Bagian 34 : Keraguan

3.3K 340 60
                                    

"Terlalu lemah," tukas seorang gadis seraya menahan serangan gadis lain dihadapannya. "jika kau menyerang dengan pukulan, fokuskan kekuatan pada tanganmu. Itu membuat seranganmu lebih kuat." Tambahnya. Sementara si lawan bicara mencoba menyerangnya lagi dengan beberapa teknik. Lagi-lagi serangan dari gadis berambut sebahu itu berhasil ditangkis dengan mudahnya.

Saat ini di lapangan, tengah terjadi adu pukul antara dua gadis berstatus prajurit Survey Corps. Namun, bukan perkelahian yang terjadi disana. Melainkan adu pukul dalam rangka berlatih. Kira-kira sudah hampir tiga jam keduanya bersama. Keringat di dahi masing-masing menandakan betapa seriusnya mereka.

"Serang sekali lagi. Lebih fokus!" Titah gadis berambut panjang diantaranya. Detik itu juga, si rambut pendek kembali menyerang. Kali ini serangannya mengarah pada kepala lawan. Jarak yang semakin terkikis membuat si lawan punya kesempatan untuk melakukan serangan balik.

Syuut
Bugh!!

Si rambut pendek terlempar ke belakang akibat serangan tiba-tiba dari lawannya. "Kau terlalu terbuka, Mikasa." Ujar si rambut panjang mendekati gadis yang terduduk akibat serangannya tadi. Tangannya terulur, berniat membantunya berdiri.

"Saya akan lebih baik lagi setelah ini." Gadis Ackerman itu menyambut uluran tangan partner berlatihnya.

"Serangan dan kecepatanmu sudah bagus. Hanya saja, kau lengah di pertahanan. Langsung menyerang tidak salah, tapi pertahananmu terbuka lebar dan itu memudahkan lawan untuk menyerangmu." Petuah si partner Mikasa.

Flashback >>

Entah sudah berapa lama gadis itu tepekur disana. Sejak kembali dari ruangan sang Kapten, gadis berjulukan 'kilat hitam' itu terduduk pada bingkai jendela kamarnya. Membiarkan tubuhnya terpapar angin malam yang bisa dibilang cukup dingin tanpa balutan jaket atau semacamnya. Yang dilakukannya sedari tadi hanya memandang jauh sang rembulan yang mengintip dari balik awan. Pendarnya yang kini mulai redup menandakan saatnya bagi sang surya menggantikan tugasnya.

Gadis itu bergeming, seolah tak ada yang lebih nyaman dari duduk-duduk dan melamun di kamarnya. Jika itu orang lain, mungkin akan lebih memilih tidur ketimbang melamun tidak jelas semalaman. Sebenarnya terpikir juga dalam benak gadis itu, jika sang Komandan mengetahui dirinya tidak tidur semalaman pasti ia akan kena omelan khas seorang Erwin Smith yang baginya jauh lebih menjengkelkan dari ibu-ibu tukang gosip.

Bukannya apa-apa, pasalnya besok adalah hari penting dimana misi merebut kembali Shiganshina dan Wall Maria akan dilakukan. Erwin sudah mewanti-wanti pada gadis kepercayaannya itu supaya istirahat yang cukup. Padahal kemungkinan diturutinya tidak lebih dari satu persen.

Tok-tok!

Suara ketukan di pintu kamar seketika menarik paksa si empu kembali pada kenyataan. Namun karena terlalu malas berjalan, si gadis rambut panjang itu memilih tetap tinggal di tempatnya. "Masuk" bahkan suaranya saat mempersilakan masuk si tamu terdengar lesu. Dari tempatnya, ia menangkap sesosok gadis yang berdiri di depan pintu kamarnya. Dengan rambut hitam sebahu miliknya, gadis itu mulai berujar, "Maaf mengganggumu sepagi ini, Lorraine-san."

'Pagi? Aku terlalu sibuk dengan lamunanku hingga tidak menyadari ini sudah hampir terang.' Batin Lorraine.

"Ada urusan apa, Mikasa?" Tanya Lorraine seraya berdiri dari tempatnya. "Tidak.. hanya saja, apa kau keberatan untuk menemaniku berlatih, Lorraine-san?" Tanyanya sedikit ragu. Alis Lorraine terangkat, "Kapan?"

"Pagi ini."

"Maksudmu sekarang?" Gadis bersyal merah itu mengangguk. "Kau yakin? Besok kita ada misi." Mikasa membenarkan syal merah dilehernya lantas menunduk, "Kurasa tidak ada waktu lagi setelah ini."

[Book 1] SHINGEKI NO KYOJIN | [Attack On Titan X OC]✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora