BAB 57: Mayat hidup

125K 9.6K 937
                                    

Indah dan Lily saling menatap dengan tatapan nanar. Mereka kembali membersihkan mie goreng dan nasi yang menempel dirambut panjang Eva dengan telaten. Gadis itu sudah nampak seperti mayat hidup sekarang, bahkan dia mulai lupa caranya untuk menangis.

Ini adalah hari ke 15 Eva mengemis cinta pada Alex. Meyakinkan cowok itu bahwa yang dia katakan memang benar adanya. Mamanya orang jahat, bahkan wanita paruhbaya itu bukan Mama kandungnya. Namun Alex tetap saja bersikukuh bahwa Evalah orang jahat itu, dia gadis buruk yang pernah Alex temui.

Lily menahan isakannya sekuat tenaga. Melihat Eva hanya diam dengan tatapan kosong membuat hatinya ikut teriris seakan merasakan sakit yang sama. Dia merindukan Eva yang dulu, yang selalu tersenyum bahagia walau hanya mendapatkan krupuk gratisan darinya.

"Gue keluar sebentar." Ucap Lily saat tidak bisa lagi menahan tangisnya.

Indah menatap punggung Lily yang keluar dari pintu toilet, lalu menghela napas lelah. Dia sendiri tidak tau harus berbuat apa. Alex terus saja menyakiti hati Eva setiap harinya. Semakin hari kelakuan cowok itu semakin tak bisa ditoleransi. Bahkan Alex berani mencium Bianca saat Eva ada didekatnya.

"Besok gak usah bawain Alex makanan lagi ya Va."

Eva menolak dengan gelengan, "Kata pengawal Alex, Alex gak pernah sarapan di rumah. Aku khawatir dia sakit Ndah." Ucapnya lesu.

Walaupun mereka sudah putus, tapi Eva masih saja menghubungi pengawal Alex untuk mengetahui keadaan cowok itu. Bahkan setiap hari sepulang sekolah Eva akan menyempatkan diri berdiri didepan gerbang rumah Alex, lalu pergi ketika cowok itu sudah pulang ke rumah.

"Bahkan dia gak khawatir sama lo."

"Karena aku gak kenapa-kenapa, jadi Alex gak patut khawatir sama aku."

Indah memutar tubuh Eva hingga tatapannya mengarah langsung pada mata sayu gadis itu. "Berhenti bertingkah bodoh. Alex udah gak cinta sama lo dan sekarang saatnya lo keluar dari keterpurukan ini."

Eva kembali menggeleng keras.

"Demi orang-orang yang sayang sama lo Va. Demi Ibu lo, demi gue, demi Lily. Lo kira kita semua gak sakit hati melihat lo kayak gini? Lo kira Lily setiap kali bantuin lo membersihkan diri selalu bilang pamit keluar sebentar itu karena apa?! Karena dia gak kuat liat lo seperti ini."

Setelah sekian lama air matanya tidak keluar kini Eva kembali mengeluarkan air matanya disertai tangisan lirih, "Maafin aku."

Bahunya bergetar hebat. Dia masih tidak menyangka akan kehilangan Alex secepat itu. Eva merasa kemarin dia masih baik-baik dengan cowok itu namun tiba-tiba semua hancur dalam satu kedipan mata.

Seseorang memeluk Eva dan Indah erat. Seperti tau siapa yang memeluk, merekapun membalas pelukan itu. Eva, Indah, dan Lily saling terisak dalam pelukan. Saling menguatkan satu sama lain.

"Kalau Alex udah gak suka jangan dipaksa Va. Lo hanya perlu memastikan dia baik-baik aja, dan juga gak dalam bahaya. Seperti yang lo bilang." Kata Lily.

Eva memilih diam sambil memejamkan mata menikmati pelukan kedua sahabatnya yang mencoba menguatkan. Nyatanya Eva masih seegois itu mengharapkan Alex tetap menjadi miliknya, seutuhnya.

*****

Eva meninggalkan Indah dan Lily yang mengajaknya mengobrol dengan tanpa dosa. Sebelumnya kedua cewek itu hanya diam dengan tatapan masih mengarah pada tubuh kecil Eva yang berjalan menjauh, tapi saat tau kemana arah tujuannya mereka langsung ikut berdiri dan menyusul gadis lugu itu.

"Eva! Jangan mulai." Tukas Indah menahan lengan Eva.

"Lepas Ndah!" Gadis itu menepis tangan Indah kasar hingga genggamannya terlepas seketika.

Eva kembali berjalan menghampiri Alex dengan raut wajah yang nampak khawatir. Bahkan belum sampai berada didepan cowok itu Eva sudah menangis duluan. Entah apa lagi yang sedang terjadi saat ini. Yang pasti Indah dan Lily sudah mencium aroma bahaya yang mengitari Eva.

"Alex, tangan kamu terluka?" Eva mencoba memegang telapak tangan Alex namun langsung ditepis oleh yang punya.

"Jangan coba-coba nyentuh gue. Najis!"

Eva menghiraukan ucapan menikam Alex. Dengan terburu-buru dia kembali berjalan kearah bangkunya, dia bahkan sampai menabrak meja salah satu temannya karena tidak berhati-hati, membuat lengannya berdenyut nyeri karena membentur sudut meja itu.

Namun Eva tak menghiraukan rasa sakitnya. Dia tetap berjalan menuju bangku bekas Revan yang sekarang menjadi bangkunya, setelah Alex mengusirnya dengan menghamburkan semua isi tasnya kesegala arah.

"Ini, aku selalu membawa kotak P3K dalam tas. Buat jaga-jaga kalau kamu terluka seperti biasanya karena berantem." Ucap Eva setelah kembali lagi di bangku milik Alex dengan membawa kotak P3K.

"Eva, gak usah." Lily menahan bahu Eva memperingatkan. Membuat gadis itu berdecak kesal karena tingkah laku kedua sahabatnya.

"Kamu gak lihat Ly, Alex terluka. Gimana aku bisa diam?!" Kata Eva penuh emosi.

Dengan penuh perasaan gadis itu menuangkan Alkohol pada kapas lalu mengarahkannya pada luka dipunggung tangan Alex untuk membersihkan luka.

Tapi hal yang sudah dari awal diduga oleh Indah dan Lily akhirnya terjadi. Alex menyerobot kapas itu dari tangan Eva lalu membuangnya ke lantai dan menginjaknya sampai tak berbentuk. Tidak hanya sampai disitu. Alex bahkan membuang kotak P3K itu asal hingga membuat isinya berhamburan kemana-mana.

"Gue udah berkali-kali bilang sama lo. Jangan pernah lagi mencampuri urusan gue bitch!"

"Tapi---"

Alex berdiri. Mencengkram kedua sudut bibir Eva kasar, membuat gadis itu menahan sakit untuk kesekian kalinya.

"Lo yang udah buat semua luka dalam hidup gue, lalu untuk apa lo obatin? Jangan munafik dihadapan gue. Karena gue gak sebodoh itu buat lo tipu untuk kedua kalinya." Alex mendorong tubuh Eva hingga membuat gadis itu terhempas ke lantai.

"Alex, aku mohon." Eva kembali menitikkan air mata dihadapan Alex.

"Bangun Va." Indah membantu Eva berdiri dengan susah payah.

Setelah sahabatnya itu sudah berdiri tegak disampingnya, Indah dengan murka maju dan mendorong bahu Alex kuat.

"Dasar cowok gak tau diri! Eva cuman mau bantu lo bersihin luka."

"Gue gak butuh dibantu sama cewek munafik kayak dia." Tunjuk Alex dengan dagunya.

"Bos, lebih baik kita keluar kelas." Ucap Chiko melerai.

Indah kembali melangkahkan kaki lebih mendekat dengan Alex, "Lo bakal nyesel dengan apa yang udah lo perbuat sama Eva."

Alex ikut melangkah kedepan, mengikis jaraknya dengan Indah. Membuat Revan yang sedari tadi hanya menjadi penonton tidak terima ketika pacarnya berjarak seintim itu dengan cowok lain. Namun saat dirinya mau menghampiri Indah, Tito lebih dulu menahannya.

"Gue gak bakal nyesel." Ucap Alex penuh penekanan.

"Buka telinga lo dan denger kalimat gue baik-baik. Gak semua orang yang terlihat baik, didalamnya juga baik. Eva bukan cewek pembohong dan lo tau itu. Jika lo ragu dengan Eva ataupun Mama lo maka yang harus lo lakuin adalah membuka topeng mereka. Bukan hanya marah-marah gak jelas tanpa tau jawabannya."





_______________

Bersambung....

Lu-Gu (Selesai)Where stories live. Discover now