11.Meet Ibra

6.5K 579 7
                                    




"Niar Arleta?"

Aku mendongak dari tumpukan berkas, mencari arah suara. Hari kedua melakukan pekerjaan yang ditinggalkan Mutia, sekaligus juga pekerjaan lamaku, sungguh bukan perkara mudah. Sepertinya berkas-berkas lamaran ini bagaikan beranak dalam semalam.

"Ya, saya?" jawabku ragu-ragu setelah menemukan sang lawan bicara. Seorang pria yang kuduga berusia hampir 30 tahun berdiri di samping meja kerjaku. Pria tersebut mengenakan kemeja putih dengan lengan digulung hingga ke siku, dipadukan dengan celana panjang berwarna gelap. Potongan rambut dengan model undercut-nya terlihat sungguh klimis dengan tambahan minyak rambut yang cukup banyak di sisi samping, sementara rambut atasnya dibiarkan kering tergerai.

"Kamu yang pegang area Jakarta Timur kan sekarang?"

Aku hanya sanggup mengangguk. Pandangan mata pria di depanku ini, di balik kacamata dengan bingkai hitamnya, sungguh mengintimidasiku. Mengapa aku seperti mendapatkan tatapan dari Ilen versi laki-laki?

"Kalau begitu, kamu tahu area saya masih kurang FC kan?"

Aku mencoba mengingat-ingat target masing-masing area di Metro 2. Baru saja kuterima dokumen berisikan target baruku untuk bulan Maret ini yang dikirimkan oleh Ilen. Tapi sepertinya area Jakarta Timur belum sempat kulihat secara detil.

"Eh, saya belum melihat dengan detail untuk area Timur," jawabku kembali ragu-ragu. "Tapi bisa saya cek sekarang," lanjutku melihat perubahan raut muka pria tersebut menjadi gelap.

"Nggak perlu, saya ada datanya," ujar pria tersebut sambil mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia menarik kursi kerja Lucky di sebelah meja kerjaku, kemudian mendudukinya dan merapat ke arahku. Aku berusaha mengacuhkan zona pribadiku yang dilanggar pria tersebut dan berusaha fokus pada dokumen yang tertera di ponselnya.

"Ini area saya, lihat ini, Pulomas dan Rawamangun masih jauh dari target," pria itu menunjuk pada beberapa titik di ponselnya. Sepertinya lokasi cabang-cabang Asuransi Gemintang, tebakku dalam hati. "Sementara Jatinegara masih kurang lima FC, Ciracas kurang tiga dan sisanya masih nol. Tidak ada kandidat sama sekali."

Aku tertegun. Luar biasa, pria ini sungguh tahu areanya. Aku tidak pernah bertemu user sedetail ini sebelumnya. Area apa tadi yang dia pegang? Oh ya, Jakarta Timur. Aku mencoba mengingat-ingat nama dari Area Financial Manager (AFM) yang memegang Jakarta Timur. Namanya seingatku Malik Ibrahim Lubis.

Astaga, ini Ibra? User yang disebut-sebut Mabeth kemarin.

"Kenapa? Ada yang aneh?" Malik, eh Ibra seperti melihat kekagetan di raut mukaku.

"Eh nggak ada apa-apa, saya kaget saja Anda tahu daerah tersebut dengan detail."

Ibra melepas kacamatanya dan meletakkan ponselnya di atas meja, tatapannya tajam ke arahku, "Bukankah setiap sales manager harus tahu areanya masing-masing dengan baik? kalau tidak, bagaimana ia bisa berjualan dengan baik?"

Oke, he's got the point.

"Ya, tentu saja. Seharusnya begitu," jawabku gugup. Entah mengapa tatapan mata Ibra membuatku berkeringat dingin dan tidak bisa berpikir jernih. Padahal seorang Niar Arleta, walaupun sering kalut dan suka mengeluh, selalu mampu mengatasi tekanan seperti apapun juga.

"Baiklah, kita sepakat kalau begitu," kali ini senyum Ibra mengembang.

Aku bernapas lega. Sepertinya Ibra ini user yang bisa kuandalkan dan dapat membantu pekerjaanku menjadi lebih mudah. Syukurlah. Setidaknya ada satu harapan baru untuk menjalani peran baruku ini dengan baik.

"Jadi, kapan saya akan mendapat kandidat baru?" lanjut Ibra.

"Eh? Maksudnya?" tanyaku bingung.

"Kamu memang baru di posisi ini, tapi saya pikir tidak baru di Sales Recruitment bukan? Masa seperti ini saja tidak paham." Ibra menatapku sambil geleng-geleng kepala. "Saya ingin semua kekosongan FC di area Jakarta Timur terpenuhi bulan Maret ini," pungkas Ibra.

Gila, user gila. Mana ada kekurangan FC lebih dari dua puluh orang bisa terpenuhi dalam kurang dari satu bulan. Oke, aku tarik kata-kataku tadi. Ibra ini BUKAN user yang bisa kuandalkan. Sebaliknya, harus dihindari!

***

Recruiter Lyfe - (TAMAT)Where stories live. Discover now