20. "Akan kutunggu." - Shin Wonho

167 13 0
                                    

"Kau selalu tampil apa adanya, dan selalu menjadi dirimu sendiri. Kau pekerja keras, terbukti dengan banyak pelanggan yg merasa sungguh puas dengan hasil pekerjaanmu. Apakah kau sadar bahwa kau adalah salah satu aset Nishi-ya yg berharga? Dan kau juga sungguh berharga dimataku."

"Tapi Tuan, saya hanya seorang pelayan."

"Aku suka padamu apa adanya, dan jangan tanyakan alasannya karena jujur aku sendiri tidak tahu tapi ini adalah yg sebenarnya tanya pada diri sendiri tentang hal apa yang sudah kau lakukan, hingga aku terpikat oleh pesonamu."

Hyung Won tidak dapat lagi menyembunyikan rona merah dipipinya lebih lama. Dia merasa senang dan malu secara bersamaan, rasa yg tidak bisa diungkap karena terlalu rumit, namun yg jelas dia tahu bahwa sedang merasa bahagia sekali.

"Aku tidak ingin membuatmu gelisah tapi pikirkan saja baik-baik, dan akan kutunggu jawaban darimu, tapi izinkan aku untuk melakukan satu hal."

"Hal apa?"

"Menjagamu." Senyum manis terukir di bibir Hyung Won mendengar ucapan Wonho, lalu, mengangguk. "Dan panggil aku dengan Wonho saja saat tidak ada orang lain."

"Tapi itu terdengar sungguh tidak sopan!" Wonho tertawa geli saat melihat tingkah lucu Hyung Won.

"Hanya saat tidak ada orang lain dan jika kau telah siap, akan kukatakan semua pada Hyun Woo walau dia juga pasti sudah tahu segalanya. Sekarang, coba panggil namaku."

"Tuan Wonho."

"Hanya nama, Hyung Won."

Pipi Hyung Won semakin merona. "Won..... Won..... Ho... Wonho..." Wonho merasa gemas, dengan suara imut Hyung Won saat menyebut namanya.

"Aku senang sekali mendengarnya. Lebih baik, kita segera kembali. Kau tahu Kihyun sungguh khawatir padamu."

"Mereka sudah kembali?!"

"Pertemuannya ditunda karena suatu hal. Dia dan Joo Heon mencarimu di sekitar Nishi-ya."

"Ini semua adalah salahku."

"Tidak, ini semua adalah salahku."

"Tingkah saya yg kabur tiba-tiba seperti anak kecil."

"Mari pulang." Wonho menggenggam tangan Hyung Won. "Balas genggamanku, Hyung Won." Senyum di bibir mengembang, ketika merasakan tangan Hyung Won yg membalas genggamannya.

" Senyum di bibir mengembang, ketika merasakan tangan Hyung Won yg membalas genggamannya

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Mereka kembali ke Nishi-ya lewat taman bambu yg langsung tertuju ke pemandian air panas. Tidak ada obrolan di antara mereka. Wonho hanya tersenyum, sementara Hyung Woo terus tertunduk karena malu.

Ingin dipeluknya tubuh Hyung Won bahkan ingin lebih dari itu namun Wonho bisa mengerti, bahwa Hyung Won masih butuh waktu, dan, dia bersedia memberikan sebanyak yg Hyung Won mau.

HYUNG WON'S POV
Apakah ini hanya mimpi? Apa aku sedang berbaring di atas ranjang sekarang?! Memang, tadi aku sedang berada di dalam kamar, tapi, ini semua, terasa nyata dan tidak nyata secara bersamaan.

Aku tidak ingin terbangun jika ini adalah mimpi.

Dan ingin agar waktu berhenti sekarang juga jika ini memang kenyataan.

Untuk sekali saja, aku ingin merasakan kebahagiaan dan sekarang aku sedang merasakannya. Jika, harus membayar, akan kubayar berapa pun harganya.

Aku sungguh tidak menyangka bahwa ternyata Tuan Wonho suka kepadaku padahal selama ini aku selalu berpikir buruk tentang dirinya, kupikir dia sama saja dengan banyak pria yg berada di luar sana yg senang bermain dengan banyak wanita, namun ternyata aku sudah salah.

Aku masih ingat, dengan wajah merah kepiting itu, saat dia menyatakan cintanya kepadaku. Aku selalu melihatnya di kota, sedang bersama dengan banyak gadis. Kalimat yg manis dengan mudah terucap dari mulutnya tapi tidak kulihat wajah merah kepiting itu saat mengeluarkan rayuan untuk gadis lain.

Aku tidak bodoh untuk sadar dengan kejujurannya walau pada awalnya kukira dia hanya menggodaku dan tanpa sadar, ternyata selama ini aku juga telah jatuh cinta padanya.

Hanya saja, otakku ini, selalu saja minta untuk tidak berpikir tentangnya sehingga hanya menganggapnya sebagai atasan tapi akhirnya, otak ini selaras dengan perasaanku kali ini & bahkan wajahku terus merona karenanya.

Tangannya terasa sungguh hangat, erat tapi lembut tanpa menyakiti tanganku namun jujur pelukannya membuatku tidak bisa bernafas.

Bukan hanya karena tubuh yg jauh lebih besar dari tubuhku, melainkan juga, wajahku akan tenggelam didadanya sehingga rasanya tubuhku panas, & bisa langsung jatuh pingsan saat itu juga.

Semakin dipikirkan saja semakin membuatku menjadi malu!
HYUNG WON'S POV END

"Ada apa?" tanya Wonho saat Hyung Won terlihat gelisah.

"Tidak ada tu... Wonho..."

Wonho tersenyum senang saat mendengar Hyung Won yg sudah mulai dapat menyebutkan namanya. "Jangan terlalu dipaksakan untung aku adalah tipe yg penyabar."

"Jika hanya anda yg berusaha itu tidak akan adil. Saya bukan tipe orang, yg hanya bisa diam tanpa melakukan sesuatu."

"Tapi, aku tidak ingin kau menjadi terlalu cemas akan hubungan kita. Perlahan saja." Hyung Won mengangguk. "Aku hampir melupakan sesuatu!" Wonho mengambil sebuah tusuk konde yg indah dari balik kimononya.

 "Aku hampir melupakan sesuatu!" Wonho mengambil sebuah tusuk konde yg indah dari balik kimononya

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

"Indah sekali." Mata Hyung Won terlihat bercahaya saat melihat tusuk konde tersebut.

"Ini adalah hadiah untukmu yg selalu kubawa tapi ingin kuberikan di waktu yg tepat."

"Ini pasti mahal sekali."

"Hyun Woo memberikan gaji yg besar & bisa saja kuminta tambahan gaji." Wonho membayangkan wajah Hyun Woo yg terlihat curiga, saat memberi tambahan gaji. "Tolong terima... aku akan merasa sungguh senang."

Jari Hyung Won menyentuh tusuk konde tersebut. "Gomawo..." Mata Wonho melebar, ketika melihat senyuman Hyung Won yg sungguh tulus untuknya. "Saya juga akan memberikan sesuatu nanti sebagai ucapan terima kasih."

"Akan kutunggu."

- T B C -

Bride of The Demon | Monsta XOnde as histórias ganham vida. Descobre agora