LIMA

12 4 2
                                    

Aku ternganga.

"Film apa?" tanyaku kaget.

"Umm... kamu tau film barunya aktor itu, lho! Yang ganteng, yang bule... Ferdinand Beck," kata Merra muram.

"A day In France?" tanyaku dengan napas tertahan. Merra mengangguk. Aku langsung menjerit senang. Aku sudah baca bukunya duluan dan desas-desus buku itu mau dibuat film dan yang main Ferdinand Beck! Ternyata benar! Ya ampuuun sahabatkuuuu! Hebat banget dia! Sampai mau dipasangin main sama Ferdinand Beck, aktor baru yang turunan bule itu. Yang tampangnya mirip sama Zac Efron! Aku loncat-loncat di kasur sambil memegang kedua tangan Merra. Tapi si Nona Aktris ini malah nunduk.

"Heh, Rimerra Ardirapraja! Kok malah murung sihhh???? Seneng dooong mau main film! Padahal kan kamu bahkan belom pernah main iklan apapun, tapi udah dilirik lewat majalah. Hebat kannnn!!" Aku mengguncang-guncang tubuhnya dengan gemas.

"Aku takut sama pendapat Arian." Katanya murung lagi.

"Ckckckck..." aku menggeleng-geleng gak percaya. "Kamu pikir Arian bakal larang kamu?" tanyaku.

"Iya mungkin." Kata Merra.

"Kamu udah setaun lebih loh pacaran sama Arian! Masa kamu enggak tau sifat Arian kaya apa? Dia kan baik banget. Selalu ngedukung kamu. Kamu pikir, siapa yang dukung kamu habis-habisan dulu waktu kamu baru jadi model? Dia, kan? Makanya dia enggak akan mungkin menghalangi kamu sekarang." Aku melipat kedua tanganku di depan dada.

"Tapi aku juga cemas, sih. Aku enggak bisa jauh dari Arian. Yah... sebenernya masih lama sih shootingnya. Aku masih harus reading, segala macem. Enggak langsung ke French. Tapi aku takut mikirinnya aja." Merra tersenyum lesu.

"Arian bakalan baik-baik aja. Kamu apalagi. Jadi santai dong, Ra. Pokonya kejar cita-cita kamu aja dulu. Dia pasti mendukung kamu, selalu." Aku tersenyum menyemangati.

"Kalau kamu?" tanya Merra. "Apa kamu setuju aku pergi-pergi gitu?"

"Kamu tuh sahabat aku, bukan bodyguard. Aku pasti selalu dukung kamu! Buktinya aku seneng banget niiih kamu mau main bareng Ferdinanddd!!!" aku loncat-loncat lagi di kasur. Kali ini Merra ikutan.

Malamnya Arian meneleponku, menanyakan keadaan Merra, apa sekarang Merra sudah cukup aman untuk diajak bicara. Aku bilang sudah dan aku enggak mau membuka rahasia Merra pada Arian sekarang, biarkan saja Merra yang bilang sendiri.

"Nyon!" sepupu laki-lakiku yang diam di rumahku karena dia kuliah di Bandung tapi sebenarnya dia tinggal di Bogor, melongok ke kamarku. Aku memang bukan anak tunggal, tapi kakak laki-lakiku sedang kuliah di Jepang, jadi Mam meminta Kak Fikri tinggal di rumahku saja sementara dia kuliah di Bandung.

"Apa, Dung?" aku balas mengejeknya.

Kami punya nama panggilan masing-masing. Dia manggil aku Nyon itu singkatan dari monyon atau monyong, karena bibirku yang penuh. Aku balas manggil dia Dung singkatan dari Odong. Kenapa? Soalnya dia bego banget, sih!

"Ada mobil Gaga di bawah. Mau dibukain sama aku apa mau sama kamu aja?" kata Kak Fikri santai.

"HAH?! Kok bisa?" aku menyimpan HPku di kasur sambil berdiri, kaget.

"Bisalah. Dia kan bisa nyetir. Kamu gimana sih?" Kak Fikri ketawa, seakan dia pintar.

Aku menggeram dan berlari ke ruang keluarga di lantai dua yang berhubungan dengan balkon. Aku mengintip keluar dan benar saja ada Gaga dibawah sana. Sepertinya minta dibukakan pagar. Kalau sampai Mam lihat pasti pintunya dibukain, deh! Gawat banget!

Pinky PromiseWhere stories live. Discover now