BAB 4: Menginap.

250K 18.6K 1.3K
                                    

"Mau pulang." Eva melengkungkan bibirnya kebawah.

Alex tak menghiraukan perkataan Eva. Fokusnya hanya tertuju pada pipi gadis itu yang lebam karena perbuatannya. Dia kembali memeras handuk kecil yang sengaja direndam dengan air hangat lalu menempelkannya perlahan dipipi pacarnya itu.

"Alex, mau pulang." Ulang Eva kembali.

Alex berdecak kesal mendengar penuturan Eva yang terus saja diulang seperti kaset rusak, "Lo gak akan pulang! Lo menginap disini untuk malam ini." Ucap Alex tak terbantahkan.

Eva mengusap air matanya yang hampir mengalir membasahi pipi, "Nanti Ibu nyariin."

"Nanti gue suruh orang kesana, bilang kalau lo belajar kelompok dan harus nginep."

Merasa kalah telak melawan Alex akhirnya Eva bungkam. Melawanpun tidak akan ada gunanya, yang namanya Alex tidak akan mau kalah dengan siapapun, apalagi dengan gadis cengeng macam Eva.

Setelah kejadian ditaman tadi siang Alex langsung menyeret Eva masuk kedalam mobil dan membawa pulang ke kediamannya. Jika orang-orang menyebut itu adalah rumah maka mereka salah, karena bangunan kediaman Alex tak bisa dikatakan sebagai rumah, melainkan mansion.

Mata Eva melirik kesana-kesini melihat dekorasi kamar tanpa menggerakkan kepala. Dia bukan dikurung didalam mansion besar dan luas, melainkan pada salah satu kamar disana. Yah walaupun menurut Eva kamar itu setara luas dengan rumahnya, tapi tetap saja ruangan itu adalah sebagian kecil dari rumah Alex.

Ada beberapa foto yang terpajang disana. Anak kecil yang sedang memegang bola dengan raut wajah kentara seperti Alex yaitu datar, artis luar negri yang Eva sendiri tidak tau siapa namanya, sampai foto keluarga pada figura kecil yang berada diatas nakas. Walaupun hanya bermodalkan melihat benda-benda disekeliling ruangan, Eva sudah tau kalau pemilik kamar itu adalah Alex.

"Udah selesai." Alex menggeser baskom menjauh, lalu diraihnya ransel sekolah milik Eva dan ditaruh diatas paha gadis itu. "Saatnya belajar terus tidur."

Eva mengerucutkan bibir, tapi tak urung menuruti perintah Alex. Dia kira cowok itu tidak akan menyinggung masalah belajar, mengingat reputasinya di sekolahan yang buruk tidak mungkin juga jika pikirannya menuju kearah buku-buku.

Namun kenyataannya Alex malah menyuruh Eva belajar. Padahal gadis itu mengidamkan makan enak atau setidaknya tidur dikasur empuk disalah satu kamar yang ada disana.

Tadi sebelum melesat pergi ke tempat tinggal Alex, mereka terlebih dahulu mampir ke rumah kecil Eva. Kala itu Eva bernapas lega karena mengira Alex mengantarkannya pulang. Tapi ternyata tidak, cowok itu cuma menyuruhnya mengambil buku-buku pelajaran untuk hari besok dan berganti pakaian dengan baju tidur, bahkan Alex juga menyuruhnya memasukkan seragam sekolah kedalam tas.

Dan pada akhirnya dibawalah Eva pergi meninggalkan rumah kecilnya.

Gadis itu menghentikan goresan penanya kala tiba-tiba pikirannya blank. Dia lupa dengan pelajaran yang diterangkan oleh guru semasa di sekolahan tadi. Ditambah lagi dengan adanya Alex disampingnya membuat kosentrasinya pecah begitu mudah karena takut.

"Menurut Selo Soemardjan perubahan sosial itu perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap, dan perilaku didalam kelompok-kelompok dalam masyarakat." Ucap Alex santai, membelai pelan pipi lebam Eva.

Gadis itu menoleh menatap Alex dengan pandangan tidak percaya, lalu kembali menatap buku kala menyadari kalau tatapan Alex juga tertuju padanya.

Bagaimana bisa cowok urakan macam Alex memiliki otak secemerlang itu? Bahkan Eva perlu membaca buku berkali-kali untuk memahaminya. Atau memang dirinya yang kurang update masalah kesuluruhan cowok itu? Bisa saja Alex adalah salah satu ilmuan ternama yang menyamar di SMA Tunas Bangsa.

"Cepetan ditulis! Lama amat sih." Kata Alex kasar, membuat Eva kembali melengkungkan bibirnya kebawah dan berakhir lagi dengan menurut.

Setelah sekian lama bergulat dengan buku dan dibantu oleh Alex, akhirnya jam belajarpun selesai. Mata Eva beberapa kali melirik Alex sambil membereskan bukunya yang berserakan. Ada sesuatu yang mengganjal dibenaknya, dia dan Alex bukan belajar bersama tapi mengarah pada seorang guru yang mengajari muridnya.

Selama sesi belajar Alex tak sekalipun membuka bukunya sendiri, padahal itu adalah pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru tadi dan besok harus dikumpulkan. Itu artinya Alex tidak mengerjakan tugas, hanya membantu Eva belajar.

"Sekarang tidur."

Eva menekuk wajah menatap Alex takut, "Dimana?"

"Ya di kamar gue."

"Terus kamu tidur dimana?"

Alex menampilkan senyum miring pada Eva, membuat bulu kuduk gadis itu meremang seketika. Perlahan dia menyingkirkan rambut yang menghalangi telinga kiri Eva lalu mendekatkan diri dan berbisik disana.

"Tentu aja di kasur itu, bareng sama lo. Sayang." Kata Alex dengan diakhiri kecupan kecil dipipi Eva.

"T-tapi rumahnya gede, pasti ada banyak kamar. A-aku di kamar lain aja ya? Atau lebih baik aku pulang aja."

Alex terkekeh, dia menggeleng melihat kepolosan gadisnya. "Gue pemilik rumah disini, dan lo tamu spesial gue. Tuan rumah berhak menentukan dimana tamu akan tidur."

'Tapi aku kan enggak ngungsi, orang kamu sendiri yang maksa.' Batin Eva menjerit.

"Ck! Kelamaan." Melihat Eva yang terus saja bimbang dalam diam, akhirnya Alex menarik tangan itu kasar dan menghempaskan tubuh kecil Eva keatas kasur.

Dirinya segera ikut naik diatas kasur dan memeluk Eva erat, takut-takut jika gadis itu memutuskan lari sekarang. Tapi sepertinya hal yang Alex khawatirkan tidak terjadi, ketakutan Eva yang lebih besar dari keberaniannya membuat gadis itu menurut manis seperti kucing pada majikannya.

"A-alex."

"Tidur."

"A-ku biasanya selalu nyediain air putih sebelum tidur. Tengah malam suka bangun gara-gara haus," cicit Eva menatap mata Alex sekilas lalu kembali menatap dada bidang cowok itu. "Aku ambil air putih dulu ya."

"Diem atau gue patahin kaki lo." Ancam Alex saat Eva memberi ancang-ancang ingin kabur.

Seketika Eva berdiam diri layaknya malin kundang yang dikutuk. Dirinya memang tidak mengetahui keseluruhan tentang kehidupan Alex, tapi feeling-nya mengatakan bahwa setiap kata yang dilontarkan cowok itu serius.

Tangan kiri Alex mengambil ponsel diatas nakas, sedangkan yang kanan tetap memeluk Eva. Dia mengetik sesuatu disana sebelum mengembalikannya kembali diatas nakas.

"Udah. Sekarang tidur." Perintah Alex.

"Tapi minumnya---"

Tok...tok...tok...

"Maaf Tuan. Ini minumnya." Seorang pelayan muda berjalan mendekat laalu menaruh segelas air putih diatas nakas, tepatnya disamping Eva.

Kepala Eva menjumbul mencoba melihat wajah pelayan itu untuk mengucapkan terimakasih, tapi Alex buru-buru menenggelamkan kepalanya kembali didada bidangnya, tidak memperbolehkan Eva beranjak sedikitpun.

"Terimakasih. Mbak boleh pergi." Ucap Alex singkat.

Pelayan itu mengangguk lalu pergi meninggalkan kamar dengan pikiran yang berkecamuk. Tuan mudanya tidur sambil memeluk seorang gadis, melihat dia menyeret gadis itu saja membuat semua pelayan bergidik ngeri, apalagi sampai tidur satu ranjang.

"Udah kan? Sekarang tidur." Ucap Alex kembali bersuara.

"Tap---"

"Tidur atau gue perkosa sekarang!"

Reflek Eva membalas pelukan Alex dan memejamkan matanya. Hanya ada satu kalimat yang terus berputar dipikirannya saat ini.

Jangan bantah!





________________

Bersambung....

Lu-Gu (Selesai)Onde histórias criam vida. Descubra agora