membalas yang berarti ada break sebentar untuk kami. Tapi tentu saja tidak ada yang berani bersuara.

Aku dan Lucky hanya dapat bertukar pandang, seperti sudah dapat menebak lanjutan kalimat Ilen. Dari seberang meja, Mbak Riesta memandang ke arah kami berdua dengan muka mengkerut. Pasti dia subah bisa menebak juga maksud Ilen.

"Sorry gue harus jawab panggilan tadi. Lanjut ya, seperti gue bilang tadi, karena target regional dan syariat belum keluar, Lucky, Leta dan Riesta kalian ikutan ya." 

Aku meringis. Lucky menginjak kakiku. Aku menendang lututnya. Nindon menyikutku (lagi) dan Mutia serta Mbak Riesta di depanku saling memberi kode. Kiamat telah tiba.

"Mabeth, tolong segera hubungi agen iklan ya. Pasang di koran dan blast surel dan sms. Hari ini ya," Mabeth yang sedang sibuk membuka-buka ponselnya nampak terkejut. Anak itu pasti sibuk membuat instagram stories. Hanya Mabeth yang bisa swafoto di tengah-tengah meeting seperti saat ini.

"Oke, karena tidak ada pertanyaan. Meeting hari ini selesai dan segera kembali ke meja kerja masing-masing. Para recruiter bisa mulai menghubungi kandidat yang telah mengirim lamaran langsung ke kantor atau cek aplikasi lamaran kerja daring kita. Sehingga besok sudah ada kandidat. Minggu depan, saat kita ketemu lagi, gue mau setidaknya ada 50 kandidat bersih," putus Ilen tanpa memberi kami kesempatan bertanya, bahkan round the table saja tidak ada hari ini.

Sebenarnya, recruiter adalah kasta terbawah dari satu proses rekrutmen.

***

Catatan:

*round the table: (istilah) masing-masing peserta meeting memberikan update pekerjaan searah jarum jam.

**Metro: istilah untuk Jakarta (area METROpolitan)

***walk-in interview: kandidat bebas datang pada waktu yang ditentukan untuk langsung bertemu recruiter dan wawancara, tanpa perlu membuat janji terlebih dahulu.


Recruiter Lyfe - (TAMAT)Where stories live. Discover now