Bagian 33 : The Truth Untold

2.5K 332 191
                                    

❕ALERT! CHAPTER LUMAYAN PANJANG. PASTIKAN POSISI MEMBACA NYAMAN DAN BENAR❕

Third person Point of View

Gadis itu tengah bersiap di kamarnya. Setelah mengganti pakaiannya, ia beralih menata rambutnya. Kali ini, gadis berambut panjang itu mengikat rambutnya gaya half-ponytail. Tak lupa memasang manuver 3D-nya dan sebuah ransel yang tak begitu besar.

Begitu keluar kamar, ia mendapati pria pendek tengah bersandar pada tembok dekat pintu kamarnya. Tentu saja dengan gaya khasnya, kedua lengan yang terlipat di depan dada.

"Untuk apa itu?" Tanya si pria dengan wajah datarnya.

"Tentu saja dibawa pulang." Jawab si gadis tak kalah datar. Gadis itu tengah memasukkan sebuket bunga yang isinya adalah beberapa tangkai bunga dalam ranselnya–beberapa ada yang terlihat menyembul keluar sehingga menarik perhatian Levi. Bunga itu sudah direncanakan akan dibawanya pulang ke rumah.

"Baiklah, sebelum Erwin menyadarinya kita harus sudah kembali." Ujar gadis itu bagai seorang tahanan yang kabur.

"Ck, merepotkan saja" eluh pria dihadapannya.

"Mulutmu itu bisa diam tidak. Berhentilah menggerutu setidaknya malam ini saja" tukas Lorraine dingin dan menusuk. Gadis itu lantas mendahului sang kapten untuk keluar markas.

Levi hanya sanggup mengumpat dalam hati. Memang tidak seperti Hanji atau prajurit lain di markas ini, Lorraine mungkin adalah satu-satunya yang berani berbicara demikian pada penyandang Humanity Strongest Soldier itu. Bahkan memaki, meledek, mengumpat, sampai menyumpahi tepat dihadapan Levi tanpa rasa takut. Jangan lupakan fakta jika Lorraine bisa dengan mudahnya melayangkan pukulan atau serangan pada kapten pendeknya itu.

Keduanya kini sudah keluar dari markas tempat bersemayamnya para prajurit yang asyik dalam alam mimpinya. Ketika merasa sudah cukup jauh dari markas dan cukup dekat dengan gerbang, Lorraine mulai menaiki kudanya disusul oleh Levi.

"Kurasa kudamu itu cukup tangguh dalam hal ini. Ikuti aku." Lorraine memimpin dengan kudanya karena gadis itu telah hafal betul medan yang akan dilewatinya. Sang kapten awalnya sedikit terkejut karena Lorraine menunggang dengan kecepatan yang bisa dibilang tidak wajar itu.

Setelah melewati beberapa desa dan hutan, Lorraine kemudian mengisyaratkan pada Levi untuk merapat ke sisi dinding. Disana, keduanya mengikat kuda mereka agar tidak lari. Mulai dari sini, prajurit Survey Corps itu akan melewati atas dinding.

Gadis berjubah hitam itu tampak piawai saat bergerak diantara dinding tinggi itu. Sementara Levi mengikuti Lorraine yang sudah sampai diatas dinding dan mulai berlari.

"Kau lambat, heicho." Ujar gadis bermanik hitam tajam itu.

"Kubilang panggil begitu saat ada yang lain saja. Terdengar aneh mendengarnya dari mulutmu." Protes si kapten yang telah berhasil menyamakan langkahnya dengan salah satu anggota terkuat skuadnya itu.

'Bukankah dulu dia bilang tidak masalah?'

Malam itu cuaca benar-benar bagus. Rembulan yang bersinar terang diantara barisan bintang yang menyebar acak di langit membuat perjalanan kedua insan itu sedikit terbantu sebab tidak terlalu gelap. Meski frekuensi angin cukup kuat, namun agaknya hal itu bukanlah masalah berarti bagi dua anggota Pasukan Pengintai yang kuat itu, bukan?

"Oi, mata satu!" Manusia terkuat itu melirik gadis disampingnya dengan sudut matanya.

"Hm" deheman dari mulut Lorraine yang sama sekali tidak menoleh pada orang disampingnya.

[Book 1] SHINGEKI NO KYOJIN | [Attack On Titan X OC]✔Where stories live. Discover now