Bagian 20 : Kopi dan Teh

3.4K 471 77
                                    

Aroma kuat kopi hitam yang tengah diseduh seorang gadis itu menyeruak hingga penjuru aula yang kini kosong. Suara air yang dituangkan dalam cangkir menjadi satu-satunya objek bunyi di tempat itu. Kepulan uap panas yang menari-nari dari permukaan cangkir menandakan jika belum lama si gadis berjulukan 'The Black Owl' itu duduk di aula makan markas.

Gadis itu duduk dekat jendela, menyeruput kopi hitamnya dalam diam. Menikmati setiap ketenangan yang ada saat ini. Tangannya menggapai sebuah kayu pipih, bumerangnya. Ia mengelapnya dengan sapu tangan hitam miliknya. Sambil memeriksa apakah benda kesayangan itu tergores atau patah. Dirasa cukup, gadis itu meletakkan bumerangnya di meja, kemudian kembali menyeruput kopinya.

Bulan nampak penuh malam itu. Cahayanya masuk lewat kaca jendela dekat Lorraine duduk. Pantulan cahayanya mengenai mata pisau yang terdapat di ujung bumerang miliknya. Matanya memandang keluar, kearah sang rembulan yang tak tertutupi awan. Perlahan gadis itu menyingkirkan poninya, memperlihatkan iris merah ruby nya yang indah diterpa sinar bulan. Namun sesaat kemudian, ia menutupnya kembali dengan poni.

Ternyata memang sudah tak bisa, huh? batinnya dalam hati saat menyadari jika mata cacatnya itu sudah benar-benar tidak merespon cahaya.

Ketika hendak menyeruput kopi untuk ketiga kalinya, suara baritone seseorang mengintrupsi kegiatannya,

"Hoo, sudah kembali" entah itu pertanyaan atau bukan, yang jelas Lorraine hanya berdehem menanggapinya. "Aku tak mendengarmu ketika sampai." lanjutnya. Lorraine meletakkan cangkirnya, "Kau sebenarnya tahu, hanya kurang peka." kata gadis itu.

Kemudian pemilik suara baritone itu beranjak ke dapur, meninggalkan Lorraine sendiri. Beberapa menit kemudian, orang itu kembali dengan secangkir teh di tangannya. Ia mengambil tempat dihadapan Lorraine dan mulai meminum teh hitamnya dengan cara unik.

Lorraine memandangi orang itu datar. "Apa?" Sahut orang itu. Beberapa detik kemudian, tanpa disangka si gadis serba hitam itu bergerak menuju meja yang agak jauh dari tempatnya semula—berpindah tempat. Hal itu sontak membuat satu-satunya pria di ruangan itu bertanya-tanya.

"Kau membenciku?" Tanyanya kemudian saat Lorraine sudah kembali menyeruput kopinya.

"Tehmu akan terasa kurang enak karena aroma kop-" "-kau tidak suka teh" Lorraine terdiam sejenak. Bingung harus mengatakan apa. Nada bicara orang ini datar sekali. Gadis itu tidak yakin itu tadi pertanyaan atau bukan. "Aku suka teh. Tapi lebih sering minum kopi." Akhirnya Lorraine mengatakan sekenanya. "Hmm.. begitu." Orang itu meminum tehnya lagi.

"Levi.." pria yang tengah minum teh itu melirik satu-satunya gadis diruangan itu. "-maafkan aku.." Lorraine menatap lawan bicaranya dari tempatnya duduk saat ini.

Levi meletakkan kembali cangkirnya di meja. Menyilangkan lengannya di depan dada lalu menghela napas pelan, "Bukan salahmu." Lorraine yang mendengarnya malah jadi menunduk. "Tapi semua berawal dari-"

"-mereka berdua mati karena kenaifanku." Potong Levi, tidak memberi kesempatan Lorraine menyelesaikan kalimatnya. Lorraine semakin menundukkan kepalanya, enggan menatap hazel milik manusia terkuat itu. "Maaf.." ujarnya lirih tapi cukup terdengar di aula kosong itu.

"Jangan menyesalinya." Suara baritone itu terdengar sangat dalam.

Lorraine mendongak, menoleh menatap kapten yang lebih tua darinya itu sekilas. Lalu matanya berdalih pada cairan hitam pekat yang menggenang di cangkir miliknya. Ia tepekur beberapa saat, mengabaikan Levi yang sedari tadi menatapnya.

"Jangan melihatku begitu" ujar Lorraine tiba-tiba.

Gadis itu meminum kopi hitamnya yang tinggal setengah. Tangannya tergerak mengambil bumerangnya yang ada di meja, mengelus pahatan yang ada di sisi-sisi benda pipih itu.

[Book 1] SHINGEKI NO KYOJIN | [Attack On Titan X OC]✔Where stories live. Discover now