10.Meet the Handover

4.1K 381 8
                                    


Aku menatap selembar surat di hadapanku dengan pandangan kosong. Surat tersebut hanya bertuliskan beberapa kalimat, intinya posisi aku berubah menjadi sales recruiter untuk area Metro 2 efektif per hari ini.

Ya, hari ini. Tidak menunggu beberapa minggu lagi, bahkan hari dan tanpa meminta persetujuanku, apakah aku mau pindah atau tidak. Surat itu langsung diserahkan Bu Rani tadi pagi. Memang sih, aku sadar, mutasi pekerjaan bisa terjadi kapan saja. Namun tetap aku tak menyangka akan mengalaminya saat ini, padahal belum genap setahun aku bekerja.

"Kami percaya, kamu dapat melakukan tanggung jawab baru ini dengan baik. Sama baiknya dengan pekerjaanmu selama ini."  Begitu jawab Bu Rani ketika aku mengungkapkan keherananku atas perpindahan posisi ini. Juga ketika aku bertanya mengapa bukan Lucky saja yang dipindahkan, mengingat masa kerjanya lebih lama dariku, kembali Bu Rani dan juga Ilen menjelaskan mengenai potensiku yang lebih baik dari Lucky.

"Potensi huh," gumamku sambil membaca ulang surat mutasi kesekian kalinya. "Alasan positif yang paling sering dipakai untuk membenarkan perpindahan karyawan dengan tiba-tiba." 

Aku mengangkat kepala dan melihat ke sekeliling meja kerja, hanya tampak Mabeth sedang sibuk dengan komputernya. Lucky hari ini ke luar kota, Nindon dan Mbak Riesta sedang ada wawancara kandidat, sementara Ilen masih berbicara dengan Bu Rani di ruang meeting ketika aku meninggalkan mereka.

"Beth, Mutia nggak masuk hari ini?" teriakku ke arah Mabeth. Gadis dengan rambut panjang tergerai hingga punggung tersebut tersentak kaget mendengar suaraku.

"Astaga, Mbak Leta sudah balik?" tanyanya dengan kedua bola matanya yang sudah bulat semakin membulat besar. Sepertinya dia tidak sadar ketika aku memasuki ruangan tadi, sibuk berkutat dengan data-data di komputernya. 

"Iya, makanya gue tanya Mutia ke mana. Gue harus menggantikan pekerjaan dia, nih," jawabku enggan.

Kedua bola mata Mabeth kembali membesar. Ia melepaskan kacamatanya, mematikan layar monitor dan beranjak ke arah mejaku, "Serius Mbak? Mbak Mutia benar resign?"

 "Yah masak gue bercanda, Beth. Lu pikir kenapa pagi ini Ilen panggil gue? Mana ada Bu Rani juga."

"Jadi benar Mbak Mutia resign," tutur Mabeth pelan. "Tadi sih Mbak Mutia sudah datang. Pantas saja tanya-tanya soal beberapa dokumen. Kayaknya dia sedang keliling untuk clearance* deh."

"Yah, proses itu akan lama kali, jangan berharap ada handover* dari dia," ucap Nindon yang baru saja kembali ke meja kerjanya diikuti Mbak Riesta. "Oh iya, perlu gue kasih selamat nggak nih perpindahan lu?" 

"Sudah deh, jangan bikin gue makin sebal deh," gerutuku sambil melipat surat mutasi dan memasukkannya ke dalam laci meja. 

"Semua data ada di share folder kok, Leta. Kamu pasti bisa," kali ini Mbak Riesta yang berusaha menenangkanku. 

Seluruh proses rekrutmen memang sama saja di semua area, dan kami recruiter juga terbiasa saling membagikan data pekerjaan masing-masing di sharing folder yang bisa diakses semua tim Sales Recruitment. 

"Iya sih," ujarku pelan. "Tapi target Metro kan gila-gilaan."

"Nanti juga terbiasa, Let," kali ini Nindon berusaha membesarkanku. Nada suaranya sedikit berbeda, seperti ingin memberikanku dukungan. Aku sungguh bersyukur menemukan mereka sebagai rekan kerjaku. 

"Paling hati-hati sama user-usernya saja Mbak," Mabeth berujar sambil menahan tawa.

Kali ini Nindon ikutan ketawa. "Jangan dengerin Mabeth. User Jakarta lebih oke dari regional tenang saja. Gue sudah bilang mereka jauh lebih strict kan? Jadi enak deh nanti pas rekrutmen, standar kita sama dengan mereka."

"Apalagi kalau dapatnya Mas Ibra," tambah Mabeth, kali ini tidak sanggup menahan tawanya. Nindon ikutan ketawa dan Mbak Riesta hanya mampu menahan senyum melihat kedua rekannya puas tertawa. 

Aduh, siapa pula ini Ibra, gumamku dalam hati sambil melihat ketiga rekanku seperti puas melihat aku kebingungan. 

***

catatan:

clearance: proses melengkapi dokumen-dokumen bagi karyawan yang mau resign, biasanya memakan waktu cukup lama karena perlu ke berbagai dept untuk memastikan tidak ada tunggakan kewajiban tersisa.

handover: proses perpindahan tanggung jawab pekerjaan dari karyawan yang akan resign ke penggantinya. Biasanya yang dibahas adalah kerjaan yang sedang berjalan, sehingga sang pengganti tahu apa yang harus segera dilakukan di tugas barunya. 

Recruiter Lyfe - (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang