BAB 62: Menang

117K 9K 898
                                    

Eva: Ma...

Eva: Mama.

Eva: Mama, Sia pingin peluk Mama.

Eva: Sia habis jatuh Ma. Mama gak mau ngobatin Sia dan nenangin Sia saat nangis? Kayak kecil dulu.

Eva: Ma, Sia pingin tidur dipangkuan Mama.

Eva: Sia pingin dinyanyiin lagu 'ambilkan bulan bu' sama Mama.

Eva: Ma, Sia capek. Sangat.

Eva menyandarkan kepalanya pada meja, memejamkan mata sebentar mencoba menghalau cairan bening yang sebentar lagi keluar dari pelupuk matanya.

Dia lelah. Setelah bertahun-tahun Eva bisa menahan untuk tidak bertemu dengan Renata-Mamanya, kali ini dia tidak bisa menahannya lagi. Gadis itu butuh Mamanya, ingin memeluknya erat, menjadi penawar rasa pahit dalam hidupnya.

Disaat kondisi kelas sedang ramai karena jam pelajaran lagi kosong, Eva malah merasakan kesunyian tersendiri akibat istilah 'jatuh'.

Dddrrtt... dddrrtt...

Satu panggilan mampir diponsel milik Eva. Gadis itu menyunggingkan senyum tipis kala mendapati Renata lah yang menelpon. Setidaknya rasa sakitnya sedikit terobati dengan mendengar suara wanita paruhbaya itu nanti.

"Ma---"

"Maafin Mama Sia. Mama sudah gagal menjadi ibu yang baik buat kamu. Jaga diri kamu baik-baik disana, Mama titip Papa. Kalian harus saling menjaga sekarang."

Tut... tut... tut...

"Ma! Mama!" Teriak Eva histeris membuat Indah dan Lily menoleh.

"Va, lo kenapa?" Tanya Indah.

Eva menatap layar ponselnya yang sudah tidak terhubung dengan Renata, lalu menggeleng. "Aku telponan sama Mama, tiba-tiba putus."

Kedua sahabatnya membulatkan mulut paham, "Mungkin baterainya habis Va. Nanti dicoba lagi aja." Ucap Indah menenangkan.

Gadis itu mengangguk mengiyakan. Entah kenapa perasaannya bukan lebih membaik malah tambah buruk. Kalimat Mamanya tadi seakan-akan mengisyaratkan tanda perpisahan yang tak akan berujung temu.

Dia kembali menghubungi Renata untuk menghilangkan keresahan itu namun tidak ada jawaban, kedua ketiga juga tetap sama, hingga masuk kepanggilan yang keempat nomornya sudah tidak aktif. Membuat Eva ingin berteriak frustasi sekarang.

Tiba-tiba seorang cowok dengan tanpa dosa duduk diatas meja depan Eva, membuat fokus gadis itu teralihkan olehnya. Dia mendongak ingin mengetahui siapa yang dengan kurangajar duduk diatas mejanya saat dibawah masih ada orang yang sedang duduk.

"Kak Arvin?"

Arvin tersenyum, "Hai sayang..."

Eva tersenyum getir, "Hai."

Lily yang sedang meminum minumannya tersedak seketika, bagitupun dengan Indah, dia menggosok telinganya seakan ada lalat yang masuk kedalam sana.

"Bisa diulangi gak yang tadi. Sayang?" Tanya Lily.

Eva mengangguk mengiyakan.

"Jadi kalian berdua jadian?" Tanya Indah yang kembali mendapat anggukan dari Eva.

"Lah gimana bisa? Kemarin lo pergi katanya mau memperbaiki hubungan sama Alex, tapi sekarang kok dapetnya Arvin?" Kini giliran Lily yang bertanya.

"Udah takdirnya begitu." Ucap Arvin santai.

Lu-Gu (Selesai)Where stories live. Discover now