BAB 35: Senjata handalan

141K 11K 509
                                    

"Nomer kamu baru Ly?" Tanya Eva.

"Ho'oh."

"Ngapain sih pakek acara ganti nomor segala? Pusing aku tuh kalau harus gonta-ganti kontak."

Lily nyengir lebar, "Darurat Va. Maklumin aja deh."

"Maklumin-maklumin. Dalam sehari udah ada dua orang yang ganti nomor. Pertama Eric, sekarang kamu."

Indah yang sedari tadi fokus dengan ponselnya kini mendongak dengan dahi berkerut, "Eric gak ganti nomor."

Eva memutar bola matanya malas, "Eric ganti nomor Ndah! Tadi dia chat aku buat ambilin kursi di gudang. Eh tau-tau malah dikibulin."

"Eric bener-bener gak ganti nomor Va. Orang gue baru aja chatan sama dia." Indah menunjukkan isi chatnya dengan Eric yang baru berlalu satu menit yang lalu.

"Terus yang nge-chat aku siapa?"

Mereka bertiga saling pandang. Tak lama kemudian mereka sama-sama menyadari akan sesuatu. Termasuk Eva, walau cuma sedikit.

Eva memandang sekeliling yang nampak masih ada pelayan berlalu lalang. Sepertinya ruang makan tidak bisa dijadikan ajang diskusi. Mengingat semua orang selalu menggunakan ruangan itu untuk membicarakan hal penting membuat para pelayan yang kepo ikut nguping disana.

"Renang yuk?" Tawar Eva.

"Yuk yuk yuk..." Indah dan Lily nampak senang mendengar kata renang.

Eva terkekeh geli melihat kelakuan Indah dan Lily. Kini pandangannya tertuju pada punggung kecil wanita parubaya yang sedang membuatkannya sup.

"Bi. Nanti nasi sama lauknya tolong taruh di taman belakang ya. Saya sama teman-teman mau renang dulu."

"Baik Non."

"Oh ya sama satu lagi. Tolong minuman dan cemilan ya Bi."

"Iya Non."

"Makasih Bibi..."

*****

Tetes demi tetes air mengalir dari rambut ketiganya. Setelah puas bermain-main dalam kolam renang akhirnya mereka memutuskan untuk naik kepermukaan guna mengisi perut yang kosong. Apalagi Eva yang sedari tadi memang sudah kelaparan sangat.

Eva sebenarnya tidak bisa berenang. Tapi karena kolam renang milik Alex didesain tidak terlalu dalam dibagian ujung, jadi Eva berani untuk menjeburkan diri.

Indah mencomot bakwan goreng yang tersedia diatas piring begitu saja. Pelayan parubaya itu seperti mengerti apa yang dibutuhkan oleh orang yang habis melakukan aktivitas renang. Mereka pasti mencari yang hangat-hangat. Bakwan salah satunya.

"Netizen itu netizen." Kata Indah dengan mulut penuh dengan bakwan goreng.

"Netizen apaan?" Tanya Eva.

"Ck! Gue tau kalau lo pura-pura bego Va. Kejadian di sekolahan tadi itu ulah haters lo."

"Aku gak punya musuh."

"Sekarang lo punya, karena lo pacarnya Alex. Sang pentolan sekolahan." Lily menunjuk-nunjuk Eva menggunakan cabai.

Gadis itu menghela napas, "Aku udah tau resikonya, tapi tetep aja aku masih takut." Kini bibirnya melengkung kebawah.

Dan kembalilah pada seorang Eva yang cengeng dan penakut.

*****

Alex menatap jam yang melekat ditangannya. Sudah pukul 18:30 dan dia baru sadar telah mengabaikan Eva hampir seharian di rumahnya.

Setelah tadi siang mengantarkan Eva pulang ke istananya, Alex melanjutkan perjalanan menuju rumah Bagas, tanpa cowok itu pastinya. Karena keempat sahabatnya tak bisa membolos, mereka dihadang oleh guru piket yang kebetulan adalah guru ter-killer di sekolahan.

Lu-Gu (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang